LITD *3*

61 23 2
                                    

Hati jean seperti baru saja tertabrak kereta api, hancur berkeping-keping. Kristal beningnya mengalir terus menerus seakan ia tak pernah menangis. Shawn yang melihat itu hanya terdiam, dan membiarkan jean larut dalam tangisnya dulu.

Setelah tangis jean reda, shawn menghampiri jean. Shawn memeluk jean hangat, "Menangislah jika itu membuat mu merasa lebih baik." kata shawn sambil masih memeluk jean.

"Maafkan aku shawn, aku sangat cengeng hahaha." jean menghapus air matanya, "Tidak, kau tidak cengeng. Hanya saja, kau terlalu tegar untuk waktu yang lama." senyuman dan kata-kata shawn meninggalkan bekas di hati jean.

Jean mengalihkan pandangannya pada jam yang tergantung di dinding, "Bukankah sebentar lagi akan ada meeting Shawn?". Shawn melirik arloji nya, "Oh astaga aku hampir lupa! Jean tolong bantu aku membawa beberapa berkas ini." jean langsung mengambil beberapa berkas dari meja shawn.

Mereka berdua kemudian berjalan, menuju ruang meeting yang berada di lantai 2. Kebetulan saat mereka berjalan ke lantai 2, mereka bertemu dengan camilla. Camilla adalah sekertaris shawn di perusahaan ini, rumor mengatakan bahwa mereka mempunyai hubungan khusus.

"Hey shawn!" panggil camilla, lalu menghampiri mereka berdua. camilla langsung memeluk shawn, dan shawn juga terlihat membalas pelukan camilla. 'Cih murahan sekali perempuan ini' batin jean seraya memandang camilla.

Camilla yang sudah selesai melakukan "adegan penuh drama" tadi pun melihat ke arah jean dengan tatapan sinis. "Shawn dia siapa?" tanya camilla, "Oh astaga camilla, aku lupa mengenalkan mu pada jean. Camilla ini jean, asisten pribadi ku yang baru." jawab shawn antusias.

Jean melemparkan senyum pada camilla, namun camilla hanya menatap jean dengan sinis. 'Ingin ku bunuh saja dia ya tuhan.' kata jean dalam hati. "Ayo jean kita harus menuju ruang meeting sebelum terlambat! Bye camilla." mereka berdua melanjutkan aktivitas mereka, dan camilla masih terdiam disana sambil memandangi punggung mereka yang kini sudah hilang di telan pintu.

***

Spageti jean sudah habis, sementara lemon tea nya masih setengah gelas. Makan siang pertamanya bersama shawn 'tadi' terasa menyenangkan, sebelum camilla datang dan mengajak shawn untuk makan siang bersama.

Drtt drtt drtt

Handphone jean yang berada di meja bergetar, dan menampakan sebuah nama yang membuat jean hampir tersedak.

"Cameron is calling"

"Bisakah hari ku bertambah buruk lagi? Ya tuhaaan." jean menghembuskan napasnya kasar dan mengangkat telpon dari cameron.

"Hallo.."
"...."
"Apa?!"
"...."
"Dimana dia sekarang?"
"...."
"Baiklah aku akan segera ke sana."
"....."
"Oke."

Jean langsung mematikan ponselnya, dan memasukkan nya ke dalam tas. Dia membayar makanan nya, lalu segera menancapkan gas menuju rumah Daniel.

Setelah menempuh sekitar 10 kilometer, dia sampai di rumah daniel dan langsung masuk ke dalam rumah tersebut.

"Dasar bodoh!" ucap jean pada cameron, "Diamlah! Aku sedang kesakitan!". Jean memutar bola mata dan mendesis, "Sudah berapa kali ku bilang pada mu, jangan ikut balapan liar lagi cam!!! Untung saja daniel menemukan mu tergeletak di jalanan ha! Kalau tidak bagaimana nasib mu sekarang?!" cameron hanya diam mendengarkan amukan jean.

Cameron memang selalu saja begitu, dia tak mau menuruti perintah jean. "Apakah kau sudah selesai mengoceh nona cantik?" ucap cam lalu berdiri. "Belum cam, sampai kapan kau terus begini cam?" kini nada bicara jean mulai melembut, "Sudahlah jean, kau tidak perlu bersikap berlebihan begitu." kata cam santai. "Aku bersikap begini karena aku peduli pada mu!" jean menatap mata sahabat nya itu.

Cameron meneguk saliva nya, ia tak percaya apa yang di ucapkan oleh jean barusan. "Hmm jean sepertinya cameron harus beristirahat lagi.." kata daniel mencoba mencairkan suasana yang sempat beku. "Baiklah Dan, jaga cam baik-baik aku ingin kembali ke kantor." daniel pun mengacungkan jempolnya.

Jean kemudian melangkah keluar dari rumah daniel dan menuju kantornya.

***

Langkah kaki jean terhenti tepat di depan pintu lift, dia menunggu pintu lift terbuka. Alangkah terkejut nya jean ketika melihat martin keluar dari pintu lift, martin tampak tersenyum miring pada jean. "Sialan." gumam jean.

Martin berlalu meninggalkan lift, sementara jean masuk ke dalam lift dengan sejuta pertanyaan yang berputar di otaknya.

Jean lalu mengalihkan pikirannya pada shawn, jean lalu tersenyum mengingat kejadian yang sangat konyol tadi pagi. 'sejak kapan aku tersenyum memikirkan nya? Ada apa dengan ku ya tuhan?' batin jean.

Pintu lift terbuka, dan jean langsung menuju ruangan shawn. Dia langsung masuk ke ruangan shawn, "Maaf shawn aku terlambat, tadi teman ku kecelakaan." kata jean. "Oh kalau begitu tidak masalah. Hm jean, maaf ya soal makan siang tadi." jean langsung menoleh ke arah shawn, "Tak apa, itu kan hak mu ingin makan dengan siapa saja." kata jean sambil tersenyum, lalu merapikan berkas yang ada di lemari.

Bersambung~

Notes:

Hai hai guys setelah lama gue gak update akhirnya gue bisa ngelanjutin cerita ini hoho :"v

Btw thanks buat kak Desti_wijaya yang udah kasih inspirasi buat lanjutin cerita 😂

Dan satu lagi jangan jadi sider dong, comments gitu atau se enggaknya vote aja :3 1 vote dari kalian berharga loh buat aku :"v okay see you next part 😊

Light in the darkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang