(1) mine

49 8 1
                                    

Kesibukan yang terpampang didepan muka gadis pekerja paruh waktu yang sudah hidup mandiri sejak ditinggal pergi keluarganya. Menggunakan celemek dan tutup kepala yang melekat tak beraturan dibadannya dan tak lupa sarung tangan yang melapisi tangan kuatnya untuk mencuci piring harian dilengkapi peluh yang mengalir diwajah dan badannya, selain berkerja gadis ini juga aktif dalam bersekolah di SMA luciver dijakarta

"Tringg.."
Bunyi bel menandakan bahwa banyak pengunjung berdatangan beruntun menuju cafe, mengingat ini adalah jam sibuk disaat weekend dari sore hingga malam hari

"Pastanya satu mbak es jeruk nya satu"

"Coffe late panasnya 2"

"Pesanan meja 23"

"23? Siap segera diantar"

Begitulah keriuhan dan keriwehan yang terjadi disini tanpa jeda sedikitpun.

Bertubi-tubi piring kotor berdatangan, merujuki tempat gadis itu berkerja tak berhenti sampai terlihat seperti lautan ombak

"Nih caa, kita harus cepet pesanan pelanggan membutuhkan piring"
Celetuk salah satu pelayan

"Iya segera saya kerjakan agreta" sahut gadis itu

ingin menangis rasanya

Rutuk gadis itu dalam hati, ia menarik sebagian piring yang sudah bersih kemudian ia lap dengan telaten hingga terlihat bersih dan mengkilap

kesibukan hari ini dicaffe sangat membuat bulan letih, ya nama gadis kuat dan pantang menyerah itu adalah bulan. Mengapa bulan? Bulan pun tak tau apa artinya tapi yang bulan tau dan mengingatnya setiap waktu adalah dan ketika Bulan membayangkan dan seketika bersyukur jika bulan yang bersinar digelapnya malam, seakan berani dalam kelam yang menyelimuti. Bulan diatas sana Bagai mencerminkan dirinya bahwa bulan yang diatas sana sangat kuat. Lalu? Mengapa bulan yang dibumi harus menyerah setidaknya itu yang terbersit dibenak bulan ketika membayangkan arti namanya....

--/--

Tak terasa jam kerja bulan sudah hampir habis

"Udah mau pulang lan?"
Tanya agreta yang melihat bulan sedang berada didepan kamar mandi dan menghampirinya

"Iya nih saya baru aja mau pulang, kamu belum pulang ta?" Sahut bulan dan menoleh kearah agreta

"Aku bentar lagi, kamu mau bareng aku gak lan? Tapi kamu tunggu sebentar aku mau ketemu sama reno"
Tawar agreta

"Gak usah deh, saya pulang sendiri aja" tolak bulan

"Serius gak mau bareng? Udah malem lho lan"
Tawar agreta sekali lagi

"Iya, saya pulang sendiri aja"
Sahut bulan dan menerbitkan senyum dibibirnya

"Bulan, tolong antarkan pesanan kemeja 12"

Terdengar perintah dari sang pelayan

"Siap" sahut bulan lantang

"Yaudah saya antar pesanan dulu ta, kamu nanti hati-hati dijalan" bulan menepuk bahu agreta dan berjalan kearah meja pelayan

Bulan mengambil pesanan dan memberi senyum kepada pelayan yang menandakan pesanan tersebut akan segera diantarkan kepada yang meminta hidangan itu

Bulan berjalan menuju meja yang dimaksud, dengan melangkah pasti dan tanpa keraguan disertai senyuman yang selalu terukir jelas diwajah manisnya

"Ini pesananya mas, mbak silah kan dinikmati"

Sambil meletakan pesanan yang dipesan diatas meja dengan rapi dan tak lupa memberikan senyum karna menurut bulan senyum itu tidak mengeluar biaya.

kemudian berbalik dan tanpa sadar bulan menabrak salah satu pelanggan. untung saja, nampan yang ia bawa tak berisi. Setidaknya ia tidak akan menerima masalah lagi dan menghadap manager dan menerima hukuman yang mana gajinya bulan ini dipotong. Bulan sangat tidak mau hal itu terjadi lagi untuk kali ini.

"Maaf mas, saya lalai maafkan saya" bulan merasa menyesal dan merutuki kesalahanya dalam hati dan sebagai tanda permintaan maafnya bulan menunduk tak mau menampakan wajahnya didepan pelanggan itu.

"Udah gak papa mbak, jadi nyantai aja ya"
Tanggapan pengunjung itu, lalu menepuk bahu bulan dengan dua kali tepukan

DEG....
Tepukan itu,suara itu kembali lagi, membuat bulan seakan pernah mendengar dan merasakanya tapi dimana? Bulan mencoba menerka-nerka kapan dan dimana dia pernah melakukan hal tersebut. Seakan tak asing bulan pun menerbitkan senyuman termanis yang dia miliki lalu berbalik mengarah kepengunjung yang menepuk bahunya

"Ehh tapi mas..."
Belum sempat berbalik dan melihat kembali, punggung pengunjung itu sudah hilang dibalik tembok bercat putih.

"oy bin, bintang besok jadikan"

Tanya seseorang tepat satu langkah dibelakang tempat Bulan

"Yoi, nanti ketemu disekolah"
Sahut pengunjung tadi yang menepuk bahu bulan dua kali
Bintang, oh jadi namanya bintang

Bulan dan tersenyum kearah pengunjung yang bernama bintang itu

Semoga kita ketemu lagi ya BINTANG...



Kalo suka jangan lupa comment dan vote

HeartBeatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang