raggle-taggle I

4K 287 71
                                    

Bella POV


          Nafasku tercekat bersamaan dengan cengkeraman di leherku yang makin mengerat. Perempuan di hadapanku terlihat sangat marah, matanya tajam seakan menusuk jauh ke dalam mataku, nafasnya terengah-engah seperti menahan amarah, seolah ia dilahirkan untuk membunuhku.

          “Butuh berapa kali aku jelaskan agar otakmu berjalan?!” tanyanya tanpa melepas cengkeramannya dari leherku.

         Aku hanya diam. Tidak. Aku tidak takut sama sekali. Aku hanya malas membuang tenagaku untuk membalas perbuatan orang gila di depanku ini.

          Gisel melepas cengkeramannya kasar, “Aku nggak tau seberapa bodohnya kamu sampai-sampai kamu selalu bikin aku marah.”

          Aku mengangkat salah satu alisku, menatap dia dengan remeh. Gisel menggeram menahan amarahnya. Tangannya terangkat berniat untuk menamparku, namun dengan cekatan tanganku menahannya.

          “Dengar, aku nggak pernah minta apapun sama ayah. Kamu tau sendiri betapa bencinya bapak tua itu padaku,” elakku sambil menatap Gisel dengan tajam. “Pergi sekarang kalau kamu nggak mau mati hari ini.”

          Gisel melepas tangannya, tatapannya berubah seperti orang ketakutan. Lihat, sepertinya dia lupa dengan label pembunuh yang melekat di namaku. Aku menepuk-nepuk seragamku yang terlihat kotor. Lalu meninggalkan orang gila itu sendirian di gudang sekolah.

🐾

3rd Person POV
 

        Bella menghentak-hentakkan kakinya dengan kasar sambil menggerutu tanpa henti. Lihat, betapa sialnya ia hari ini. Seakan-akan Tuhan tidak pernah puas membuatnya menderita.

          Setelah membuatnya berurusan dengan orang gila, ia juga harus menyalin tulisan ‘SAYA TIDAK AKAN MENGULANGI KESALAHAN INI LAGI' sebanyak empat halaman kertas hvs. Kesialan ini terjadi karena ia lupa membawa esai Bahasa Indonesia yang seharusnya ia berikan kepada Pak Bambang siang ini.

          Ini semua karena Rex Orange County.

          Malam tadi, Bella harus begadang untuk membeli tiket konser idola kesayangannya. Perempuan itu hanya mendapatkan waktu dua jam untuk tidur. Dan lagi-lagi Dewi Fortuna tidak memihak kepadanya, ia gagal mendapatkan tiket emasnya. Padahal hampir setiap menit ia me-refresh website-nya.

          “Pagi, Bu Ratna,” sapa Bella dengan enggan saat ia memasuki perpustakaan sekolahnya.

          “Hukuman apa kali ini?” tanya Bu Ratna sambil terkekeh. Bella mendengus kesal menanggapi sindiran Bu Ratna. Tidak dipungkiri, ia memang hampir tidak pernah melewatkan seharipun tanpa hukuman.

          Perempuan itu duduk di kursi yang berada tepat sebelah jendela. Ia menatap hamparan pemukiman di depannya. Ugh, Jakarta memang tidak pernah terlihat rapi.

          Ia menguncir rambutnya menjadi satu lalu memfokuskan diri untuk menyelesaikan hukumannya. 4 kertas sialan ini harus selesai sebelum jam menunjukkan pukul sebelas atau lebih tepatnya ia hanya mempunyai waktu sebanyak satu setengah jam.

          Setelah berkutat selama satu jam akhirnya ia menyelesaikan hukumannya. Bibirnya melengkung ke atas sambil menatap pekerjaannya seakan bangga pada apa yang telah ia kerjakan. To be honest, ia lebih merasa bersemangat untuk menyelesaikan hukuman daripada tugas yang diberikan gurunya.

          Ia berdiri sambil membawa pekerjaannya dan berjalan santai menuju kelas. Ia menyodorkan empat kertasnya dan menatap mata Pak Bambang dengan tatapan tajam seakan melampiaskan emosinya.

          Pak Bambang pun hanya melirik santai tatapan membunuh milik remaja itu. Beliau sudah terbiasa dengan kelakuan tidak sopan yang dilakukan oleh muridnya yang satu ini.

          “Mrs. Sjögren,” suara Pak Bambang menginterupsi langkah Bella. Masih ada satu hal lagi yang belum Bella kerjakan.

          Bella berbalik dan menatap sinis guru yang ada di depannya. “Terimakasih atas hukumannya, Pak. Saya harap saya dapat menjadi pribadi lebih baik lagi untuk kedepannya.”

🐾

author bukan psycho kok guys😥

raggle-taggleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang