Bintang membuka knop mobil dengan tangan kananya, mempersilahkan Bulan masuk kedalam mobilnya. Bulan yang awalnya ragu-ragu memasuki mobil bintang yang lumayan sangat wah... dimata Bulan ini, tapi Bintang menyakini Bulan menggunakan gerakan mata yang simetris dengan seyuman itu, membuat bulan mendapat ilham bahwa Bintang akan menjaga dirinya sampai kerumah dengan selamat. Dari cara Bintang membukakan pintu mobilnya, Bulan sempat berfikir kenapa laki-laki yang berada disampingnya ini begitu peduli dan seakan menjaga Bulan, membuat hati yang terkoneksi baik dengan otak mulai berfikir ulang seakan mengingat memori yang terlewatkan dan ntah mengapa kali ini Bulan seakan yakin bahwa Bintanglah si pemilik tepukan itu.
Mobil Bintang melaju dengan kecepatan konstan ditengah jalan yang tidak begitu sepi. sesekali Bintang memperhatikan Bulan dengan mode siluet yang tengah duduk disampingnya, Bulan yang menyadari tindakan Bintang itu membuat bulan menggigit bibir bawahnya karna tersipu dengan warna wajah yang berubah menjadi merah padam yang membuat Bintang gelagapan lalu mengalihkan pandangan fokus kejalan yang mereka lewati.
Mobil Bintang masuk kedalam komplek perumahan yang boleh dibilang komplek perumahan elit. Ya alamat inilah yang dikatakan Bulan. Mobil Bintang berhenti didepan rumah ala amerika classic dengan cat berwarna netral yaitu hitam putih.
Bintang turun dari mobilnya lalu membukakan pintu untuk Bulan. Bulan yang merasa tidak enak akhirnya turun menuruti ajakan Bintang.
"Saya seperti merepotkan saja, kamu harusnya nggak perlu repot-repot untuk mengantar saya" ucap Bulan sungkan yang melambangkan rasa terima kasih yang mendalam.
"Nyantai aja kali, kagak usah tegang gitu" tepis Bintang
"Yaudah deh gue pulang dulu" ucap Bintang berpamitan kepada Bulan.
"Nggak mampir dulu?" Tanya Bulan saat Bintang memasuki mobilnya
"Nggak deh" ucap Bintang, seakan otaknya baru berputar bagaikan piringan hitam yang beputar konstan diporosnya. Terbersit suatu keinginan, dengan harapan Bulan mengabulkanya
"oh iya, gue boleh minta tolong gak?" Sambungnya
"Tolong apa?" Ucap Bulan
"Pinjem handphone loe dong, boleh gak" ujar Bintang lalu berjalan mendekati Bulan
"Handphone, memangnya untuk apa?" Sahut Bulan lalu mengeluarkan handphonenya dari saku kemeja putihnya
"Udah sini" ujar Bintang lalu mengambil paksa dari tangan Bulan, membuat Bulan mendengus dan memutar matanya
"Loe ada line kan?" Tanya Bintang tanpa mengalihkan pandangan dari layar handphone Bulan
"Punya" ucap bulan sambil memperhatikan Bintang yang sibuk mencari aplikasi LINE di handphone Bulan
"Ahh ini dia... yah elah kenapa pakek digembok. Sok artis loe emang"
cecar Bintang lalu menoleh kearah Bulan dengan dengusan kecil diakhir kalimat.
"Kodenya apaan?" Ucap Bintang menegakan tubuh condong melihat Bulan"Ih mau ngapain! Siniin hape saya" ucap Bulan berjijit hendak mengambil handphone yang dari genggaman Bintang menarik tanganya melampaui kepalanya membuat usaha bulan nihil apalah daya cewek yang mempunyai tubuh minim ini, dibandingkan dengan Bintang yang menjulang tinggi menutupi mentari.
"Gue tau nih apaan kodenya" lalu Bintang mengetik sesuatu dilayar handphone Bulan
"Nah kan bener" ucap bintang disertai serangaian kemenangan yang terlihat dari raut muka Bintang
Dengan menaik-turunkan kedua alis matanya."Beneran?" Ucap Bulan dengan kedua bola mata yang hendak keluar dari tempatnya
"Iya dong Bintang... emang apaan kode loe?" ucap Bintang lalu mengangguk-anggukan kepalanya
KAMU SEDANG MEMBACA
HeartBeat
Teen Fiction"Apa salahku? Berdebar saat melihat kau dari kejauhan? Apa memang ini sudah garis tanganmu yang selalu hadir tanpa diminta? Apa salah jika debar jantungku melambangkan kepedulian?" Ujar Bulan "Itu bukan kepedulian, tapi ketulusan hati, yang tak mau...