'Cklek'
Suara pintu terbuka terdengar di telingaku. Aku yang sedari tadi sibuk dengan tugas kuliahku segera mengalihkan pandanganku ke arah pintu, aku mendapati seorang pria memasuki apartemenku.
Detik berikutnya, aku melompat dari sofaku, meninggalkan semua tugasku dan menghampiri sosok lelaki yang akhir-akhir ini tidak menemuiku. Ia terlihat sangat lesu. Biasanya, ia akan berteriak girang dan memanggil namaku saat ia masuk ke apartemenku.
"Oppa!"
Pria itu hanya tersenyum tipis. Aku tahu, dia pasti sangat kelelahan.
"Kau sakit?" tanyaku.
Ia hanya menggeleng lemah. Sebuah kebiasaan baginya jika ia sedang down, dia tidak akan menjawab perkataanku. Bibirnya yang biasa tersenyum itu kini terlihat sangat pucat.
"Aku tahu kau lelah, Oppa."
Kusentuh rahang tegasnya dengan lembut, berusaha menyalurkan semua energi yang ada di dalam tubuhku untuknya. Memang, minggu ini dia sibuk rekaman untuk album barunya. Kantong matanya terlihat sangat jelas dan mata sayunya menatap manik mataku dalam.
'Grab'
Hoseok memelukku hangat seraya mengusap rambutku yang terurai. Aku bisa merasakan keadaannya tidak baik sekarang.
"Mau kubuatkan teh merah?" ucapku.
"Tidak, aku sudah merasa lebih baik saat memelukmu." Ia mengeratkan pelukan kami, seolah hanya akulah pegangan hidupnya.
"Oppa, biarkan aku membersihkan mejaku."
Ia melepas pelukannya dan tersenyum lembut. Astaga, baru kali ini aku melihatnya tak bersemangat. Aku masih ingat dengan kata-katanya, air mata adalah bagian dari pesonannya karena tidak selamanya seseorang akan terlihat ceria. Tapi aku tidak tega melihatnya tak berdaya seperti ini.
"(y/n)!"
Aku mendekatinya yang duduk di sofa ruang tamuku. Ia menepuk sofa yang ada di sebelahnya, mengisyaratkan agar aku duduk di sampingnya. Aku tersenyum senang lalu menuruti permintaannya. Aku tahu, dia ingin tertidur di pangkuanku.
Tanpa meminta ijin, Hoseok telah merebahkan kepalanya di pahaku lalu meraih tangan kananku dan memainkannya. Aku memainkan rambut orange-nya dengan tangan kiriku. Hoseok memang tak bisa tidur tanpa belaian seseorang, bahkan dia akan menyentuh tubuhnya sendiri jika aku tak ada di sampingnya.
"Kau tahu, betapa beruntungnya aku mendapatkanmu. Kau bisa mengerti keadaanku meski aku tidak berterus terang padamu, kau sangat dewasa. Maafkan aku, sering menyembunyikan kesedihanku darimu."
"Oppa, aku tahu kau sangat sibuk. Setidaknya, kau harus memberi tahu tentang keadaanmu. Aku akan ada di sampingmu di saat kau susah atau senang," tuturku.
"Apa kau tahu broadcast V live beberapa minggu yang lalu?" gumamnya.
Aku berdehem kecil dan mengangguk.
"Aku tahu kau sedih saat Army lebih memilih mencari member lain saat kau melakukan siaran. Tenanglah, masih ada Army yang mendukungmu di luar sana. Comeback kali ini menjadi kesempatanmu untuk membuktikan kalau kau itu golden hyung, kau mendapat kesempatan emas dari Bang PD-nim."
Ia mengecup punggung tanganku dengan lembut, "Kau juga selalu mendukungku, bahkan kau itu mood maker-ku."
Aku terkekeh pelan. Bukankah dia itu mood maker-ku? Bahkan dia mood boaster anggota BTS.
"Terima kasih, (y/n). Aku mencintaimu," ujarnya.
Beberapa menit kemudian, aku mendengar dengkuran kecil darinya. Dia sudah terlelap ternyata. Ia terlelap lebih cepat dari yang kuduga.
"Aku juga mencintaimu, Jung Hoseok."
.
.
.
EndNote: Hohoho, buat Hoseok stan silakan berbaper ria (?) Maafkan kalo feelnya kurang ngena, thanks for reading ❤ next imagine is our monie