Six

47 2 2
                                    

Aku berbaring di atas ranjangku sambil menatap langit-langit kamarku. Kejadian saat makan siang tadi masih terpikirkan olehku. Apakah Raph benar-benar mencintaiku? Well, dia tidak buruk juga. Tapi tetap saja aku masih kesal kepadanya. Aku cepat-cepat menghilangkan pikiranku terhadapnya. Aku dan Raphael, hal itu tak akan pernah terjadi. Ini sama saja seperti aku mengkhianati Tyler. Tiba-tiba, ponselku berbunyi. Segera aku mengambilnya dari meja belajarku.

1 Pesan dari Raph......

Panjang umur. Baru saja aku membicarakan anak ini, dan dia sekarang mengirim pesan kepadaku. Aku pun membuka pesan darinya.

"Halo, cantik."

Aku sedikit terkejut setelah membaca pesannya. Aku meletakkan ponselku ke atas tempat tidur begitu saja. Ya, aku memang mengabaikannya. Dan lagi-lagi, ponselku berbunyi.

"Jangan mengabaikanku, sayang."

Aku ingin muntah setelah membaca pesan darinya kali ini. Terpaksa, aku membalasnya.

"Aku bukan kekasihmu, jadi tolong berhenti mengirimku pesan sebelum aku memblokir nomormu."

Begitulah balasanku. Dia langsung membalasnya.

"Jangan bermain hard to catch, gadis kecil."

Aku menganga. Apa yang barusan dia bilang.... gadis kecil, ucapku dalam hati. Dengan cepat aku membalas pesannya.

"Pertama, aku sedang tidak bermain hard to catch , dan yang kedua, aku bukan gadis kecil. Berhenti memanggilku sesuka hatimu."

Tepat setelah, aku membalas pesannya, dia meneleponku. Aku memutar bola mataku, lalu aku mengangkat panggilannya.

"Ada apa?" tanyaku dengan nada malas.

"Hai, cantik. Kau sedang apa?"

"Bukan urusanmu sama sekali."

"Memang bukan. Aku hanya ingin tahu."

"Aku tak ingin memberitahu mu."

"Baiklah. Apa kau ada rencana akhir minggu ini?"

"Tidak. Kenapa?"

"Datanglah ke pesta di rumahku. Akan ada banyak alkohol dan musik."

"Aku tidak tertarik. Sama sekali."

"Bagaimana dengan menonton di cinema pada jumat malam?"

"Tidak, terimakasih. Aku benci film."

"Oh, aku tak mengetahuinya."

"Tentu saja, kau bukan siapa-siapaku."

"Ok, tenang. Aku akan membuatmu menyesal karena telah berkata aku bukan siapa-siapamu."

"Memang kau bukan."

"Sekarang mungkin tidak, tapi akan."

"Apa maksudmu?"

"Kau akan jatuh cinta kepadaku, gadis kecil."

"Aku sudah bilang jangan memanggilku sesuka hatimu."

"Baiklah, Alexis Morgan."

"Apa kau masih ingin berbicara? Aku akan menutup teleponnya, kau sudah membuang-buang waktuku."

"Tunggu dulu. Tolong kau pikirkan lagi tentang pesta di rumahku akhir minggu ini."

"Aku tak akan datang, jadi berhenti bermimpi. Bye."

Aku mematikan teleponnya langsung. Pesta? Apa aku membutuhkan hal itu? Aku rasa tidak.

Saat aku baru saja akan menarik selimutku, ponselku bergetar lagi. Apa lagi yang dia inginkan, tanyaku dalam hati dengan kesal. Aku langsung mengambil ponselku lalu mengangkat panggilan yang masuk.

"Raphael Gomez, aku sudah bilang, aku tidak ingin pergi ke pestamu. Harus berapa kali aku mengucapkannya?" ucapku terburu-buru.

"Raphael? Pesta? Apa dia baru saja meneleponmu?" tanya orang yang menjadi lawan biacaraku. Astaga. Ini suara Lily. Aku menepuk keningku.

