Gue kembali membuka lembaran buku mata kuliah gue yang tebalnya setara dengan kamus Bahasa Indonesia. Sambil bersandar pada salah satu pohon di taman belakang kampus, gue membiarkan angin meniupkan helaian rambut gue sesukanya.
"masih belajar lagi?" suara serak-serak yang khas di telinga terdengar di samping gue. Tanpa menoleh pun gue tau itu Bisma. Gue hanya menganggukan kepala tanda iya.
"nanti malem bisa ke rumah? Anak-anak bikin barbequean" ucapnya seraya menoleh.
"kayanya ngga bisa deh Bis. Nanti malem aku ada janji sama Ilham buat bicarain soal tugas yang di kasih dosen kita. Kamu sendiri aja ngga apa-apa kan?" kata gue lalu menoleh. Bisma menggeleng lalu memberikan senyum paksanya.
"ngga apa-apa. Kantin yuk?" ajak Bisma seraya bangkit dari duduknya. Gue mengangguk lalu ikut berdiri dan menggandeng lengan kanan Bisma. Tanpa di sadari seseorang menatap dengan pandangan yang sulit di artikan di kejauhan.
***
"(tok-tok-tok) woy Bis! Ngga gabung sama yang lain? Dagingnya udah mateng nih" teriak Dicky dari luar kamar Bisma.
"loe aja sana gue males. Tugas kuliah gue banyak!" sahut Bisma dari dalam kamar. Dicky hanya mengangguk.
"iya deh. Ntar gue bilangin sama anak anak" sahut Dicky lalu menjauh.
Sementara itu di dalam kamar, Bisma tampak memeluk gitarnya di balkon kamar. Pandangannya lurus ke depan mengingat kejadian akhir akhir ini dengan (sebutnamakamu).
"berubah, loe bener bener berubah" gumam Bisma pelan.
***
"eeh Ham loe bilang kita mau nyari bahan tugasnya Bu Arini, kok malah ke mall sih?" gue menatap heran Ilham yang memasuki mobilnya ke pelataran Grand Mall.
"odong yaa loe. Emang pala loe ngga mumet apa ngerjain tugas dari Bu Arini mulu? Sekali-kali kek kita jalan. Gue males ngerjain tu tugas!" ucap Ilham
"dasar pemalas -,- kapan sih loe rajin?" ledek gue. Ilham terkekeh.
"ntar kalo gue rajin loe gila (sebutnamakamu). Udah, pokoknya malem ini gue mau main sama loe. Ngga ada kata nolak!" tegas Ilham. Gue mendengus sebal lalu turun dari mobil Ilham.
"hahaa... Ilham Ilham loe makan anak TK banget sih?" gue mendekatkan wajah gue pada Ilham lalu mengusap saos di sudut bibirnya. Ilham sempat terdiam namun akhirnya ia tersadar.
"ngg... gue bukan anak TK, tapi PAUD!" ucap Ilham semakin membuat gue tertawa.
"gila loe parah Ham. Ngga pernah check up ke RSJ ?" tanya gue dengan wajah serius.
"sial! Gue ngga gila kali" ucap Ilham kesal. Wajahnya berubah sinis 280 derajat!
"jiaah anak orang ngambeg. Udah kuliah gak malu loe masih ngambeg? Eeh terus ini tugas gimana? Ngga lucu kali yaa kalo gue kena hukum sama Bu Arini gara gara nemenin loe main" ledek gue. Ilham terkekeh.
"ntar gue suruh abang gue yang ngerjain. Mana tugas loe?" sahut Ilham santai.
"serius? Makasih Ilham yang unyu unyu" gue mencubit gemas pipi Ilham lalu menyerahkan map di dalam tas gue. Ilham menerimanya sambil mengusap usap pipinya yang memerah.
"loe makasih makasih nyiksa!"
***
Bisma melempar kesal ponselnya di atas ranjang. Ini sudah ke lima belas kalinya (sebutnamakamu) mengabaikan telponnya.
"apa sesibuk itu ngerjain tugas sampe telpon gue juga loe ngga denger?" sinis Bisma. Dia meraih ponselnya dan menatap jelas foto dirinya dan (sebutnamakamu) saat anniv ke lima tahun mereka.
"gue kangen (sebutnamakamu) sama loe. Entah kapan terakhir kita jalan. Loe selalu ngabisin waktu loe bareng Ilham dan gue? Cih" Bisma tersenyum sinis.
"loe ngga akan ninggalin gue lagi kan (sebutnamakamu) ?" ucap Bisma lirih.
***
Pagi ini Bisma mengemudikan mobilnya ke rumah (sebutnamakamu). Dengan sebuklet mawar dan cokelat di jok sampingnya, Bisma berniat memberikan kejutan kecil.
"loe pasti suka kejutan gue ini" ucapnya yakin. Dengan cepat mobil Bisma sudah memasuki halaman rumah (sebutnamakamu).
Dia bergegas turun sambil menyembuyikan sebuklet bunga dan cokelat di balik punggungnya. Dengan tangan kanan Bisma memencet bel rumah (sebutnamakamu). Tak lama kemudian seorang pembantu yang amat Bisma kenal membukakan pintu.
"pagi Bi, (sebutnamakamu)nya ada?" tanya Bisma ramah.
"loh den Bisma. Non (sebutnamakamu)nya baru aja berangkat den sama den Il...Il..."
"Ilham maksud bibi?" potong Bisma cepat.
"nah itu! Iya den sama den Ilham" serunya.
"kalo gitu saya permisi dulu bi. Assalamualaikum" pamit Bisma. Dia beranjak menuju mobil dengan wajah sinisnya.
"gue mau ngomong sama loe!" tiba-tiba Bisma datang menarik tangan gue menjauhi Ilham di kantin kampus.
"ngga usah tarik-tarik kenapa sih!?"gue mengusap-usap pergelangan tangan gue yang memerah.
Sementara Bisma, dia masih stay dengan wajah datarnya.
"kenapa telpon gue semalem ngga di angkat?" tanya Bisma dingin. Gue menaikan satu alis gue menatap heran pada Bisma.
"telpon?"
"dan kenapa loe berangkat bareng Ilham pagi ini? Bukan bareng gue kaya biasanya." tambah Bisma.
"ngg... soal telpon, aku ngga denger kalo kamu ne..."
"ooh jadi sesibuk itu loe ngerjain tugas loe sampe telpon gue loe ga denger? Iya?" potong Bisma
"Bisma kamu tuh apa-apaan sih? Aku beneran ngga denger. Kalo kamu gak percaya terserah! Aku capek berantem sama kamu terus!"
Gue menghentakkan kaki kesal meninggalkan Bisma untuk menghampiri Ilham.
"ayo Ham bentar lagi kelas" tanpa banyak kata gue menarik lengan kiri Ilham meninggalkan kantin. Sementara Bisma? Dia menatap kepergian gue nanar.
"arrggh! Sial!" Bisma menendang kerikil di sekitarnya penuh emosi.
"gue cemburu, cemburu liat loe deket-deket Ilham. Sadar ga sih loe?!" batin Bisma berbicara.
***
Gue melempar tas gue asal di atas meja. Ilham menautkan alisnya heran.
"kenapa loe?" tanyanya sambil menaruh tas di atas meja lalu duduk di sebelah gue.
"kesel gue sama Bisma! Akhir-akhir ini dia jadi nyebelin tau ngga!" Ilham tersenyum lalu memegang tangan kanan gue.
"ya udah loe sabarlah" katanya lembut. Gue mengangguk lalu melepaskan tangan Ilham.
"sorry..."
"ga papa, eeh iya tugas kita udah jadi belum?" tanya gue mengingatkan. Ilham mengacungkan jempolnya lalu membuka tas ranselnya.
"sama abang gue mah semuanya kelar" ucapnya sombong.
"sombong loe! Padahal di kerjain abang loe juga" Ilham tertawa kecil.
"kasih sekarang yuk Ham, ntar kelupaan" ajak gue. Ilham mengangguk lalu bangkit dari kursinya di susul gue. Sambil melangkah keluar kelas gue tertawa kecil karna candaan Ilham.
Sementara itu sepuluh langkah tak jauh dari kelas gue tampak Bisma menatap punggung (sebutnamakamu) yang mulai menjauh. Melihat gadis yang ada di depannya tertawa lepas membuat jantung Bisma berdebar dua kali lebih cepat.
"perasaan apa coba? Kaya... arghh mikir apa sih loe Bis?"
"(tok-tok-tok) permisi Bu" gue membuka sedikit pintu ruangan Bu Arini.
"iya silahkan masuk" ucapnya masih fokus pada layar laptopnya. Gue menoleh pada Ilham lalu berjalan menghampiri meja bu Arini.
"ya, ada apa?" tanyanya lalu beralih menatap gue dan Ilham bergantian.
"begini Bu, saya sama (sebutnamakamu) mau menyerahkan tugas seni kita" Ilham menaruh dua map di atas meja bu Arini. Beliau menatapnya lalu mengangguk.
"ya kalau begitu ibu baca dahulu" ujarnya.
Bu Arini membuka map milik Ilham lalu milik gue. Ia tampak mengangguk-anggukkan kepalanya.
"tugas seni kalian baik. Tunggu kabar ibu selanjutnya" ucapnya kembali beralih pada laptop. Gue dan Ilham saling pandang seraya tersenyum.
"kalau begitu saya sama Ilham permisi dulu Bu" pamit gue. Bu Arini hanya menganggukan kepalanya. Gue lebih dulu berjalan keluar ruangan di susul Ilham yang menutup pintu.
"abang loe debes Ham!" seru gue setelah pintu ruangan tertutup.
"the best woy the best" protesnya.
"hehee... iya-iya. Gak sabar gue dapet kabar nilai gue dari Bu Arini" Ilham mengangguk.
"gue juga. Kelas yuk! Doker mau masuk bentar lagi" gue tertawa mendengar ledekan Ilham. doker itu dosen killer dan yang Ilham maksud itu Pak Chandra. Gue menggelengkan kepala lalu menyusuri koridor bareng Ilham.
***
Sedaritadi ponsel gue ngga berenti-berentinya berdering. Siapa lagi kalo bukan Bisma. Gue menutup buku kuliah gue lalu meraih ponsel di bedside table.
"apa?" tanya gue dingin.
"marah?"
"pikir aja sendiri!" sahut gue kesal
"gue kaya gini karna gue..."
"Bis, kalo kamu nelpon aku cuma buat ribut aku males mending di matiin aja. Aku cape aku mau tidur. Jangan lupa makan, night." klik. Gue memutuskan telpone Bisma lalu melempar ponsel gue ke kasur.
Bisma di sebrang sana. Dia menatap layar ponselnya sendu.
"karna gue cemburu. Night sayang" Bisma menghembuskan nafas berat lalu membanting tubuhnya di atas ranjang bermotif bendera sebuah negara.
"gue bahkan gak tau kenapa gue seover ini" batinnya.
Gue membuka mata gue saat sinar matahari perlahan memasuki sela-sela kamar gue. Gue mengambil posisi duduk lalu meraih ponsel gue. Ada dua message. Dari Bisma dan dari Ilham. Karna gue masih kesel sama Bisma, gue membuka pesan dari Ilham lebih dulu.
From: Ilham :)
pagi (sebutnamakamu) ;) ada acara gak? Pulang ngampus jalan yuk!
tanpa gue sadarai gue tersenyum membaca pesan darinya. Lalu gue beralih membaca pesan dari Bisma.
From : Bismales -_-
selamat pagi sayang :) jangan lupa sarapan yahh, love kamu.
Gue memanyunkan bibir gue bete.
"tiap pagi smsnya gini mulu. Jangan lupa sarapan yahh, love kamu." kata gue menirukan kata-kata Bisma.
"bosen gue bacanya." gerutu gue lalu membalas pesan Ilham lalu Bisma.
To: Ilham
pagi juga Ham :) Kayanya gada deh, okesip tapi kemana?
To: Bisma
hmm.. Pagi juga
Setelah membalas pesan keduanya. Gue beranjak bangun menuju kamar mandi. Pagi ini gue kuliah pagi kaya kemarin.
***
Gue melangkahkan kaki gue memasuki kelas. Ternyata baru beberapa anak di kelas termasuk Ilham. Gue tersenyum saat mata kita bertemu lalu melangkah menghampirinya.
"baru dateng loe?" tanya gue sambil menaruh tas di meja. Ilham mengangguk.
"jadi gimana? Loe mau ngajak gue kemana? Pake rahasia segala" Ilham tertawa.
"ntar juga loe tau (sebutnamakamu)" ujarnya sok misteri.
"sok loe! Eeh ya semalem gue dapet telpon dari bu Arini" kata gue teringat perbincangan gue dengan bu Arini di telpone semalam.
"terus dia bilang apa?" tanya Ilham
"gue sama loe cuti kuliah dua minggu buat di kirim ke Jakarta" jawab gue lemes sementara Ilham mengernyit.
"loh, bukannya seru?" tanya Ilham membuat gue memicing.
"loe ngga lemes? Atau jangan-jangan loe tau?" selidik gue yang di balas anggukan.
"bu Arini juga nelpon gue semalem" sahutnya santai.
"dan loe ngga berusaha nolak?" Ilham menggeleng
"buat apa? Bukannya itu bagus buat nambah pengalaman kita?" tanya balik Ilham
"iya sih.." ucap gue membenarkan.
"nah ya udah. Yang penting sekarang siapin mental sama fisik aja buat dua minggu nanti" gue mengangguk.
Kelas gue bubar sejak tadi. Nampak Bisma sudah berdiri di depan pintu kelas gue. Ngga tau apa dia gue masih kesel sama dia? Dengan santai gue melangkahkan kaki keluar kelas bersama Ilham. Berpura-pura mengabaikannya.
"(sebutnamakamu)" Bisma mencegah lengan kiri gue menghentikan langkah gue.
"gue pengen ngomong" katanya lembut.
"nanti aja Bis, aku males"
"(sebutnamakamu)." panggilnya lagi.
"kita jadi pergi kan (sebutnamakamu) ?" tanya Ilham yang berada di sebelah gue.
Bisa gue rasain kedua pemuda di kanan kiri gue ini saling bertatapan sinis. Gue beralih menatap Bisma. Dia membalas tatapan gue melas lalu gue beralih menatap Ilham. Sama aja! Oke gue harus selesain masalah gue dan gue juga harus kasih tau Bisma soal seminar itu.
"maaf ya Ham, next time deh kita pergi bareng" ucap gue menyesal. Ilham menggeleng.
"gak masalah. Gue duluan kalo gitu" Ilham tersenyum lalu beralih menatap Bisma sinis sebelum akhirnya dia pergi.
"mau ngomong apa?" tanya gue di lorong kampus yang mulai sepi ini.
"gue... gue... maaf" ujarnya pelan.
"maaf gue over sama loe akhir-akhir ini. Gue bahkan ngga tau kenapa gue bisa over cemburu liat loe sama Ilham" gue melotot kaget mendengar nama Ilham.
"anak-anak emang pikiran gue tapi, gue takut perasaan loe berubah ke gue" jujur Bisma. Memang itu yang ia takuti selama ini. (sebutnamakamu) masih diam mendengarkan.
"gue bakal berusaha ngontrol perasaan gue mulai sekarang jadi, bisa jangan cuekin gue kaya sekarang ini?" Bisma menatap gue teduh tapi, gue masih diam.
"atau loe mau mukul gue karna sikap gue kemarin? Ayo pukul gue asal setelah ini loe ngga nyuekin gue lagi gue gak masalah. Ayo (sebutnamakamu)" Bisma menempelkan tangan gue di pipinya.
"kanan atau kiri terserah!" tambahnya. Gue menatap Bisma tajam. Teringat gimana dia narik-narik tangan gue ngejauh dari kantin sampe tangan gue merah. Gimana dia ngebentak gue saat itu. Gimana dia buat gue nangis jauh sebelum ini. Mata gue beralih pada pipi Bisma. Menatapnya sebentar lalu...
"pipi kamu itu enak banget buat di cubitin. Hahaa" gue mencubit gemas kedua pipi Bisma. Dia meringis kecil seraya mengusapnya.
"pipi gue bukan boneka!" ketus Bisma seraya mengusap-usap pipinya.
"hahaa... Ya lagian kamu mah ada-ada aja. Kesel ngga segitunya juga kali" ucap gue sambil tertawa kecil. Bisma tersenyum melihatnya.
"makasih" ucap Bisma.
"iya sama-sama balik yuk aah." Bisma mengangguk lalu menggandeng tangan gue menyusuri koridor. Sejujurnya bukan terimakasih karna (sebutnamakamu) telah memaafkannya tapi, karna tawa yang di berikan oleh (sebutnamakamu) tadi membuat hatinya lega.
***
"Bis, perasaan rumah aku ngga lewat sini deh!" protes gue saat Bisma memutar balik motornya.
"yang mau nganter loe pulang itu siapa? Pede amat!" ketus Bisma.
"iih... kalem kenapa ngomongnya. Baru juga minta maaf tadi" dumel gue
"udah sih diem aja. Gue mau ngebut nih!"
"emang mau kemana? Jembatan gantung? Aku lagi males Bis" sahut gue ogah.
"kamu itu emang paling sok tau ya. Udah pegangan yang bener" gue manyun lalu memeluk perut Bisma.
***
Bisma menepikan motornya di dekat lapangan hijau yang beberapa meter di depannya terdapat bukit yang terjal. Gue turun lalu melepas helm yang gue pakai.
"ini di mana Bis?" tanya gue bingung.
"lapangan deket jembatan" jawabnya singkat.
"kok aku baru tau yah ada lapangan di dekat jembatan gantung?" gumam gue.
"ya makanya kalo di ajak jalan mau, jangan main sama Ilham terus" sindir Bisma lalu berjalan mendahului gue.
"ish kamu nyindir?" tanya gue sambil berjalan mengejarnya.
"engga, mau naik ke rumah pohon atau di bawah?" tanya Bisma.
Gue mendongakkan kepala gue melihat ke atas lalu mengangguk.
"naik aja deh di bawah panas" tanpa di suruh, gue lebih dulu menaiki papan kayu yang terpaku pada batang pohon. Beruntung gue menggunakan celana, bukan dress seperti biasanya.
"rapih" kata pertama yang keluar dari mulut gue saat tiba di atas rumah pohon. Ada sebuah kursi kayu panjang di sudut ruangan. Lalu di dinding-dinding rumah pohon terdapat rak-rak kecil yang terpajang berbagai bingkai photo gue dan Bisma. Tertata banget ini rumah.
"ini kamu yang buat?" gue membalikkan badan menatap Bisma. Dia mengangguk sambil meraih sebuah bingkai.
"udah lama sih kelarnya pengen ngajak loe kesini ngga jadi-jadi" ucap Bisma tanpa bermaksud menyindir.
"Bisma udah sih nyindirnya :("
"nyindir apa sih? Loe itu suka salah tanggap" sahutnya.
"ya abis kamunya ngomongnya gitu-gitu"
"gitu-gitu apanya?" tanya Bisma
"udah aah ngga jadi. Kamu mah ngeledek aku terus." gue manyun lalu memilih duduk sambil menjuntaikan kaki.
"ngambeg lagi?" gue menggeleng.
"Bis..."
"kenapa?"
"ngga jadi lupain aja"
"Bis..."
"apa yang? Kamu mau ngomong apa?" tanya Bisma lembut. Jarang-jarang dia kaya gini -_-
"ngg... main ayunan itu yuk!" gue menunjuk ayunan berkarat di bawah sana dengan wajah polos.
"tinggal bilang mau main ayunan aja pake ngga jadi segala. Ayo" Bisma berdiri menarik tangan gue untuk turun. Sementara gue cuma tersenyum malu.
"jangan kenceng-kenceng ya Bis" pinta gue. Bisma mengangguk.
"gue mulai darimana ngomongnya ini?" batin gue bingung.
"mau gak (sebutnamakamu)?" pertanyaan Bisma membuyarkan lamunan gue.
"haah? Kenapa Bis?" tanya gue bingung.
"hhh... loe itu ngelamunin apa sih?" Bisma menghentikan gerak ayunannya.
"ngga kok, ngga ngelamunin apa-apa"
"aku tau kamu bohong. Coba cerita." Bisma mengalungkan tangannya memeluk leher gue.
"ngg... aku... tapi janji jangan marah?" gue mendongak menatap Bisma. Dia mengangguk seraya tersenyum.
"janji! Kenapa sih?" gue menarik nafas berat lalu...
"besok aku di kirim ke Jakarta buat ikut seminar sama pameran seni Grafis selama dua minggu bareng Ilham" jelas gue. Bisma membolakan matanya. Dua minggu bersama Ilham?
"du..dua minggu?" ulang Bisma
"iya. Tugas yang aku kerjain sama Ilham kemarin ternyata ada artinya"
"maksud kamu?" Bisma melepas rangkulannya.
"bu Arini lagi nyari mahasiswa mahasiswi seni Grafis buat di kirim ke Jakarta lewat tugas itu dan dia sama pak Gunawan sepakat milih aku sama Ilham" ujar gue memperjelas.
"terus loe terima?" tanya Bisma dingin yang gue balas dengan anggukan.
"kita berdua ngga bisa nolak Bis. Aku udah nyoba ta..."
"loe ngga boleh ke Jakarta. Please, Stay Close, Don't Go!" ujar Bisma yang langsung merangkul pundak gue.
"tapi Bis a.."
"loe mau ninggalin gue lagi? Belum cukup nyiksa gue empat tahun kemarin?" gue mendongak menatap Bisma. Tatapannya berubah lemah bukan teduh atau tajam seperti biasanya.
"a..aku..."
"please, Stay Close, Don't Go!" pinta Bisma lirih.
***
Ilham tengah packing siang ini. Semua barang-barang yang perlukan telah ia persiapkan. Ilham menaruh ranselnya di samping meja belajar. Matanya beralih menatap bingkai photo di atas meja tersebut. Itu foto (sebutnamakamu).
"hhh..." Ilham menghembuskan nafasnya berat lalu meraihnya.
"kapan gue bisa milikin loe? Gue bahkan lebih baik daripada Bisma yang cemburuan juga manja itu" gumamnya.
"hhh... andai gue dateng lebih cepat. Mungkin sekarang bukan Bisma pacar loe tapi gue!"
***
"Bisma jangan kaya gini. Maaf tapi aku ga bisa nolak ini Bis" gue menunduk. Menyesal juga dengan keputusan bu Arini.
"kenapa? Loe mau ninggalin gue buat yang kedua kalinya lagi? Iya?" tanya Bisma semakin erat merangkul pundak gue.
"ngertiin aku Bis. Aku juga mau nambah pengalaman dan ilmu aku di seni" perlahan rangkulan tangan Bisma melemas.
"jadi loe bener-bener mau ninggalin gue?" sinisnya
"ishh ngga gitu. Tolong jangan buat aku jadi serba salah :( izinin aku yah?"
"bukannya loe yang janji pas pulang dari London kalo elo ngga akan tinggalin gue? Bisa tepatin janjinya?" gue menunduk.
"maaf Bisma..."
"arrgghh...! Kita baru barengan lagi satu tahun (sebutnamakamu) sejak loe balik dari London dan sekarang loe mau pergi ke Jakarta? Shit!"
"Bisma maaf, jujur aku bingung. Aku pengen di samping kamu terus tapi, aku juga mau nambah pengetahuan aku tentang seni" kata gue.
"...."
"Bis... Bisma.." gue mendongak sambil menggoyang lengan kanannya.
"Bis..."
"kalo gitu gue ikut ke Jakarta!"
To Be Continued...Blegu sia si bisma mah-_- wkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay Close, Dont Go!
FanfictionBOOK 1 : I Hope You Know Who I am BOOK 2 : Stay Close, Dont Go Lanjutan dari book 1