Flashback

1.2K 106 9
                                    

Suasana kegembiraan sangat terasa di siang yang tidak begitu terik itu. Mahasiswa-mahasiswa dengan baju kelulusannya tampak berlalu-lalang, entah untuk menghampiri kawan-kawannya, atau berbincang-bincang dengan keluarga.

Acara kelulusan baru saja selesai. Para mahasiswa yang kini sudah menjadi sarjana itu semuanya tampak bahagia. Tentu saja. Siapa yang tidak senang akan kelulusan kuliahnya? Siapa yang tidak senang dengan dunia baru yang sebentar lagi akan dilewati?

Dunia kerja sudah ada di depan mata. Berkat kerja keras mereka selama ini, tampaknya mereka tidak ada yang bermasalah dengan hal itu. Semuanya optimis akan mendapat pekerjaan dengan cepat.

Termasuk kedua mahasiswa arsitektur yang saat ini sedang berbincang soal dunia kerja, Do Luhan dan Zhong Yifan.

"Bagaimana? Kau jadi menerima proyek itu?" tanya Yifan pada Luhan dengan raut wajah antusias.

Luhan menganggukkan kepalanya dengan mantap.

"Eum! Itu proyek besar. Proyek terbesar dari semua proyek yang selama ini pernah kudapat. Aku bersyukur sekali." jawab Luhan dengan mata berbinar.
Ya, Luhan adalah mahasiswa yang berprestasi. Ia sudah banyak ditawari proyek arsitektur bahkan sebelum ia lulus dari kuliahnya. Selama ini Luhan belum pernah menolak proyek-proyek itu. Walaupun terkadang ia menjadi kelelahan, tetapi apa pedulinya jika itu membuatnya bahagia?

"Kau juga harus menerima proyek itu Yifan-ah. Itu proyek yang cukup bagus."

"Tentu saja aku akan menerimanya. Aku kan belajar darimu."

"Hahaha!"

Sudah satu minggu. Setelah pergi berlibur, kini saatnya Luhan untuk kembali bekerja keras, menggarap proyek besar yang pada akhirnya diterima olehnya itu.

Lokasinya lumayan jauh dari pusat kota. Sedikit terpencil dan tampak tua. Bangunan besar yang dirahasiakan asal-usulnya itu akan Luhan ubah menjadi sebuah taman dalam ruangan seperti yang diminta oleh si pemilik bangunan. Dengan sketch book dan pulpen di tangannya, Luhan mulai mengamati keadaan bangunan sembari tangannya bergerak lincah, menggambar apa yang harus digambar di sketch book miliknya.

Suasana masih tetap sunyi ketika Luhan mencorat-coret sketch book sambil bersandar pada bagian samping mobilnya. Tidak ada orang maupun kendaraan lain yang lewat; setidaknya untuk menemani Luhan dalam kesunyian itu; dan hanya angin sepoi-sepoi saja yang terus-menerus berhembus, membuat rambut poni Luhan yang lumayan panjang itu bergerak kesana-kemari.

Gambar yang Luhan buat hampir selesai ketika sebuah suara membuat Luhan terkesiap.

Suaranya seperti sebuah benda dari besi yang terjatuh. Entah itu sebuah lempengan besi biasa, atau sebuah kalung, atau gelang, mungkin? Yang pasti Luhan tidak tertarik untuk mengetahui lebih lanjut.

Cring!

Baru saja Luhan ingin masuk ke mobilnya, suara yang tadi didengarnya kembali muncul. Bukan tanpa apa-apa, kali ini Luhan bisa melihat sebuah kalung berwarna kecoklatan dengan liontin zamrud berukuran besar tergeletak tak jauh dari tempatnya berdiri.

Sepertinya Luhan mulai tertarik. Bukan, bukan tertarik untuk mengambil kalung tersebut lantas menjualnya dan mengambil keuntungan. Tetapi ia tertarik karena...

Dari mana kalung itu berasal? Jatuh dari lantai atas gedung tua itu? Kenapa terjatuh tiba-tiba? Lalu adakah penjelasan logis tentang pendar berwarna merah yang mengelilingi kalung itu?

Beberapa menit berpikir, kini Luhan sudah berada di dalam mobil dan akan segera pulang ke rumahnya.

Tentunya, ia tidak lupa untuk membawa kalung yang menurutnya aneh itu. Pendarnya masih saja menyala seolah-olah kalung itu ingin menunjukkan kekuatan magis yang dimilikinya.

Luhan terkekeh sendiri.

Sangat berbeda dengan ekspresi sosok tinggi besar yang bersembunyi dibalik pilar lantai dasar gedung tua yang tadi Luhan kunjungi.

Sosok menyeramkan; tapi tampan; itu terlihat sangat terkejut. Ia tidak menyangka bahwa ia kalah cepat dari manusia yang menurutnya sangat sialan itu.

Kalung zamrud dengan pendar merah itu miliknya.

Ia tidak sengaja menjatuhkannya saat sedang melewati gedung tua itu.

Dan ketika ia ingin mengambilnya, kalung itu sudah tidak ada.

"Dasar manusia sialan."

Sosok itu mendesis kesal. Pasalnya kalung itu bukan kalung biasa. Kalung itu merupakan amulet perjodohan miliknya.

"Ish. Semoga saja ia mau mengembalikan amuletku."

"Lagipula bagaimana bisa terjatuh sih!"

"Sialan!"

Mau tidak mau ia harus mengikuti manusia itu; Luhan; dan mencari cara untuk mengambil kembali amulet miliknya.

Karena jika amulet itu tidak kembali padanya, seumur hidup ia tidak akan memiliki pasangan.

Heol. Sekalipun ia iblis, ia tetap ingin memiliki pasangan yang akan menemani sisa hidupnya. Sendirian itu tidak mengenakkan, bukan begitu?
.
.
.
TBC

A short chapter!
Sengaja aku buat pendek emang. Sorry kalau jelek dan tidak sesuai harapan kalian T.T

Vomment juseyoo~
Saranghae saranghae saranghae
*diiiba88

Scary MomentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang