Aku berjalan menyusuri koridor sebuah gedung apartemen di Seoul. Langkahku terhenti pada apartemen nomor 207. Kutekan tombol bel yang ada di sebelah kanan pintu. Tak lama, aku mendengar suara seseorang berlari dari dalam.
"Jungkook, (y/n) datang!"
Lima menit kemudian, aku melihat seorang pria berdiri di depan pintu seraya tersenyum menunjukkan gigi kelincinya. Jeon Jungkook. Aku tidak tahu sejak kapan ia menjadi seperti ini. I mean, he become errr, iykwim.
"Kenapa kau memandangku seperti itu?" tanya Jungkook membuatku tersadar dari lamunanku.
"Tidak apa," ujarku lalu memeluknya.
Hampir satu bulan aku tidak bisa menemuinya karena jadwalnya yang padat. Comeback dan fan meeting menjadi alasan utama ia tak pernah menemuiku akhir-akhir ini.
"I miss you so bad, (y/n)." Jungkook menyingkirkan anak rambutku yang menutupi sebagian wajahku.
"Aku juga," tuturku.
"Kau semakin cantik saja dengan rambut barumu."
Blush
Aku merasakan pipiku memanas, "Oppa!"
"Jungkook, Sayang."
Ya, Jungkook tidak pernah mau kupanggil Oppa. Sekali pun aku lebih muda darinya, ia lebih suka dipanggil Jungkook.
"Di mana yang lain?" tanyaku.
"Di ruang tengah, sedang main PS."
"Masuklah!" lanjutnya.
Kami berjalan memasuki dorm BTS, grup yang sedang digandrungi oleh remaja wanita di seluruh dunia. Of course, kekasihku juga digilai banyak gadis dan itu cukup membuatku cemburu.
"Wah, (y/n). Lama tidak bertemu, kau baru saja memotong rambutmu?" ujar Taehyung.
Oh, ternyata mereka menyadari gaya rambutku yang berubah.
"Aku bawa makanan untuk oppadeul," tuturku lalu meletakan satu kantong plastik di tengah karpet tempat mereka bermain.
"Woah, (y/n) memang hebat!" seru Jimin.
"Apa kau yang memasak ini semua?" tanya Namjoon.
Aku mengangguk seraya mengulas senyum di bibirku.
Mereka mengambil sumpit dan mulai melahap makanan yang kubawa, tak terkecuali Jungkook. Bahkan ia yang terlihat sangat antusias memakan masakanku.
"Woah, ini enak sekali! Jungkook, kau harus memberi (y/n) sebuah ciuman!" tutur Hoseok dengan mulutnya yang masih dipenuhi makanan.
Jungkook mendekatiku lalu tersenyum dan mendekatkan wajahnya. Spontan, aku memundurkan wajahku. Mana mungkin aku berciuman di hadapan anggota BTS.
"Kau kira aku akan menciummu, huh?" bisik Jungkook.
"Teasing me?" gumamku.
Jungkook terkekeh pelan lalu menjauhkan wajahnya. Benar saja, dia hanya menggodaku. Aku tidak tahu pasti, kapan dia mulai suka menggodaku.
"Masakanmu enak," puji Jungkook.
"Kuharap, lima tahun lagi kita akan makan masakanmu bersama anak kita."
"Jeon Jungkook!" Aku memukul lengannya pelan.
Seriously, Jeon freakin' Jungkook.
"Pasangan dimabuk cinta, ck. Semoga perkataanmu menjadi nyata, Jeon Jungkook." Yoongi memutar bola matanya dengan malas.
"Katakan saja kau ingin punya kekasih, Hyung. Kau iri 'kan?" timpal Taehyung, membuat semua tertawa.
"Kau mau menjadi kekasihku, Hyung?" ujar Jimin.
Oh my god, Yoonmin is real!
"Aku normal, sialan!" desis Yoongi.
Aku melirik jam tanganku. Jam sudah menunjukan pukul lima sore.
"Oppadeul, aku harus pulang."
"Aku antar, tunggu sebentar."
Jungkook berlari ke kamarnya, meraih jaket dan sepatu miliknya. Ia kembali menghampiriku dan mengulurkan tangannya. Dengan senang hati, aku menerima uluran tangannya dan menggenggam tangannya.
"Hati-hati di jalan, (y/n). Jungkook, jangan macam-macam dengan (y/n), kau mengerti?" ujar Seokjin sembari mengacungkan sumpitnya pada Jungkook.
"Aku tahu, Hyung. Aku bukan bayi lagi," tukas Jungkook.
"Bye, oppadeul!"
Aku dan Jungkook menyusuri trotoar menuju halte bus. Sudah lama aku tidak merasakan momen seperti ini, mungkin terakhir kali saat kami baru saja resmi berpacaran. Sekitar enam bulan yang lalu.
"(y/n) ... Kau seperti tombol spasi bagiku," tuturnya tiba-tiba.
"Maksudmu?"
"Sebuah kalimat tidak akan terangkai tanpa tombol spasi, sedangkan aku tidak bisa hidup tanpamu di sisiku."
"Jungkook?" gumamku.
"Ah, setiap kali aku melihat matamu ... Kenapa aku bisa melihat masa depanku? Apa karena kaulah masa depanku?" lanjutnya.
"Kookie ...."
"Apa ada bandara di sekitar sini? Apa hanya hatiku saja yang mendarat di hatimu?"
"Jeon Jungkook, stop it. Aku akan memutuskanmu jika kau terus menggodaku," tukasku.
Ia tertawa pelan. Sejak kapan dia pintar menggodaku? Hey, bahkan dia terlihat seperti seorang bayi saat pertama kali aku mengenalnya.
"Sejak kapan kau berani menggodaku?" tanyaku.
"Entahlah, ternyata menggoda seorang gadis itu menyenangkan."
"Jadi kau menggoda gadis lain selain aku?!" Aku menatapnya dengan tatapan tajam.
"Hanya kau, (y/n)."
"Bagaimana bisa kau menggodaku seperti itu? Kau diajari siapa?" ujarku.
"Jimin hyung."
Damn international playboy Park Jimin.
"(y/n), aku tahu, menjadi kekasihku adalah hal yang sulit. Kau pasti dibayangi dengan kebencian Army yang tidak suka dengan hubungan kita. Tapi jangan pernah berpikir untuk meninggalkanku, aku akan terus membantumu menyelesaikan masalahmu dan fans-ku."
Aku tersenyum tipis, Jungkook telah berubah menjadi pria dewasa sekarang. Aku bersyukur, setidaknya dia bisa melindungiku.
"Aku tidak apa, Jungkook. Semua sudah menjadi resikoku," tuturku.
Jungkook mendekatkan wajahnya. Aku bisa merasakan bibirnya mendarat di bibirku. Ia melumat lembut bibirku lalu tersenyum.
"Aku mencintaimu, Jungkook."
"Aku mencintaimu lebih dari yang kau pikirkan, (y/n)."
.
.
.
EndNote: udah selesai ya ㅠ.ㅠ ga kerasa udah selesai aja, thanks for reading ❤ aku juga mau ngucapin terima kasih buat semua readers yang udah baca BTS Imagine dari awal sampai akhir, imagine absurd yang kalian sempatkan buat baca ㅠ.ㅠ