(5)Action!

46 7 0
                                    

layaknya karang yang diterjang ombak, tidak akan hancur walau diserang berkali-kali

'''{}'''

Bintang berlari ketika menyadari punggung bulan mulai menghilang dibalik tembok putih yang berhadapan langsung dengan lapangan basket. Bintang berusaha mensejajarkan langkah kakinya dengan derap langkah yang Bulan tapaki, ketika berhasil menyamakan Bintang menoleh dan menatap Bulan dengan lekat, memperhatikan setiap inci muka Bulan.
Terlihat kecemasan, kemarahan dan rasa ingin menghilang dengan sekali kedipan mata dari muka bumi begitu nyata, sehingga dengan mudah Bintang menyadarinya. Bintang rasanya ingin meminjamkan bahunya untuk disandari Bulan bahkan menangis disanapun tak apa, tak begitu masalah bagi Bintang. Ahh... tapi rasanya belum tepat waktunya, belum saatnya Bintang harus menunggu waktu yang tepat untuk bertanya kepada Bulan apakah ia masih ingat dirinya.

"Loe kenapa lari? Waktu Alexa sama teman-temanya datang?" Ujar Bintang sangat lembut agar tak melukai hati Bulan

"Kamu kenal sama Alexa?" Ujar Bulan menatap kearah Bintang dengan tatapan sendu

"Kenal sih nggak, cuma tau doang" Bintang mencoba menjawab sesantai mungkin agar Bulan tak menyadari kecemasan yang Bintang rasakan

"Tau gimana?" Ucap Bulan penuh selidik

"Tau,sebatas dia itu cewek yang paling terkenal disini" Bintang berusaha menyembunyikan kebohongan yang ia coba rangkai dan hasilnya tidak buruk Bulan percaya alibi yang Bintang buat

"Oh gitu..." ucap Bulan menunduk lalu mengakhiri percakapan yang akan membahas Alexa lagi... semakin Bulan membicarakanya semakin mudah pula kenangan itu menyeruak kepermukaan lalu menyayat hati Bulan perlahan namun pasti.

"Loe kok nunduk? Loe nangis ya?" Ucap Bintang lalu mengangkat dagu Bulan mengdongak kearahnya

"Nggak kok saya gak lagi nangis" ucap Bulan lalu mengulum senyum kearah Bintang membuat Bintang membalas senyum Bulan yang terlihat sangat dipaksakan

Bintang menghapus jejak-jejak air mata yang menetes diwajah Bulan. Bintang mengusapnya dengan kedua ibu jarinya

"Loe gak perlu bikin skenario buat nutupin kalo loe lagi sedih, sehebat apapun cara loe buat skenario itu terlihat apik tanpa cacat, tetep aja mata loe gak bisa bohong kalo loe lagi sedih, jadi jangan pernah bohongin perasaan loe sendiri" ucap Bintang lalu  menyudahi usapanya dengan menepuk bahu Bulan "oke!" Ucap Bintang diakhiri senyuman

"Tepukanya sama" ucap Bulan lalu tersenyum kearah Bintang

"Sama apanya?" Tanya Bintang kebingungan

"Nggak kok, jam pelajaran 3-5 mau mulai" ucap Bulan lalu melangkah menuju kelasnya.

--/--

Bulan tersenyum memasuki kelasnya seakan ingin memberi tau dunia bahwa ia punya kekuatan sekarang tak serapuh kemarin. Bintang dengan setia mengekor tepat 2 langkah dibelakang wanita yang setia membuat rambutnya layaknya ekor kuda yang sedang berlari
Itu...

Melihat Bulan yang begitu aneh, membuat anya dan rahma yang menunggu sedari tadi kedatangan Bulan kebinggungan, melihat tingkah pola yang diperlihat Bulan saat ini. Freak itulah kata yang terlintas dibenak Anya. Rahma yang dengan setia memegang es jeruk pesanan Bulan pun melihat Bulan seperti orang yang kesambet jin pohon beringin belakang sekolah yang terkenal sangat angker.

"Nih es loe" ucap Rahma lalu menyodorkan es jeruk itu kedepan wajah Bulan

"Makasih Rahma cantik" ucap Bulan lalu mencubit pipi tembem kepunyaan Rahma, membuat Rahma meringis kesakitan, yaa... memang benar Bulan sekarang mulai aneh.

HeartBeatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang