3.GMBF

146 61 8
                                    

Kring... kring... kring...

Aku langsung mengambil hand-phoneku dari tasku dan segera mengirim sms kepada Albert.

Aku : Bert, aku tunggu di kantin. See you😊

Aku langsung segera ke kantin. Aku takkan pedulikan teman-teman sekelasku meminjam (Eh, lebih tepatnya mengambil.) buku sejerah dan menyalin jawabanku karena pasti nanti bukuku juga dikembalikan meski tidak pada tempat asalnya. (*tempat asalnya ditas, kalo ngembaliin biasanya dimeja*).

(Sesampai dikantin)

Aku segera duduk dibangku kosong yang tersisa dan menunggu Albert.

Sekitar 3 menit kemudian Albert datang.

Albert POV

"Hy, Rain." sapaku

"Hy, Bert." jawabnya

"Gimana? mau pesan apa?" tanyaku

"Bakso deh, sama minuman jeruk aja" Jawabnya.

"mbak," panggilku ke pelayan kantin

Pelayan itu menoleh dan berjalan ke arahku "iya, mau pesan apa mas?" tanya pelayan tersebut.

"bakso sama minuman jeruk satu, roti sama teh hangatnya satu." jawabku

"Iya, mas tunggu ya?"

"iya." Aku langsung senyum.

Aku merasakan pening di kepalaku. Akhirnya, ku pejamkan mataku dan menggeleng pelan untuk menghilangkan rasa sakit.

"Bert, kamu masih sehatkan?" tanya Raina tiba-tiba.

"Duh, Si Rain tanya kayak gini lagi," batinku

"Hey, Kamu gapapa?kok malah ngelamun?"tanyanya lagi.

"Eh, iya-iya, gapapa,"kataku agak gugup.

"Bilang ke Raina gak ya?"batinku

"Kamu itu mikirin apa sih?"tanyanya.

"Eh, enggak kok," jawabku.

"oh,"katanya santai dan tak ingin tau.

"Gimana kalo kamu dibohongi oleh sahabatmu sendiri?"tanyaku tiba-tiba.

"Kamu bohongin aku?"tanyanya balik.

"En-En-Enggak, Cuman nanya" ucapku agak terpatah-patah.

"Oh, Ya aku pasti marah ke dia, apalagi kalo rahasianya besar. Aku gak dikasih tau. Ya, pasti marahlah." Ia menjawab pertanyaanku.

"Contoh rahasia besar menurut kamu apa?"

"Embb... apa ya? aku sendiri juga ga tau, ya mungkin penyakit yang dideritanya" Jawabnya.

"lainnya?"tanyaku lagi.

"Ih, kamu itu tanya apa wawancara?" tanyanya balik.

"Tanya,"

"kalo lainnya, ya aku ga tau, kan aku udah bilang, aku ga tau, ga bisa ngebayangin." katanya.

Tak lama kemudian, pesanan kami datang. aku segera mengambil pesananku dan ia mengambil pesanannya. Aku sendiri gak bisa ngebayangin kalo aku harus ninggalin dia untuk selamanya nantinya
Padahal aku ingin selamanya bersahabat dengan dia. Namun, apa kehendak Tuhan, dia dan aku harus berpisah.

"Eh, Bert kenapa kemarin gak masuk?"tanyaku sambil memakan baksonya.

"Aku kerumah nenek aku, udah lama gak kesana." Jawabku bohong.

"Kamu gak ada disekolah, rasanya gak enak banget. Kamu tau sifat teman-temanku kan? jadi kalo gak ada kamu ya, pasti aku akan kesepian." katanya dengan nada sedih

"Oh, berarti kangen ya?"tanyaku dengan senyum diakhir kalimat.

"Maybe,"katany sambil tersenyum.

Raina POV

Tak lama kemudian...

Bel berbunyi tanda masuk dan jam pelajaran baru.

Aku langsung duduk di bangkuku. Ya, seperti yang aku tebak. Mereka mengambil buku sejarahku di tas dan menaruhnya di meja dan lebih tepatnya lagi mereka mencontek PR sejarahku.

"Eh, Rain," sapa Nadine.

"Hmm," jawabku malas.

"Pinjem buku sejarah," katanya cepat.

"Dipinjem," jawabku bohong.

"Oh, dipinjem siapa?"tanyanya lagi.

"Temen-temen," kataku cepat dan malas.

"Nah, kamu gitu banget sih, aku sebangku dengan kamu,"

"Hmm, terus?"Kataku cepat.

"Ajarin,"

Aku menghembuskan nafas sebal dan cepat serta kasar. "Nomor 1-3 baca aja halaman 153 ada jawabannya, 4 nalar, 5 aku ngawur, 6-7 halaman 160, 8 halaman 45 lks, 9-10 nalar, 11-15 ngawur." Aku menjelaskan jawabannya.

"Beneran ngawur? "tanyanya memastikan

"Hmm,"jawabku singkat

"enggaklah, cari dibuku ada." batinku membenarkan.

15 menit kemudian guru sejarah datang.

"Maaf, saya terlambat"kata guru tersebut

"Gapapa bu," kata beberapa anak dikelas

Lalu, guru sejarah menjelaskan pelajaran sejarah. Tak lama kemudian bel berbunyi tanda pelajaran berganti.
80 Menit kemudian bel pulang berbunyi. Aku segera pergi dari kelas dan menuju ketempat parkiran.

Setelah sampai ditempat parkiran. Aku melihat Albert berdiri disebelah mobilku, aku yakin dia akan menyuruhku mengantarkannya kerumahnya.

"Hy, Bert." Sapaku

"Hy, Rain."

"Mau apa?"

"Nebeng, sekalian kamu kerumahku sebentar," katanya.

"Baiklah," kataku

Aku segera memasuki mobilku, dan dia juga memasuki mobilku. Sepanjang perjalanan kami habiskan waktu untuk berbicara hal-hal yang sebenarnya tidak ada untungnya.

Sesampai dirumahnya.

Goodbye, My Best FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang