LITD *4*

61 20 5
                                    

'Ceklek'

Suara pintu terbuka membuat jean dan shawn menghentikan aktifitasnya. Seorang gadis yang kira-kira berumur 19 tahun itu berdiri di depan pintu, wajahnya nampak kesal. "Kak shawn! Kau kemanakan kunci mobil ku!" dia menghampiri shawn dengan wajah kesal.

"Menurutmu?" kata shawn sambil tersenyum miring pada gadis yang menggunakan dress biru langit itu. "Ya tuhan kenapa aku harus mempunyai kakak seperti dia?!" aaliyah memutar bola matanya dan melirik shawn malas, "Ck, kembalikan kunci mobil ku!".

Drrt drrt drrt

Ponsel aaliyah berdering, aaliyah pun langsung keluar dari ruangan shawn.

'Bryan is calling'

Aaliyah langsung mengangkat telpon dari bryan.

'Aaliyah..'

"Ada apa babe?"

'Aku ingin mengatakan sesuatu pada mu.'

"Memangnya kau ingin mengatakan apa?"

'Aku ingin..... Hubungan kita berakhir sampai disini.'

"Hah? A..apa a..aku salah dengar?"

'Tidak, aku ingin hubungan kita sampai disini saja, a..aku hanya ingin kau bahagia'

"Kau justru membuat aku hancur jika kau ingin hubungan kita berakhir..."

-call ended-

Aaliyah mulai menangis, air matanya mengalir dengan deras. Ia langsung masuk ke ruangan shawn dan terduduk di sofa, ia menangis tanpa suara.

Shawn menatap adiknya heran, dia bingung apa yang harus ia lakukan. Jean langsung mendekat pada shawn, "Shawn sebaiknya kau keluar dulu, biarkan aku bicara dengannya dahulu.".

Shawn langsung mengiya kan kata jean, dan keluar dari ruangan nya.

Jean menghampiri aaliyah, lalu duduk di samping aaliyah. "Hai gadis cantik, siapa nama mu?", aaliyah yang menangis spontan saja menoleh ke arah jean. "Na..nama ku aaliyah." kata aaliyah, "Oh aaliyah, nama yang cantik. Hmm kenapa kau menangis aaliyah?" tanya jean lembut.

Aaliyah terdiam sejenak, air mata nya sudah tak keluar lagi. "Dia, dia memutuskan hubungannya dengan ku.." aaliyah menutup matanya dan menarik nafasnya.
"Apakah kalian bertengkar hebat baru-baru ini?" jean mulai mengusap lembut rambut aaliyah. "Kami tidak pernah bertengkar hebat selama ini, aku tak tau ada apa dengannya. Ini sangat mengejutkanku.." ucap aaliyah lirih.

"Sebaiknya sekarang kau tenangkan pikiran mu terlebih dahulu, agar kau bisa berpikir lebih jernih." jean tersenyum lalu memeluk aaliyah, aaliyah membalas pelukan jean dan berkata "Terima kasih kak, kau sudah membuat perasaan ku lebih baik dari sebelumnya.".

Jean melepaskan pelukan nya, "Panggil saja aku kak jean, dan jika kau ada masalah kau bisa mendatangi ku kapan saja." jean tersenyum dan mengusap lembut kepala aaliyah.

"Kau sangat baik hati kak jean." aaliyah tersenyum tulus pada jean, "Hm kak aku ingin pamit pulang, bye kak jean." aaliyah berdiri dan melambaikan tangan pada jean, jean pun melambaikan tangan sembari tersenyum.

Aaliyah keluar dari ruangan, sementara itu shawn langsung masuk ke ruangan nya. "Ada apa dengan nya?" tanya shawn penasaran, "Dia bilang, dia putus dengan kekasih nya. Shawn sebaiknya kau tak usah meledek, atau bertanya pada adik mu." ucap jean.

Shawn mengangguk mengerti, "Oh iya jean ini sudah waktunya pulang, apa kau tak mau ku antar?" tanya shawn. "Hm tak usah lah, aku membawa mobil sendiri." jean tersenyum pada shawn.

***

"Arggghhh! Bagaimana bisa aku membunuh orang sebaik shawn? Aku tak bisaaa! Aku benar-benar tak bisa.." jean mengacak rambutnya frustasi, sehabis pulang dari kantor dia terus saja memikirkan bagaimana cara membunuh shawn. Tapi semakin dia pikirkan, semakin dia teringat akan kebaikan hati shawn.

Jean meneguk kopi nya yang sudah tidak lagi mengepul, dia berusaha mencari solusi dari akar masalahnya. "Atau... Ku bunuh saja martin? Ah itu malah akan menambah masalah." jean bertambah bingung, dia lalu mencoba meregangkan otot kaki nya yang tegang.

Jean merebahkan tubuhnya di kasur, dia menatap langit kamarnya yang berwarna putih. Dia berdebat dengan pikirannya sendiri, bayangan akan wajah shawn sesekali melintasi pikirannya dan membuatnya semakin kacau.

"Jean kau baik-baik saja?" tanya seseorang yang baru memasuki kamar jean, jean menoleh ke sumber suara. "Cam? Sejak kapan kau ada disini?" jean lalu mengubah posisinya menjadi duduk, "Aku baru saja tiba, kau tampak sedang sedang gelisah. Sebenarnya apa yang terjadi?" Cam lalu duduk di sebelah jean.

"Cam aku ingin bertanya, jika kau di suruh untuk membunuh orang yang sangat baik pada mu apa kau mau?" Cam mulai mengerti apa yang sedang jean rasakan, "Tentu saja tidak." Cam lalu memeluk tubuh ramping jean dan membiarkan jean tenang.

Setelah jean melepaskan pelukannya, jean menatap mata cameron. "Cam, mengapa kau sangat baik pada ku? Kau tau jika aku seorang pembunuh, apa kau tidak khawatir jika nyawa mu akan terancam?" tanya jean.

"Dengarkan aku, aku tak peduli siapa pun dirimu. Yang aku tau kau hanya seorang gadis baik hati, yang harus menghadapi takdir yang sulit." cam mengelus puncak kepala jean dengan lembut. Jean tersenyum dan memeluk cam sekilas.

***

Bersambung--

Light in the darkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang