12. Karena Dia

176K 12.8K 1.5K
                                    


Bagian Dua Belas

Masalahnya adalah kadang perasaan suka itu datangnya tiba-tiba dan dengan orang yang tidak diduga-duga.

Urusannya selesai, Frans mendongkak menatap ke arah dahan pohon lalu ia tersenyum bangga atas pekerjaannya. Ia baru saja telah berhasil memindahkan helm dan ban belakang motor Ateng ke atas dahan pohon yang lumayan tinggi.

Frans lalu menepuk-nepuk tangannya sambil masih mendongkak. "Gue emang sayang banget Teng sama lo," kekehnya.

Tak mau membuang waktu, Frans ingin meninggalkan jejak dan segera beranjak dari sana. Alasannya mengerjai Ateng karena tadi Ateng duluan yang memulai. Sahabatnya itu menunjukan rasa kasih sayangnya dengan tidak membangunkan Frans ketika kebetulan lagi-lagi Bu Endang sedang mengajar kelasnya.

Frans tidak masalah kalau dia dihukum dengan berdiri di depan kelas sampai jam pelajaran Bu Endang habis, itu hukuman gampang. Yang jadi masalahnya Bu Endang yang kebetulan adalah guru matematika memberinya tugas dengan mengerjakan sepuluh macam uji kompetensi di dalam buku cetak. Total soalnya ada sekitar 150. Kurang mantap apa coba?

Frans jelas masih ingat ekspresi Ateng sepanjang pelajaran Matematika yang selalu saja menoleh ke arahnya dan menyengir lebar seolah Ateng adalah bayi polos tanpa dosa. Sahabat yang luar biasa romantis.

Lalu ketika Frans beranjak dari tempatnya mengantungkan ban motor dan helm Ateng, sebuah panggilan membuat Frans menoleh. Andini melambai ke arahnya sambil tersenyum lebar, perempuan itu lalu berlarian ke arahnya sambil terus tersenyum.

Frans tertawa melihat Andini dan ketika Andini sudah berada di depannya, Frans merentangkan tangan. "Kayak teletubis gitu, kalau ketemu berpelukan," kekehnya.

Andini memukul bahu Frans segera. "Dasar mesum."

Frans terkekeh lalu ia menatap ke arah dua kantung yang sedang di pegang Andini di tangan kiri dan kanannya, masing-masing tangan memegang satu kantung. "Itu apaan?"

"Duit," balas Andini.

"Ya elah, mana ada duit ditaruh di kantung begituan. Apaan kayak berat amat," ucap Frans.

"Ini tuh bahan untuk bikin dekor buat acara festival musik minggu depan."

Frans mengangguk paham. "Mau pulang ya?" Mereka berdua mulai berjalan beriringan di sepanjang taman samping menuju koridor yang mengarah ke gerbang sekolah.

"Iya."

"Mau barengan? Belum pernah kan nyoba naik Otong gue?" kekeh Frans. Andini tertawa mendengar nama motor Frans, laki-laki itu pernah menceritakan mengenai Otong di chat. Ya mereka lumayan dekat di chat, setiap hari pasti selalu chatan.

Andini mengangguk. "Boleh juga."

Mereka berdua sudah sampai di parkiran sekolah yang masih agak ramai mungkin dikarenakan hari ini banyak sekali ekstrakulikuler yang masih latihan seperti basket, tari daerah, vokal, cheerleaders, dan lain sebagainya.

Tapi hari ini futsal tidak latihan karena malam nanti akan ada pertandingan persahabatan antara futsal SMAnya dengan SMA tetangga.

Dua kantung yang tadi dibawa oleh Andini, Frans ambil alih dan ia segera gantungkan ke gantungan motornya. "Naik Din."

Motor Frans itu semacam motor sport bewarna merah terang yang bannya sudah Frans ganti agak lebih tinggi terlebih pada bagian belakang sehingga untuk penumpang cukup sulit menaikinya. Tubuh Andini agak lebih pendek dibandingkan Reina jadi ketika Frans menyuruh Andini naik, perempuan itu masih kebingungan mencari letak pas baginya untuk naik. Terlebih saat ini ia memakai rok pendek.

Flesh OutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang