Giozan Alghifari

89 17 2
                                    

Hidupku begitu rumit. Selama setahun ini papa tidak pernah pulang ke rumah dan membuat mama terus menangis. Dia hanya mengirimkan uang untukku dan mama setiap bulannya. Saat ditanya 'kapan pulang?' Papa selalu memberikan alasan yang menurutku tidak masuk akal. Memang nominal uang yang dikirim bisa dikatakan 'wow' untuk anak seusiaku. Tapi, bukan itu yang kubutuhkan. Hanya kasih sayang seorang papa yang kuperlukan.

Kukerjapkan mataku saat mendengar suara tawa laki-laki yang kukenali adalah suara Gasta. Aku merubah posisi tidurku membelakangi laki-laki itu dan mulai memejamkan mata kembali. Belum sampai satu menit, suara tawa itu terdengar kembali dan lebih keras dari sebelumnya. Aku yang merasa kesal karena dia mengganggu acara tidurku, langsung saja kutendang dia sampai jatuh ke lantai.

"Aduuuhhh..!! Sakit bego!!" Ringis Gasta sambil mengusap pinggangnya yang sakit karena terbentur sudut kursi yang berada di dekat ranjang.

"Berisik lo ganggu tidur gue." Ucapku dengan kesal dan menarik selimut sampai menutupi kepalaku.

"Dasar kebo. Inget woy ini kamar siapa. Kamar gue kalo lo lupa." Ucapnya sambil bangkit dan menarik selimutku sampai memperlihatkan wajahku.

Aku yang sudah sangat terganggu dengan tingkahnya memilih untuk bangun.

"Gila sarap lo! Nonton gini aja ketawanya sampe kayak gitu." Omelku saat melihat acara tv yang ditonton oleh Gasta.

"Abisnya ini si sopo mau aja dikibulin sama jarwo. Jarwonya juga bego banget otaknya ketinggalan di warteg ahahahaha, udah tua juga masih kayak bocah." Ujarnya dan kembali tertawa sambil memegangi perutnya.

"Kayak lo dong, bener lo udah gede udah SMA, tapi kayaknya otak lo masih ketinggalan di club."

"Enak aja, lo juga keles." Balasnya dengan nada tidak terima. "Lo harus berterima kasih sama gue dan Gaga karena udah gotong lo semalem." Lanjutnya masih dengan fokus ke acara tv yang berjudul adit dan sopo jarwo itu.

"Gue semalem minum banyak ya?" Tanyaku dengan sesekali menoleh ke Gasta. "Gaga sekarang dimana?"

"Yeee malah tanya gue, ya meneketehe. Kan lo yang minum, gimana sih. Gaga di kamar mandi." Jawabnya

Suasana menjadi hening seketika setelah Gasta berbicara. Tapi keheningan itu tak berlangsung lama saat terdengar suara yang menandakan ada panggilan masuk dari benda berbentuk persegi panjang berlogo apple milikku. Tertera nama mama disana. Kugeser gambar berwarna hijau dan terdengarlah suara wanita diseberang sana.

"Ozan kamu kemana aja nggak pulang?! Bisa nggak sih nggak usah bikin mama khawatir?! Seenggaknya sms atau telpon mama kasih kabar! Bukan ngilang kayak gini!" Kugerakkan ponsel agak menjauh dari telingaku karena suara yang dilontarkan oleh wanita itu sungguh bisa merusak gendang telingaku.

"Iya-iya ma, maaf. Ozan sekarang lagi di rumahnya Gasta. Disini ada Gaga juga." Ucapku dengan suara lembut yang kuharapkan bisa mengurangi amarahnya.

"Kamu habis ngapain semalam?! Pasti mabuk-mabukan lagi kan?! Kamu itu dibilangin orangtua masih aja bandel! Mama udah pusing mikirin kamu! Kamu pulang sekarang atau mama blokir atm kamu?! Mama tutup dulu! Bye!" Setelah mengucapkan deretan amarah yang berakhir dengan ancaman, wanita itu langsung menutup telepon secara sepihak.

Aku mendengus kasar sampil menatap layar ponselku. Dan tak kusadari, Gaga sudah keluar dari kamar mandi dengan hanya memakai celana pendek selutut milik Gasta.

"Kenapa bro, lesu amat?" Tanya Gaga sambil mengacak almari Gasta untuk mengambil kaos yang akan dipakai untuknya.

"Heh Gagal Total! Baju gue lo berantakin! Beresin nggak?! Minjem tuh yang kalem, minta baik-baik, nggak asal ngambil dan merusak segalanya" Gasta berkacak pinggang melihat nasib para bajunya yang sudah amburadul didalam almari berwarna hitam-putih miliknya.

"Hehehe, kitakan sohib. Jangan galak-galak Gas ntar cepet tua. Ntar nggak ada yang nge-fans lo lagi." Rayu Gaga sambil memakai kaos yang sudah dipilihnya. "Oiya Zan, lu kenape dah?" Tanya Gaga kembali ke awal pembicaraan.

"Biasa. Nyokap. Marah gue nggak pulang. Udah ya gue balik dulu. Nyokap tadi udah uring-uringan di telpon. Oiya motor gue gimana nasibnya?"

"Ada didepan. Udah pulang sono, hus. Jangan lupa mandi." Ucap Gasta

"Ngusir nih? Tiati ntar kangen sama gue baru tau rasa lu pada."

"O aza." Balas Gaga. Lalu aku segera beranjak mengambil kunci motor dan segera meninggalkan rumah Gasta yang sepi tidak berpenghuni selain tiga orang yaitu Gasta, asisten rumah tangga, dan satpam. Ditambah sekarang ada Gaga yang masih main disana. Rumah Gasta adalah basecamp untuk kita bertiga. Sahabatan dari SMP yang nggak mau pisah buat SMA. Menjijikkan, tapi menyenangkan.

***

Jadi, bisa ditebak ya Ozan orangnya kayak gimana.. hmm.
Jangan lupa vomment:)
Terima kasih.


5 Januari 2017, 21:05
Love, winda

OZARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang