Prologue

65 7 0
                                    

Asha mendesah panjang seraya memberenggut kesal ketika melihat hujan dari jendela besar cafe yang tak kunjung reda. Sabtu sore ini, menjelang malam minggu ini, Asha sedang berada di cafe klasik yang berada di ujung kota seraya menunggu kliennya. Iya, menunggu klien. Mungkin gadis lainnya, sekarang sedang memilih gaun apa yang akan dikenakan untuk jalan romantis dengan pasangan mereka. Tapi itu gadis lain, bukan Asha.

Kalau dipikir-pikir, entah sebutan mana yang pantas antara romantis atau bengis untuk klien barunya kali ini. Setelah mengundur pertemuan mereka yang seharusnya tadi setelah makan siang, sekarang ia dijanjikan di sebuah cafe yang pengunjungnya mayoritas adalah sepasang muda-mudi yang sedang dimabuk asmara.

Demi Tuhan, ini Sabtu sore! Jelas saja cafe dipenuhi pasangan kekasih.

Sungguh jika Asha tidak memikirkan bos botaknya dan gajihnya yang akan menghidupinya selama sebulan, ia lebih memilih duduk bersantai di balkon kamarnya seraya memilih warna kutek yang akan menghiasi kuku-kuku cantiknya selama seminggu kedepan.

"Maaf terlambat."

Asha sedikit terlonjak ketika sebuah suara mengejutkannya dari kegiatan mendumel-nya akan kekejaman kliennya.

"Ah... Ya, tidak apa," ujar Asha, seraya mengangkat dagunya untuk melihat lawan bicaranya.

Dan detik itu juga, Asha merasa hidupnya kembali ke delapan tahun silam.

***

Syifafiaaa, 29/12/16

Teh Hijau Dan Hujan Di Sabtu SoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang