LITD *6*

70 17 7
                                    

"Hey Jean, sedang apa kau disini?" tanya Cam pada Jean yang masih tampak terkejut, "Justru aku yang harusnya menanyakan hal itu pada mu, Cam." sementara itu Shawn hanya memperhatikan kedua orang yang ada di depannya mengobrol.

Cameron hanya terdiam, sesaat setelahnya Jean mengalihkan pandangannya pada Shawn. "Oh iya Cam, kenalkan dia Shawn, teman kecilku yang pernah ku ceritakan." Cam menyodorkan tangannya dan di sambut baik oleh Shawn, mereka lalu saling menyebutkan nama.

"Cam, apakah kau mau bergabung mengobrol sambil makan siang bersama kami disini?" tanya Jean antusias, "Hm maaf Jean, sekarang aku sedang ada keperluan. Mungkin lain kali kita bisa mengobrol bersama. Baiklah aku pamit dulu, senang bisa bertemu kalian." ucap Cam lalu melemparkan senyum.

Cameron berjalan melalui meja mereka, setelah ia berpamitan. Cameron berlalu dengan cepatnya, dan sudah hilang di telan dinding yang membatasi dua area restoran mewah tersebut.

Jean dan Shawn lalu memesan makanan, dan melanjutkan perbincangan mereka yang sempat terhenti sesaat karena Cameron tadi. Terlihat beberapa kali Shawn dan Jean tertawa bersama saat bercerita tentang masa kecil mereka.

"Hey Jean apa kau ingat saat kau berusaha mengambil bola yang ada di tangan ku?" tanya Shawn, "Haha aku ingat itu, saat itu kau sudah lebih tinggi dari ku, walaupun sekarang kau bertambah berkali-kali lipat lebih tinggi huh," Shawn tertawa mendengar perkataan Jean, "saat itu kau terus mengerjai ku, dan membuat ku kesal dan kau malah tertawa ketika aku kesal, itu menyebalkan asal kau tau saja." Jean mengerucut kan bibir nya. Shawn malah tertawa lebih puas.

Sesaat kemudian pesanan mereka datang, dan mereka lalu mulai menyantap hidangan yang ada di depan mereka. Lalu setelah makanan mereka habis, mereka kembali ke kantor dan melanjutkan pekerjaan mereka.

-Cam'sPoV-

'Sial! Bagaimana jika mereka melakukan itu dalam waktu dekat? Arghh Jean, kau dalam bahaya besar. Aku tidak ingin siapapun menyakiti mu, Jean. Jean tidak boleh tau akan hal ini, tidak! Aku harus melindungi Jean tanpa membuat ia merasa sedang di incar. Aku tidak akan memaafkan diriku sendiri jika dia sampai disakiti!' batin ku terus berkecamuk sedari tadi.

Aku mengacak rambut ku frustasi, berusaha mencari akal sehat yang sempat tak berfungsi ketika pertama kali mendengar semua perkataan pria yang berada di kereta tadi.

Aku merasa sangat marah sekaligus sedikit lega karena sudah mengetahui rencana tersebut, tapi bagaimana? Bagaimana cara agar aku bisa menggagalkan semua rencana tersebut?!

Aku mengecek handphone ku, dan ada beberapa pesan singkat dari Jean. Dan melihat nama nya terpampang di layar handphone ku sudah membuat ku sangat takut, ya, takut kehilangan orang yang sangat berharga bagi ku. Aku bersumpah, aku bersedia untuk memberikan nyawa ku asal dia tidak disakiti siapapun.

Aku merogoh kantong celana ku, dan mengambil kunci mobil dan segera bergegas menuju rumah Daniel. Aku butuh seseorang untuk membantu ku dan Daniel lah yang paling bisa ku percaya. Dia pandai dalam membuat taktik dan dia juga orang dekat ku. Dia adalah tempat paling tepat.

-Skip-

Aku mengetuk pintu rumah Daniel, dan tak lama berselang Daniel muncul dari balik pintu. "Hey Cam, ada apa?" aku tidak ingin membuang waktu, "Aku ingin berbicara pada mu, tapi tidak disini. Ayo kita masuk.".

Aku lalu masuk ke rumah Daniel dan langsung menuju sofa, "Ini rumah ku, apa kau ingat. Kau bertingkah semau mu huh." dari sofa ku mendengar suara ocehan Daniel yang seperti perempuan. Ah persetan dengan Daniel yang mengoceh, ada hal yang jauh lebih penting yang harus ku bicarakan.

"Daniel kau tau seberapa berharganya Jean bagi ku kan?" Daniel hanya mengangguk, "Ada orang yang merencanakan sesuatu terhadap Jean, dan aku ingin kau membuat taktik agar rencana itu gagal." untuk beberapa detik Daniel mengunci rapat-rapat mulutnya. "Apa yang orang itu akan lakukan terhadap Jean? Dan kenapa mereka melakukan itu pada Jean?" aku menghela nafas dan.

-AuthorPoV-

Cahaya matahari mulai meredup, dan tergantikan oleh cahaya lampu kota yang menghiasi setiap sudutnya. Hari ini Shawn mengantarkan Jean pulang ke apartemen nya, karena apartemen Jean cukup jauh jadi mereka memutuskan untuk makan malam ke restoran di perjalanan menuju rumah Jean.

Keduanya sangat menikmati kebersamaan hari ini yang mereka dapatkan, terasa sangat cepat berlalu rasanya hari ini, namun kebahagiaan itu tidak bisa dibeli kan?

Setelah itu mereka kembali melanjutkan perjalanan, dan di dalam mobil mereka pun masih mengobrol. Topik obrolan mereka ringan namun hangat. Tak terasa mereka telah sampai dan Shawn bersikeras untuk mengantarkan Jean sampai ke depan pintu apartemennya. Jean lalu menyerah dan membiarkan Shawn mengantarkan nya.

"Terimakasih Shawn, aku sangat tidak menyangka jika hari ku bisa sebaik ini hahaha." ucap Jean pada Shawn, mereka telah tiba di apartemen Jean beberapa waktu lalu. Namun di sisi lain seseorang dengan penuh tatapan kebencian memperhatikan Jean dan Shawn yang sedang mengobrol.

5 menit kemudian Shawn telah bergegas pergi dari apartemen Jean, dan Jean masuk ke dalam apartemen nya. Jean melemparkan tubuhnya ke kasur yang empuk itu, berusaha mengatur nafasnya yang agak terengah-engah. Dia lalu bangkit dan mendudukkan dirinya di kursi rias, lalu menghapus make up yang membalut wajah nya.

Lalu handphone Jean yang berada di atas meja berdering, dan menampilkan nama Shawn yang mengirimkan pesan singkat.

"Shawn
Hari ini menyenangkan, terimakasih atas hari ini Jean. Mimpi indah, dan sampai bertemu besok!"

Seketika pipi Jean mengembang membaca pesan singkat tersebut, Jean berjalan menuju kasurnya dan duduk disana.

"Hidup memang penuh kejutan. Semalam aku merasa jika hidup tidak adil pada ku, namun hari ini aku merasa memang hidup terkadang tidak harus selalu mulus dan akan ada kisah manis yang terselip di dalamnya." pikir Jean.

Sementara itu di tempat lain Shawn menatapi cahaya lampu-lampu dari setiap bangunan di kota dari balik jendela apartemen nya, ia menghela napas panjang. Shawn merasa lelah hari ini, namun ia bahagia. Shawn mengalihkan pandangannya pada sudut-sudut jalan kota yang ramai lancar.

Shawn lalu memutuskan untuk pergi ke dapur dan membuat kopi, dia merasa malas untuk tidur untuk beberapa saat ini. Rasanya ia ingin setiap hari berjalan seperti ini saja, ia dan Jean bahagia.

Handphone Shawn berbunyi, ada telepon masuk dari asiknya Aaliyah. Shawn lalu mengangkat telepon masuk itu dengan malas, "KAK SHAWN! INI SUDAH JAM BERAPA? PERGILAH TIDUUUUURRR! BESOK KAU HARUS BEKERJA TAU. POKOKNYA KAU HARUS TIDUR SEKARANG, YA SUDAH BYE." belum sempat Shawn berkata sepatah kata pun, telepon nya sudah di tutup oleh Aaliyah. "Ah dasar adik gila! Malam-malam menelpon lalu berteriak semaunya sendiri!" Shawn menghembus kan nafas kesal, lalu segera beranjak ke kamar nya dan tidur.

To be continued--.

HEYYYA PEEPS, sorry karena author lemot dalam mengupdate cerita hoho 😅 Oh iya author bakal update ini dua minggu lagi okee, soalnya Minggu depan author mau UTS hehehe. Okay thanks and enjoy my story. Jangan lupa voments nya yaaa, thank you😗😗✌️

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 03, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Light in the darkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang