Author Pov
Seorang Wanita bertubuh mungil tengah melamun duduk di balkon kamarnya. Menatap ke bawah dimana banyak kendaraan yang berlalu lalang. Hembusan angin yang menerpa tubuhnya bahkan ia abaikan seakan akan ia mampu menahan hawa dingin itu. Tangan kanan nya menopang dagu, entah apa yang sedang gadis cantik itu pikirkan.
Ia nampak menghela nafas lalu, ia sandarkan tubuhnya pada punggung kursi. Matanya terpejam terlihat gurat kerinduan akan seseorang yang ada diindonesia sana dalam wajah Ayunya. Dua tahun sudah ia memendam kerinduan kepada sahabat nya itu. Dua tahun juga ia tak pernah menghubungi sahabatnya walau itu hanya dengan telepon. Ia benar benar merindukan sahabat yang selalu ada disaat dia butuh, sahabat satu satunya yang mampu membuat dia Nyaman. Ya dan orang itu hanya Raffi. Tiba-tiba saja ingatannya tertarik pada kejadian Dua tahun silam saat ia pergi meninggalkan sahabatnya tanpa kabar.
"Ma, Gigi gak bisa pergi gitu aja dari sini Gigi gak mau ngecewain Raffi ma." Gigi menatap mamanya dengan tatapan sendu. Meminta agar mamanya tak memaksanya pergi ke London.
"Sayang, disini kita udah gak punya apa apa lagi. Kita harus ke London dan untuk sementara waktu kita tinggal disana dulu. Ini juga demi kebaikan kamu. Mau ya tinggal di London sama mama sama kakak kamu" bujuk Mama. Gigi menghela nafas lalu menggeleng pelan.
"Ma, Gigi gak usah ikut deh Gigi gak ppa kok harus ngekost juga. Gigi gak bisa jauh dari Raffi apalagi sampe gak Ngasih kabar gitu sama Raffi"
"Jadi kamu gak mau ngikutin perintah Mama karna Raffi iya? Jadi kamu lebih mentingin Raffi daripada Keluarga kamu iya?"
"Bukan Gitu ma ta..."
"Kalau kamu udah gak sayang sama Mama sama Papa lagi kamu gak usah ikut ke london, kamu disini aja dan urusin itu Raffi kamu!"
"Ma,,,"
"Mama gak terima alasan apapun Gi. Sekarang kamu pilih Ikut Mama kelondon atau kamu akan tetep disini?!"
Gigi hanya bisa diam. Sungguh bukan maksud nya untuk menolak keinginan Mama nya untuk tinggal di London. Tapi disatu sisi ia tak bisa jauh dan meninggalkan Raffi begitu saja bahkan ia juga tidak tau berapa lama waktu ia akan meninggalkan Sahabat nya itu.
Sebulir air mata jatuh begitu saja dari pelupuk matanya. Sungguh ia tak akan pernah mau berada dalam situasi yang membuatnya bimbang seperti ini. Situasi dimana ia harus memilih satu dari dua belah pihak yang bahkan sangat ia cinta. Dia begitu benci situasi seperti ini. Benci!!
"Gak bisa jawab? Jadi kamu milih tinggal di si.."
"Ia Gigi ikut Mama" Setelah beberapa menit ia diam akhirnya ia angkat bicara dengan keputusannya. Ia tetap menundukkan kepalanya ia tidak mu kalau mamanya sampai tau jika ia sedang menangis. Keputusan yang ia ambil ini semoga menjadi keputusan yang terbaik. Ya mungkin ini keputusan terbaik.
'Maaffin Gue ffi. Gue harap ini keputusan terbaik yang gue pilih. Gue sayang sama lo tapi gue juga gak bisa ninggalin mama gitu aja. Maaffin gue'
"Bagus. Itu baru anak mama"
Diam, Gigi hanya bisa diam tidak mengeluarkan sepatah katapun. Ia sedang berusaha meredam tangisnya.
"Yaudah sekrang kmu siap siap besok kita pergi"
Tess....
Air matanya jatuh begitu saja dalam mata yang masih tertutup rapat. Sakit sekali jika ia harus mengingat kejadian itu. Ia lalu menghapus air matanya dengan kedua tangannya lalu ia meraup mukanya sendiri frustasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend And Love ( Slow Update )
Ngẫu nhiênJika dulu rasa ini aku rasakan sebagai sahabat tapi sekarang Aku merasakan rasa ini sebagaimana rasa perempuan kepada laki-laki. Maka jangan salahkan rasa ini karna yang aku rasakan ke kamu itu, Cinta. ~ Nagita Slavina Mariana Tengker Aku tak menya...