Author's POV
Lex terbangun dari tidurnya karena bunyi alarm yang begitu keras. Ia mengarahkan tangannya ke ponselnya untuk mematikan alarm, lalu mengangkat badannya dari kasur. Ia mengecek ponselnya dan belum ada pesan dari Tyler. Ia mencoba untuk menghubungi Tyler lagi tetapi hasilnya tetap sama. Ponselnya tidak aktif. Kecemasan Lex mulai kembali. Ini sudah 1 hari. Kemana sebenarnya dia, tanya Lex dalam hati.
Lex meletakkan ponselnya di atas meja lalu bersiap untuk berangkat ke sekolah. Dari raut wajahnya, ia tampak sangat tak bersemangat untuk pergi ke sekolah. Ia sangat khawatir dan kali ini ia tak bisa melawan kecemasannya itu.
Lex berlari masuk ke dalam satu persatu ruang kelas untuk memeriksa apakah Tyler ada di dalam ruangan tersebut. Ia bahkan menanyakan satu persatu murid yang ada di lorong itu. Ini hari ulang tahunnya dan ia hanya menginginkan Tyler. Jika ini bagian dari rencana Tyler, ini sangat tak lucu, ucapnya dalam hati.
"Lex!!" panggil seseorang dari arah belakang yang membuat Lex harus memutar tumitnya ke arah belakang. Itu Raphael, sahabatnya Tyler. "Kalau kau ingin menanyakan dimana Tyler, aku tidak tau. Ia sudah menghilang selama 1 hari penuh dan aku benar-benar tak tau dimana dia." ucap Lex secara dengan nada tergesa-gesa.
"Bukan itu, aku tau dimana dia berada. Aku bisa antarkan kau jika kau ingin bertemu dengannya." kata Raph.
"Apa maksudmu? Tentu saja aku ingin menemuinya. Dia membuatku cemas setengah mati. Cepat antarkan aku, Raph." ucap Lex dengan muka gembira. Ia sangat senang. Akhirnya ia bisa bertemu dengan Tyler.
*****
"Raphael, kau tak salah berhenti di sini?" tanya Lex setelah Raph memarkirkan mobilnya. Raph mengangguk singkat sambil tersenyum kecil.
"Tapi ini pemakaman Raph. Kau bilang kau ingin mempertemukanku dengan Tyler, kenapa kau membawaku ke sini? Siapa yang meninggal?" tanya Lex lagi.
Raph menggenggam tangan Lex, "Ikut aku, Lex." ucapnya sambil menuntun Lex. Dari kejauhan, Lex melihat sekerumunan orang berpakaian hitam sambil mengenggam bunga. Ia melihat seseorang yang sangat familiar. Ibu Tyler. Tapi, dimana Tyler, pikirnya.
Ia tetap mengikuti Raph, sampai akhirnya ia sampai di tempat kerumunan orang itu. Ia melihat tulisan batu nisannya. Tyler Posey.
Lex terkejut. Ia berdiam diri sejenak. Ia seperti orang yang tak sadarkan diri. Matanya berkaca-kaca sampai akhirnya ia terjatuh dengan lutut sebagai tumpuannya. Air matanya mulai bercucuran. Ia menangis. Tangisan kepedihan. Ia memegang batu nisan tersebut dan memeluknya.
"Tyler!!!!!!" teriaknya. Ia melihat ke arah ibu Tyler yang sedang menahan tangisannya. Ia berdiri dan berjalan ke arahnya.
"Eliza, katakan padaku, apa yabg telah terjadi?" tanyanya. "A..at....atau ini semua dari rencana kalian ,ya? K...kaa....lian ingin memberiku surprise, kan? Tyler mana? Pasti dia sedang bersembunyi di suatu tempat, kan? Pasti!! Mana dia, Eliza??? Katakan!! Mana Tyler?" tanya Lex sambil mencengkram kedua bahu Eliza dengan kuat. Tubuhnya bergetar seperti menahan tangisannya.
Eliza mulai meneteskan air mata, lalu ia mengelus wajah Lex, "Tidak, Lex. Tyler sudah tidak ada. My son is gone. Maafkan aku, Lex." ucap Eliza seraya pergi dari pemakaman yang diikuti oleh semua orang.
Sekarang hanya tinggal Lex. Ia kembali menatap batu nisan yang ada di depan matanya. Ia masih tak percaya laki-laki yang ia cintai sudah pergi. Laki-laki yang mengisi kehidupannya, laki-laki yang selalu melukiskan senyum di wajahnya, laki-laki yang selalu melakukan apapun untuk membuatnya bahagia, ia telah pergi. Meninggalkan Lex. Sendirian.
Lex memeluk batu nisan itu, "Aku mencintaimu, Tyler. Selalu." ucapnya lalu mencium batu nisan tersebut seraya berjalan pergi.
Lex merasa hampa. Ia seperti kehilangan jalannya. Ia tak menyangka bahwa kekasihnya akan meninggal secepat ini. Di hari ulang tahunnya.
Ia berjalan hingga Raph melihatnya, "Lex, kau mau kuantar pulang?" tanya Raph. Lex menatap tajam Raph, "Katakan padaku, apa yang sebenarnya terjadi?"
Raph menunduk, "Ia mengalami kecelakaan dua hari yang lalu tepat saat perjalanannya pulang setelah mengantarmu pulang. Ia dilarikan ke rumah sakit dan kemarin ia koma. Ia meninggal tadi pagi karena operasi jantung yang ia jalankan kemarin gagal."
Lex mendekati Raph dan mencengkram kedua kerah baju Raph dengan kuat, "Kenapa kau tidak bilang denganku kemarin? Aku bertanya dengan kau kemarin, Raphael, dan kau menjawab bahwa kau tidak tahu dimana ia berada padahal kau tau betul bahwa ia sedang mempertaruhakan nyawanya dia ranjang rumah sakit sialan itu. Kenapa kau tak memberitahuku semua ini Raphael Gomez?" tanya Lex dengan nada yang marah. Ia sangat marah.
"Maafkan aku, Lex. Ini permintaan Tyler. Ia tidak ingin kau mengkhawatirkannya. Ia tak mau membuat kau sedih. Maafkan aku." ucap Raph.
Lex melayangkan satu pukulan di pipi Raph, "Brengsek." ucapnya sambil berjalan meninggalkan Raph.
"Lex, biarkan aku mengantarmu sampai ke rumah." ucap Raph. Lex mengangkat tangannya, "Tak perlu. Aku tahu jalan pulang." ucapnya sambil berjalan ke arah halte bus.
Lex hanya diam selama perjalanan sambil melihat foto dirinya bersama Tyler saat di Disneyland yang ia simpan di dalam dompetnya. Di foto itu, tampak mereka sangat bahagia. Ia dan Tyler tampak sedang memeluk badut yang sama sambil menatap ke satu sama lain.
OK!! INI YA PART 2 NYA. MAAF BANGET KALAU SINGKAT. I CAN'T HANDLE MY EMOTION. PART 3 DITUNGGU YA.
love,
dayummzayn xx

KAMU SEDANG MEMBACA
IS IT LOVE IN YOUR EYES?
Teen FictionLex, gadis pinggir kota yang memiliki rasa cinta yang sangat besar, banyak hal yang ia alami yang membuatnya sangat tertekan dan tak percaya apa arti cinta itu lagi. Sampai akhirnya, ia bertemu seseorang yang menghidupkan cinta di dalam hidupnya lag...