"Alexis? Apa kau masih di sana?" tanyanya lagi.

"Ya, ya, Lily. Ada apa?" 

"Apa si brengsek itu meneleponmu tadi?"

"Bisa dibilang begitu."

"Apa yang dia katakan?"

"Hanya hal yang tak penting. Sudahlah, lupakan saja. Ada apa kau meneleponku?"

"Apa kau ingin sleepover di rumahku? Orang tuaku sedang tidak berada di rumah."

"Hmmm, boleh juga. Tapi----"

"Tenang saja, aku tau Dylan pasti tak akan mengizinkanmu. Aku akan menjemputmu. Kau temui aku di 2 rumah setelah rumahmu. Aku akan parkir di sana agar Dylan tidak mengetahuinya."

"Tapi Lily, aku tidak mungkin keluar dari pintu depan."

"Memang, kau akan keluar lewat jendela kamarmu."

"Hah?? Kau tahu aku takut ketinggian."

"Terakhir kali aku ke rumahmu, Ada trampolin yang sangat besar tepat di bawah balkon kamarmu."

"Baiklah."

"Ok, sampai jumpa."

Lily menutup teleponnya. Aku mengambil tasku dan mengisinya dengan 2 pasang bajuku serta laptopku. Setelah itu, aku memakai sepatuku dan mengikat talinya. Lalu, aku membuka pintu balkonku perlahan lalu menutupnya lagi setelah aku berada di balkon. Lily tiba-tiba mengirimku pesan.

"Aku sudah sampai. Cepat ke sini."

Aku mematikan ponselku dan menyimpannya di kantongku. Aku memegang pagar kecil balkonku sambil melihat ke bawah. Aku meringis. Kau pasti bisa Alexis Morgan, kau pasti bisa, tekadku dalam hati. Aku mengangkat satu kakiku sambil memegang pagar balkoniku. Setelah itu, aku mengeluarkan kakiku yang satu lagi. Seluruh badanku sudah bergetar ketakutan. Aku menutup mataku dan membungkam mulutku dengan satu tangan lalu lompat. 

Aku mencoba untuk mengendalikan napasku. Astaga. Aku berhasil melakukannya. Segera aku turun dari trampolin dan pergi menemui Lily. Lily membunyikan klaksonnya tepat saat dia melihatku. Aku lari ke arah mobilnya lalu masuk ke dalam.

"Hai." sapaku ke Lily seraya memasang sabuk pengamanku.

"Akhirnya, kau di sini juga." ucap Lily dengan wajah murung.

"Ada apa, Lil?" tanyaku penasaran.

Lily terdiam. Tiba-tiba dia menangis sambil memelukku. Aku memeluknya sambil mengelus punggungnya.

"Ada apa?"

Lily melepaskan pelukannya, "Orang tuaku, Lex."

"Ada apa dengan mereka?"

"Mereka bertengkar lagi. Ini sudah 1 minggu berturut-turut dan ayahku mengancam dia akan menceraikan mom. A---aa-----akk---akuu.." dan dia langsung menangis lagi 

"Sshhh, kau tak perlu menjelaskannya sekarang. Aku mengerti... Sudah, jangan menangis lagi." ucapku menenangkannya.

Lily mengusap air matanya, "Kau tidak keberatan ,kan, jika kau yang menyetir?" tanyanya pelan.

"Tentu saja tidak."

Kami langsung keluar dari mobil untuk bertukar posisi. 

"Sekarang kau ingin kemana?" tanyaku setelah kami bertukar posisi.

"Kita akan ke apartement ku yang dulu."

"Setahuku kau sudah menjualnya?!"

"Tidak jadi, kau masih ingat ,kan, arah jalannya?"

Aku mengangguk. Aku menginjak pedal gas dan menyetir mobil Lily ke arah apartement nya. 

haloooooo maafkan author yang abal-abal ini,  yg jarang sekali meng-update dan update-an nya dikit bangett,, i'm working on it ok i'm trying :))))) so yeahhh enjoyyy ya kawann xx




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 31, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

IS IT LOVE IN YOUR EYES?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang