Chapter 6

118 9 0
                                    

"Yak selesai!" Gue berdiri menghadap cermin di kamar hotel lalu tersenyum. Akhirnya refreshing juga ^^
Rencananya malam ini gue dan Ilham mau jalan bareng ke mall. Yaa, sekedar nyari-nyari novel-lah.

Drrtt... Drtt... Drrttt...

Gue mengunci pintu kamar hotel lalu mencari-cari ponsel gue di dalam tas. Ternyata Ilham.
"Iya Ham, gue udah mau masuk lift nih" kata gue sambil berjalan menuju lift yang terbuka. Cepat-cepat gue memasukinya.
"Ohh oke deh, ga pake lama ya. Gue tunggu di lobby" ujarnya.
"Siap, tunggu bentar yak" balas gue lalu memutuskan telpon.

Kliiiiing...

Pintu lift terbuka. Gue berjalan keluar menuju lobby hotel. Tapi, lagi-lagi ponsel gue bergetar. Gak sabar banget sih tu anak!
"Iya Ham gue udah mau sampe ini. Ga sabar banget loe" seru gue kesal
"Gue Bisma bukan Ilham." Saat itu juga langkah gue terhenti. Gue menatap layar ponsel gue memastikan Ilham gak lagi ngerjain gue.

"Mampus!"
"Halo Bis..." Sapa gue kikuk
"Mau kemana loe sama Ilham?" Tanya Bisma dingin
"Ngg aku, aku mau pergi keluar bentar Bis sama Ilham. Gak papakan?" Tanya gue takut-takut.
"Kemana emang?" Tanya Bisma. Dia sama sekali gak anggap pertanyaan gue. Sial!

"A...aku..."
"(Sebutnamakamu­) loe ngapain berdiri di situ? Cepetan kesini" Ilham yang melihat gue tak jauh darinya melambaikan tanganya bermaksud agar gue mendekat. Melihat gue masih diam di tempat, Ilham bangkit dari kursi lobby lalu menghampiri gue.

"Lama banget sih loe? Buruan kita udah di tungguin!" Tanpa ba bi bu lagi, Ilham menarik tangan kiri gue. Sementara tangan kanan gue masih memegang telpon.
"Eeh tapi, Ham.."
"Apa? Mau bilang barang loe ketinggalan? Ga ada ya ga ada. Kita jalan sekarang!" Tegasnya.

Sementara itu Bisma di sebrang telpon yang mendengar semua percakapan gue dan Ilham melotot kaget. Jalan? Jadi (sebutnamakamu)­ bakal jalan sama Ilham ber-dua?
"Iish Ham gak usah tarik-tarik gue bisa jalan sendiri kali" gue menghempaskan tangan Ilham
"Ya udah cepetan. Entar keburu hujan" sahut Ilham lalu berjalan meninggalkan gue
"Nyebelin ya tu anak?huh!" Gue menatap Ilham kesal namun sedetik kemudian gue sadar kalo Bisma belum mutusin telponnya.
"Ya ampun Bisma!" Gue melihat layar ponsel gue. Masih terhubung. Dengan ragu gue menempelkan ponsel gue ke telinga.

"Ha...lo Bis"
"Oh jadi mau jalan sama Ilham? Have fun deh! Sorry gue ganggu" tuut-tuut-tuut-­tuut. Telpon terputus.
"Shit! Marah lagikan? Argh!"
"(Sebutnamakamu­) ayo!" Teriak Ilham dari dalam mobil. Dengan langkah gontai gue berjalan mendekati mobil lalu memasukinya. Sesaat setelah gue masuk pak Min, driver gue dan Ilham selama di Jakarta melajukan mobilnya ke salah satu mall terbesar di Jakarta.

"loe kenapa sih perasaan dari di mobil suntuk amat tuh muka?" gue menoleh pada Ilham lalu menggeleng.
"loe sakit? Kalo sakit kita balik aja" sekali lagi gue menjawab pertanyaan Ilham dengan gelengan.

"gue gak papa kok Ham. Lagi bete aja" jawab gue sekenanya.
"justru itu kita jalan buat refreshing. Come on (sebutnamakamu)­. Gue ngajak loe jalan bukan buat liat wajah bete loe ya" ledek Ilham. Gue hanya membalasnya dengan senyum.

"aha! Gue tau gimana caranya ngilangin bete loe!" kata Ilham tiba-tiba. Gue memandangnya dengan tatapan bingung.
"ikut gue ayo. Kita main ice skating!"
"tapi Ham..." belum sempat gue berkata apa-apa, Ilham sudah lebih dulu menarik tangan gue untuk mengikutinya. Oke gue pasrah.

***

"tapi, gue cemburu Ky! Loe bayangin aja lah seandainya Dicha jalan sama cowok dan dia gak bilang sama loe apa loe gak cemburu?" tanya Bisma emosi. Dia tengah main ke rumah Dicky.

"engga. Ya gak mesti juga kali Bis semua yang cewek gue mau lakuin kudu lapor sama gue. Emaknya aja gak gitu-gitu amat." Bisma melotot pada Dicky, merasa tindakan yang dia lakukan tak di setujui oleh sahabatnya.
"jadi intinya gue salah nih?"
"gue gak nyalahin loe bro. Cemburu itu wajar kok. Itu artinya loe sayang sama (sebutnamakamu)­"

"tapiii... ada tapinya. Batesin jugalah perasaan cemburu loe. Jangan (sebutnamakamu)­ jalan sama Ilham loe marah, deket sama Ilham loe cemburu. Loe kaya anak SMA yang baru tau pacaran Bis .-." ujar Dicky blak-blakan.

"coba kalo loe di atur-atur sama (sebutnamakamu)­, di larang deket sama si ini si itu apa loe mau?" tanya balik Dicky.
"terus gue harus gimana? Santai-santai aja gitu (sebutnamakamu)­ jalan bareng Ilham? Gue gak mau kehilangan dia Ky. Loe ngga ngerasain gimana kehilangannya gue empat tahun kemaren!"

"gue tau, gue ngerti! Tapi, coba deh loe dewasa dikit. Sikap loe yang kaya gini bikin loe childish di mata (sebutnamakamu)­ dan lama-lama dia gak betah sama loe. Apa loe mau ngerusak hubungan loe sama (sebutnamakamu)­ yang udah bertahun-tahun ini?" Bisma menggeleng.

"so?"
"so? Ngertiin cewek loe. Ngertiin keadaan dia yang emang harus deket terus sama Ilham karna tugas dari kampus. Percaya sama (sebutnamakamu)­ kalo dia gak akan pernah pergi dari hati loe." Bisma tampak berpikir.
"oke gue coba ngertiin dia"

***

"Ham gue gak usah ikut deh ya. Loe aja gih sana" kata gue sambil memakai sepatu roda.
"kenapa? Ini seru tau. Loe harus coba, ilangin bete loe. Abis ini kita ke...."
"kemana?" tanya gue penasaran

"ke arena skating! Hahaa.." tiba-tiba Ilham menarik tangan gue memasuki arena skating. Arrgh... Ilhaaaam >,<
"arggh... Ilham gue gak bisaaa.." kata gue sambil memegang erat kedua tangan Ilham. Sialan ni anak!
"apa? Loe gak bisa main ice skating? Bwuahaahaaha." Ilham tertawa geli.

"gak usah ketawa. Tau yang jago muter-muter di ice skating" sahut gue jengkel.
"hahaa :D pis (sebutnamakamu)­ pis! Sini deh gue ajarin. Berhubung gue baik sama loe"
"ngga ya Ham gak usah! Gak lucu kalo gue jatoh Ilham." protes gue saat Ilham menarik tangan gue ke tengah arena.

***

"mungkin gue kali ya yang kelewatan cemburu sama Ilham. Oke-oke berikutnya gak akan kaya gini. Gue cuma takut kehilangan loe. Loe gak tau gimana rasanya kehilangan (sebutnamakamu)­. Sakit dan nyiksa!"

***

"huuh, cape!" gue terduduk di sebuah bangku besi panjang yang tersedia di pinggir arena ice skating.
"tapi seru kan? Nih" Ilham menyodorkan ice cream magnum gold di tangannya. Wajah gue sontak kembali berbinar demi melihat makanan favorit gue. Ice cream!

Dengan sigap gue menerima ice cream pemberian Ilham lalu membukanya. Ilham hanya tersenyum lalu duduk di samping gue.
"iya, gue kira ice skating itu susah ternyata engga. Thanks yah Ham" gue menoleh pada Ilham lalu tersenyum.

"loe itu kalo makan jangan belepotan gini sih" Ilham mengusap sudut bibir gue yang basah karna Ice cream yang mencair. Mendadak gue diam dan teringat Bisma.
"eeh sorry gue gak maksud (sebutnamakamu)­. Loe bersihin sendiri deh" gue menggeleng

"gak papa kok Ham. Thanks yah. Udah hilang belum nodanya?" tanya gue pada Ilham
"iya.. sama sama. Udah kok, makanya makan jangan kaya anak TK :p" ledek Ilham. Gue melotot lalu memukul bahunya kesal. Ilham pura-pura menunjukkan wajah sakitnya tapi, gue tau dia bohong.

"Ilham, Bisma. Dua orang yang beda banget. Ilham itu lucu, asik, jarang ngambeg-ngambeg­an sama gue, sering bikin gue ketawa. Seru lah anaknya. Bisma? Hhh... Beda banget dia sama Ilham. Andai aja gue punya pacar kaya Ilham" batin gue melamun.
"loe cantik (sebutnamakamu)­! Gimanapun caranya gue harus milikin loe dan gantiin posisi Bisma" batin Ilham berkata. Dia menatap (sebutnamakamu)­ dalam namun beberapa detik kemudian keduanya tersadar dan terlihat salah tingkah.

"thanks yah Ham buat hari ini. Seru banget" kata gue setiba di depan pintu kamar hotel. Ilham mengangguk.
"gue juga seneng lagi kalo liat loe gak bete kaya tadi" jujurnya membuat gue tersenyum.

"iya-iya thanks ya. Kalo gitu gue masuk dulu"
"(sebutnamakamu­)" Ilham menahan tangan gue membuat gue berbalik menatapnya.
"kenapa Ham?" tanya gue bingung. Ilham tersenyum lalu menggeleng.
"jangan tidur malem-malem yah. Besok pagi jam 09.00 gue tunggu di lobby hotel" ucapnya.

"siap. Gue masuk yah. Good night Ham :)" gue membuka pintu kamar hotel yang terkunci dengan kunci yang gue pegang.
"bye Ham. Dah (ceklek)" gue melambai pada Ilham lalu mengunci pintu kamar hotel gue.
"bye (sebutnamakamu)­. Good night sayang"

***

"telpon, ngga, telpon, ngga. Telpon ajalah! Gue kangen suaranya" akhirnya Bisma menyerah. Dia mulai mencari-cari kontak name (sebutnamakamu)­ di layar handphone. Setelah di dapat, Bisma menekan tombol hijau dan menunggu (sebutnamakamu)­ mengangkatnya. Semoga.

Gue melangkah masuk ke dalam kamar hotel sambil tersenyum membayangkan kejadian bersama Ilham tadi. Saat di arena ice skating, bioskop, toko buku. Semuanya terbayang jelas di benak gue.
"dih kenapa gue jadi mikirin Ilham?" tanya gue bingung.

Drrtt...drrtt..­.drrtt...
Ponsel gue bergetar menandakan panggilan masuk. Gue merogoh tas gue dalam-dalam demi mencari handphone gue.
"Bisma? Ngapain dia nelpon? Pasti mau ngintrogasi gue. Hufft..." dengan malasnya gue menekan tombol hijau dan mendekatkannya ke telinga.

"halo..."
"halo (sebutnamakamu)­ kam..."
"Bis, please jangan ngambeg ngambegan dulu ya. Aku cape banget hari ini, aku males debat sama kamu terus. Aku udah pulang, aku gak bakal lupa minum vitamin dan aku gak akan tidur malem-malem"

"tapi gu..."
"udah yah Bis. Aku ngantuk banget. Kamu istirahat, dan kalo kamu masih mau marah sama aku soal Ilham terserah, aku cape! Lebih baik gak usah hubungin aku dulu sekarang ini daripada kita ribut. Udah ya Bis. Good night" klik~ gue memutuskan telpon lalu membanting tubuh gue ke atas ranjang.

***

from: Bisma

aku tau kamu masih marah sama aku soal Ilham. Sorry, gue emang kekanakan akhir akhir ini. Hari ini gue ada peluncuran novel. Sesuai yang loe mau, gue ngga akan nelpon loe lagi untuk beberapa hari tapi, gue harap loe bakal nelpon gue.
Selamat pagi cinta :*

Gue menatap layar ponsel gue yang tertera pesan dari Bisma. Pesan panjang yang pertama kali Bisma kirimkan untuk gue.
"tumben :/ hoamh... jam berapa sih?" gue terduduk di ranjang seraya merentang tangan.

"masih jam 08.00 pagi. Ooh iya, gue kan janji jam 09.00 sama Ilham di lobby!" kata gue yang teringat pesan Ilham semalam. Cepat-cepat gue bangkit dari ranjang menuju kamar mandi. Pesan Bisma? Kayanya gue lupa buat bales "good luck" ke dia.

***

Sebuah peluncuran novel penulis muda bernama asli Bisma Karisma atau Aris tengah berlangsung di sebuah gedung mewah di Bandung. Cukup banyak media massa yang hadir meliput peluncuran novel "Love Is Hypocritical" Bisma kali ini.

Acara peresmian novel tersebut di buka tepat pukul 11.00 siang. Bisma di dampingi dengan Felix selaku produsernya tengah siap menjelaskan rincian novel tersebut. Sebenarnya Bisma sangat menginginkan kehadiran (sebutnamakamu)­ saat peluncuran novelnya kali ini.

Namun jangankan kehadiran. Sekedar sms penyemangat saja tak di dapat Bisma pagi ini. Ya sudahlah, mungkin (sebutnamakamu)­ masih kesal akan sikapnya. Begitulah pikiran Bisma.

"sebenarnya novel Love Is Hypocritical ini menceritakan kisah cinta seperti apa? Dan mengapa judulnya Love Is Hypocritical? Apakah ini semacam pengalaman pribadi?" tanya seorang wartawan dari sebuah redaksi majalah. Bisma menarik nafas sejenak lalu mulai menjawab segala pertanyaan wartawan tersebut.

***

"Ham, gue bosen" bisik gue pada Ilham di tengah-tengah seminar. Ilham melirik gue sekilas lalu kembali focus menatap seorang seniman muda yang tengah mempresentaseka­n suatu karya seni di hadapannya.
"ish Ham! Loe denger gue gak sih?" kali ini gue menyikut lengan Ilham agar dia merespon gue. Beruntung kursi yang gue dan Ilham duduki berada di barisan paling belakang.


To be Continue

Stay Close, Dont Go!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang