raggle-taggle IV

1.7K 217 35
                                    

3rd Person POV

          Jeritan penonton semakin terasa memekikkan telinga tatkala Alexander O'Connor melangkah di atas panggung. Senyum Bella merekah seakan bertemu lelaki pujaannya—memang betul sih.

          Bella melebarkan senyumannya ketika idolanya mulai menyanyikan lagu Happiness. Sesekali ia ikut menyanyi mengikuti alunan lagunya. Hatinya mencelos saat mendengar lirik yang menggambarkan dirinya.

   I'll be the one that stays 'til the end

   And I'll be the one that needs you again

   And I'll be the one that proposes in a garden of roses

   And truly loves you long after our curtain closes

   But will you still love me when nobody wants me around

   When I turn eighty-one and forget things will you still be proud?

          Tanpa Bella sadari ada sepasang mata yang sedang mengawasi dirinya. Senyuman tipis tergambar di wajah remaja laki-laki itu. Melihat perempuan itu dari jauh seperti ini memang terasa sedikit menyiksa. Tapi ia sudah berjanji pada Satrya, bahwa ia tidak akan menyapa perempuan itu.

          Tepat saat Alexander membawakan lagu Sunflower, laki-laki itu berjalan mendekati Bella. Masa bodoh dengan janjinya kepada Satrya. Ia harus menemui Bella hari ini. Toh Bella mungkin tidak akan mengenalinya.

          Bella yang sedang fokus menikmati suara idolanya merasa terkejut saat menyadari ada seorang laki-laki disebelahnya. Laki-laki itu tersenyum dan mengangguk-anggukkan kepalanya mengikuti ketukan lagu Sunflower. Bella mengernyit menatap laki-laki itu dengan tatapan aneh.

          "Magandang gabi?" celetuk Bella.

          Laki-laki disebelahnya menatap Bella geli. "Baru tau ada orang Filipina punya mata warna hijau," ujar lelaki itu sedikit berteriak.

          Bella terkejut saat mendengar bahasa tanah airnya keluar dari mulut lelaki itu. Ia merutuki dirinya karena menggunakan bahasa tagalog dengan gegabah. Lalu ia menatap mata lelaki itu. Bella makin merutuki dirinya saat melihat mata hijau itu seakan menyala dalam kegelapan. "Siapa tau blasteran."

          Lelaki itu hanya tertawa kecil menanggapi Bella. Tangannya meraih tangan perempuan itu saat chorus lagu Sunflower terdengar di telinganya. Ia berlari mendekati kerumunan yang sedang melompat-lompat menikmati konsernya.

          Bella menatap geli lelaki disebelahnya. Seakan terhipnotis, tubuhnya ikut melompat bersama ribuan penonton disekelilingnya. Mereka berdua hanyut dalam konser malam itu.

🐾


          Konser sudah berakhir sejak 20 menit yang lalu, tapi Bella terlihat enggan untuk kembali ke apartemen Satrya. Ia melirik arlojinya, jam menunjukkan pukul satu dini hari.

          Otaknya berputar, seakan-akan ada dua peri yang sedang berdebat apakah ia harus pulang atau tidak. Sedetik kemudian Bella berjalan menjauhi Commodore Ballroom. Jalan-jalan di pagi buta bukan keputusan yang buruk kan?

          Baru 10 menit berjalan ia dibuat terkejut melihat sekumpulan remaja laki-laki yang sedang menatapnya dengan wajah menggoda. Bella bergidik ketakutan, ia tidak akan setakut ini jika ini terjadi di Indonesia.

          Tentu saja ia tidak bisa berpura-pura menjadi seorang psikopat di negara orang. Tuhan memang tidak pernah memihaknya. Apa yang akan terjadi kali ini? Di perkosa sekelompok b*jingan Vancouver?

          Salah satu anggotanya berdiri dan berjalan mendekatinya. Cowok itu punya kulit putih pucat dengan rambut berwarna coklat. Bella menghela nafas melihat dia mendekatinya. Bella berfikir bahwa inilah akhir dari hidupnya.

          'Maaf pak Bambang, saya nggak pernah jadi anak yang nurut sama bapak. Maaf juga Bu Ratna, saya suka kurang ajar sama ibu.'

          Jantung Bella berdegup kencang saat tangan laki-laki itu berusaha menarik lengannya. Nafasnya tertahan, ia benar-benar takut.

          "Robert!"

          Sebuah suara menghentikan gerakan lelaki didepannya. Seorang lelaki yang terlihat familiar beranjak dari kerumunan yang sama dengan bule bernama Robert itu. Ia berjalan mendekati mereka berdua. Lalu menarik lembut lengan Bella.

          "Not this girl, man," ucapnya dengan senyuman kecil. Lelaki bule yang ia ketahui bernama Robert pun terlihat berdecak dan berjalan kembali ke teman-temannya.

          Bella yang masih bingung dengan apa yang terjadi hanya pasrah saat lelaki itu menarik lengannya menuju gang di sebelah kirinya. Bella mengernyit berusaha mengingat siapa lelaki yang menariknya saat ini. Kedua alis Bella terangkat ketika ia mengingat bahwa dia adalah lelaki yang Bella temui saat konser Rex Orange tadi.

          "Mau keliling Vancouver?" tawar lelaki itu sambil menyodorkan sebuah helm. "Kayaknya kamu bakal lebih aman kalo sama aku."

          Suara lelaki di depannya menyadarkan lamunan Bella. Salah satu alisnya terangkat menatap laki-laki didepannya, "Apa yang bisa bikin aku yakin bahwa aku akan aman pergi bareng kamu?"

          Lelaki itu terkekeh, mengingat mereka bahkan belum berkenalan. Oh bukan, Bella saja yang tidak mengingatnya. Wajar Bella mengatakan hal itu. "Um, karena kita udah lompat bareng di Rex Orange County Concert tadi?"

          "I'm not that the type of person who'd hang out with strangers."

          "Tapi kalau kamu mau nganter aku pulang, aku nggak nolak sih," tambahnya dengan senyuman tipis.

          Lelaki itu tertawa kecil saat Bella menarik helm yang sedang ia pegang. Dalam waktu satu menit pantat Bella sudah mendarat sempurna di jok penumpang. Tangannya ia letakkan di atas pahanya, mana mungkin ia akan memeluk lelaki yang sama sekali tidak ia kenal.

          "Pegangan kalau nggak mau jatuh."

          Bella masih mempertahankan tangannya. Bukan gengsi– um, mungkin gengsi? Baiklah, Bella akui dirinya merasa gengsi untuk memeluk laki-laki di depannya.

          "Gue nyuruh lo buat pegangan, bukan meluk," celetuk laki-laki itu sambil menatap Bella lewat kaca spion.

          Sialan, bagaimana bisa lelaki itu tau kalau Bella sedang membayangkan ia memeluk laki-laki itu. Dia bukan mind reader, kan?

          Merasa kesal, lelaki tidak sabaran ini menarik kedua tangan Bella lalu melingkarkan di pinggangnya. Bella terkesiap melihat perlakuan lelaki itu. Kemudian motor itu melesat membawa Bella membelah kota Vancouver dengan kecepatan yang tidak bisa gadis itu bayangkan.

        Selama perjalanan Bella hanya sibuk menunjukkan arah menuju apartemen kakaknya. Yang tanpa ia ketahui, sebenarnya lelaki didepannya ini sudah tau letak apartemen Satrya.

          Satu pertanyaan muncul di benak Bella. Ia ragu apa ia harus menanyakan hal ini atau tidak. Tunggu sebentar, mana sikap tidak peduli yang Bella miliki? Sepertinya sikap itu tidak berlaku bagi lelaki di depannya ini.

          Bella menatap pemandangan Vancouver dari balik kaca helm. Maaf, tapi lelaki br*ngsek ini mengendarai motornya dengan kecepatan yang sangat gila. Sepuluh menit kemudian mereka sudah sampai di depan bangunan apartmen milik Satrya. Crazy Rich Indonesian, huh?

          "Thanks for the ride," ucapnya tulus dengan senyuman manis di wajahnya. Lelaki itu hanya tersenyum dan mengangguk menatap Bella.

          "By the way, kamu punya nama kan?" tanya Bella sedikit ragu. Lelaki itu terkekeh mendengar pertanyaan konyol yang Bella lontarkan.

          "Kajo."

🐾🐾🐾

kajo-senpaiiiiii😥

raggle-taggleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang