Chapter 4

158 12 1
                                    

"Ooh Bisma..."
Pada detik ketiga gue melotot lalu terduduk di atas ranjang.
"Bi..bisma" kata gue terbata. Sementara itu Bisma di sebrang sana menggelengkan kepalanya.
"Bangun, mandi dandan yang cantik. Bukannya ini hari pertama kamu pameran?" Katanya mengingatkan.

"Ngg iya iya. Makasih yaa Bi udah ingetin aku"
"Iya, udah sana mandi. Gue mau ngapus. Hati-hati dan inget pesen gue, gak usah deket-deket sama Ilham" serunya yang gue balas anggukan.
"Iya udah ya Bi. Jangan lupa sarapan, nice day!" Klik. Telpon terputus. Gue meletakan ponsel gue di atas nakas (meja samping ranjang) lalu bangkit sambil merentangkan tangan gue mengumpulkan nyawa.

"Hooaammh masih pagi..." Gumam gue seraya berjalan mendekati beranda hotel. Nampak pemandangan di bawah yang masih amat sejuk karna hotel tempat gue menginap gak jauh dari pantai.
"Betah nih gini ceritanya gue di Jakarta" batin gue

Tok...tok...tok­... Suara ketukan di pintu kamar gue berhasil membuat gue menoleh dan melangkah masuk untuk membukakan pintu.
.
"Iya siap... Eeh elo Ham" gue tersenyum menyambut Ilham di ambang pintu. Dia tersenyum manis membuat gue mengingat masa lalu.
Pagi anak cantik" godanya
"Apadeh alaynya mulai." Protes gue
"Hahaa alay alay gini yang penting keceh!" Akunya narsis
"Idih pede. Udah buruan ada apaan nyamperin kamar gue? Masi pagi juga" desak gue pada Ilham

***

Bisma memijit keningnya di taman belakang kampus. Felix, produsernya baru saja menelponnya tadi menanyakan perihal naskah novel deadline Bisma
"Boro-boro kelar, separuh aja gue belum" pikir Bisma kesal.

***

"engga, gue cuma mau ingetin loe kalo pagi ini kita pameran di Cibubur selama tiga hari. Jadi, buruan siap-siap. Jam 09.00 kita udah harus di sana" jelas Ilham
"siap pak bos. Gue mandi dulu ye. Loe tunggu di lobby aja"

Ilham mengangguk lalu pergi. Cepat-cepat gue mengunci pintu kamar hotel gue dan beranjak ke kamar mandi. Jam 09.00 men dan sekarang.... Shit 08.25 lagi.

***

"(sebutnamakamu­) udah bangun belum ya? Ayolah Bis jangan kaya anak SMA gini. (sebutnamakamu)­ baru berangkat kemarin dan loe udah kangen? Shit!" Bisma menatap layar ponselnya seraya mengukir senyum.
"gue masih manja aja sama loe (sebutnamakamu)­ sampe sekarang" gumamnya sembari mengusap-usap layar ponselnya

namun sebuah panggilan masuk mengusik keasikan Bisma. Dia mendengus kesal saat nama produsernya Felix tertera di layar ponselnya. Dengan malas, Bisma mengangkat telpon dan mendekatkan ponselnya ke telinga.
"iya pak, ada apa?"

***

Gue melambaikan tangan gue pada Ilham yang tengah duduk di lobby. Setengah berlari gue menghampirinya.
"lama banget loe? Jamuran gue nunggu. Dasar ya cewek" baru aja gue duduk di sampingnya Ilham udah ngedumel sendiri.
"gaya loe Ham, selama apa sih gue? Paling cuma sepuluh menit" kata gue polos.

"sepuluh menit pale loe. Dua puluh menit loe tau? Udah ayo berangkat. Gue ngga mau hari pertama bimbingan kita di pameran dapet masalah" seru Ilham dingin. Gak tau kenapa tu anak jadi kaku ke gue.
"dasar error. Tiba-tiba dingin, salah apa coba gue?"

***

"ck! Loe udah ngomong itu lima kali pagi ini Lix. Iya gue ngerti. Loe kaya baru kenal gue aja tau" Bisma mendesis kesal.
"eeh gue tuh tau loe pikunan :p makanya gue ulang ulang. Oh iya gue ada kabar baru lagi dari pihak penerbit" kata Felix berubah serius.

"kabar apaan? Lama loe"
"mereka mau naskah novel loe ada di mereka minggu besok. Itu artinya empat hari lagi" Bisma membola. Empat hari? Hey, apa Felix tidak tau bahwa dia belum separuh pun menyelesaikan naskah novelnya? Tentu saja tidak.
"haah? Empat hari loe bilang?"

Stay Close, Dont Go!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang