Bagian Sepuluh
"Kamu bunuh perasaanku, tidak mengapa nyawa perasaanku itu seperti nyawa kucing. Ada sembilan. Sisa delapan? Mau mencoba membunuh lagi?"
-Flesh Out-
Sebelum jam delapan pagi, Reina sudah sampai di Kambang Iwak yang menjadi tempat tetap latihan cheers setiap dua minggu sekali ketika hari akhir pekan.
Kambang Iwak adalah sebuah danau buatan yag memang pasti akan sangat ramai ketika akhir pekan, ataupun hari-hari lainnya.
Meningat, kambang iwak adalah sebuah danau buatan di tengah kota itu sering dijadikan tempat berolahraga seperti lari dan senam ketika akhir pekan. Keramaian karena berolahraga juga membuat beberapa pihak memanfaatkan untuk mencari keuntungan. Pedagang mulai berjualan di sana. Mulai dari makanan, pakaian sampai sewa sepeda semuanya lengkap. Seperti pasar ramadhan dadakan.
Alasan itulah yang membuat Kambang Iwak bertambah ramai dan akhirnya menjadikan Pemkot Palembang memberikan car free day di kawasan tersebut agar macet bisa dikurangi.
Reina turun dari taksi yang membawanya sampai di Kambag Iwak. Ia turun sambil membawa tas selempang berisi handuk dan pom-pom untuk keperluan cheerleaders.
Ia tersenyum miringnya saat para anggota cheerleaders menyapanya. Sebenarnya, Reina tidak terlalu niat latihan cheers pagi ini mengingat semalam ia baru sampai ke rumah pukul sebelas malam dan baru bisa terlelap pukul dua malam karena menemani Frans nonton bola.
Sinting memang laki-laki itu, ia menumpang nonton bola di rumahnya. Menghabisi seluruh makanan ringan yang berada di lemari es, lalu pulang dengan sampah berantakan yang membuat Reina sangat kesal. Mungkin besok, Reina akan memberi perhitungan kepada Frans. Tolong ingatkan itu.
Sepertinya Reina yang menjadi paling akhir datang ke tempat latihan, karena ketika ia mengabsen tadi semuanya sudah hadir dan beberapa yang tidak hadir sudah izin kepadanya. Sebelum memulai latihan Reina memimpin latihan mulai dari pemanasan lari-lari keliling Kambang Iwak sampai pemasanan badan.
Setelah merasa cukup, Reina mulai menghidupkan musik yang berada di tape. Dan ia mulai mengintruksi seluruhnya untuk memulai latihan.
"One ... two ... three ... four."
"Down ... up."
"UP!"
"Five ... six ... seven ... eight
Reina tidak menyadari saja, bahwa ada sepasang mata yang menatapnya dari kejauhan. Sambil menatap Reina, ia mengembuskan asap rokok melalui bibirnya. Lalu asap rokok tersebut mengepul di udara, ia menjauhkan sejenak rokok tersebut sembari tersenyum sinis.
"Cukup semalam gue melepaskan lo gitu aja, Reina." Katanya sebelum membuang puntung rokok yang masih sisa setengah itu, ia menginjaknya dengan kaki kirinya kuat-kuat seolah sedang menginjak kejadian memalukan semalam. Reina tidak akan pernah bisa lari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flesh Out
Teen FictionUntuk semua laki-laki yang mencoba mencari tahu bagaimana perasaan perempuan. Ketahui permainan tentang seorang gadis. "Aturan mainnya, kalau perempuan bilang tidak maka dia benar-benar bilang iya, kalau perempuan bilang benci maka arti sebenarnya...