9. Hujan Pergilah, Datanglah Lain Hari.

45 6 0
                                    

"Kau tahu aku senang saat hujan datang, karena disaat aku menangis aku ditemani olehnya, terkadang kita dibebankan oleh dua pilihan, Kepinggir kecebur, ketengah kelelep. Cuma ada dua pilihan terkadang lo harus masuk ketengah buat ngerasain gimana rasanya basah dari pada cuman dipinggir dan berharap bakal kena cipratan air."


"Cel,  lo gapapa gue balik duluan?."

"Iyaudah sih santai aja lebay lo ah. "

"Serius nih gapapa gue tinggal?. "

"Iya din gapapa dikit lagi juga supir gue dateng kok."

"Oh yaudah kalo gitu gue duluan ya cel kasian bokap gue udah nungguin, byee. " Ujar Dinda seraya meninggalkan Michelle yang terduduk dilobi sekolah sembari menunggu jemputan.

"Loh itu bukannya Daniel ya, tapi ngapain dia disitu ah bodo amat lah bukan urusan gua juga emangnya gua siapanya dia peduli peduli amat." Ucap Michelle entah pada siapa.

Eh itu dia nangis apa ya? ah tapi bodo amat ah ngapain si ih gua mikirin dia peduli peduli amat ah batinnya.

Tesss....tesss....

"Sial pake segala ujan damn!." Gumamnya kesal.

Bulir-bulir hujan mulai membasahi seluruh jalanan, kini jalanan yang tadinya kering menjadi basah seketika. Michelle yang terduduk manis masih dengan posisi yang sama mulai membaca novelnya sembari menghilangkan rasa bosan sesekali ia melirik jam ditangan kirinya menunjukan pukul 16.00 pertanda sudah jam 4 sore tetapi belum ada tanda-tanda pak Tono sang supir akan datang.

drrrtt....drttt....

Getaran yang berasal dari ponsel Michelle membuat perhatiannya berpaling pada ponsen berwarna hitam tersebut.

you have one messages.

from : pak tono

Non Michelle maaf ini mobil ban-nya bocor jadinya pak tano sekarang lagi dibengkel maaf ya non kemungkinan pak tono jemputnya ngaret.

hahhhh....dengan malas Michelle menghembuskan nafasnya lagi-lagi ia berdecak kesal kalau saja ia menurut mengikuti kak gevan kerja kelompok sebentar mungkin saja ia tak akan sebosan ini dan bisa jadi sekarang ia sudah terbaring terleha-leha diatas kasurnya.

"Geser." Tiba-tiba saja terdengar suara berat yang membuyarkan pikiran dikepalanya.

"Gue bilang geser  bukan malah bengong, bangku ini bukan milik lo kan?". Ucapnya sinis.

"Rese lo ah, tempat masih lega kan?." Bantahnya tak mau kalah, siapa lagi orang yang sangat amat nyolot dihidupnya kalau bukan Daniel sekarang tengah berdiri dihadapannya.

"Lo bisa ga sih gausah bawel tinggal geser aja repot."

"Dih bodo amat gue males gerak ah."

Tiba-tiba saja Daniel menduduk-kan badannya tepat disamping Michelle yang membuat posisi diantara mereka sangat dekat bahkan tidak ada jarak.

"Kenapa diem? lo masih gamau minggir? Ohiya gue paham lo bilang aja mau duduk deket-deket gua kan?."

"Najis banget sih lo! jelas-jelas lo yang modus ngapa gua yang dituduh-tuduhnya." Bantahnya kesal sembari menjauhkan dirinya dari cowok yang gak jelas asal usulnya itu.

"Lo kenapa belum pulang?." Tanyanya.

"Bukan urusan lo!." Jawabnya acuh.

"Dih galak amat neng."

A Little Peace From HeavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang