Day - 30

45.8K 3.3K 117
                                    

Sudah berapa hari Axel tidak bisa tidur? Axel tidak menghitungnya. Bahkan sudah berapa gelas kopi yang ia habiskan, ia tidak tahu.

Yang ia tahu hanya Alexa sudah tertidur 5 hari, dan masih belum menunjukan tanda-tanda akan bangun sampai detik ini.

Padahal besok adalah waktu janjiannya dengan Alexa untuk melewati malah akhir tahun.

"Sel..." Sion menatap prihatin sahabatnya yang seperti orang yang tidak memiliki rumah di kafetaria rumah sakit ini.

Sion dan Milo sempat menelepon Axel yang ponselnya mati dan otomatis mengalihkan panggilan mereka ke rumah Axel, dan melalui pembantu rumah tangga Axel, Bi Siti, mereka tahu kalau Axel sudah berhari-hari tidak makan dan istirahat dengan benar.

Maka mereka memutuskan untuk menemani Axel di rumah sakit. Tidak lupa membawa Bakso pak Agus, bakso kantin sekolah mereka,  yang disukai Axel tentu saja. Meski Milo harus susah payah mencari alamat rumah pak Agus pagi-pagi demi 10 porsi bakso untuk Axel.

"Makan dulu, Sel." Milo meletakkan 3 kantung plastik berisi 10 kotak makan  yang berisikan Bakso hasil perjuangan Milo.

Axel menatap kedua sahabatnya tanpa Ekspresi, lalu beralih menatap Kotak makan itu tanpa minat.

"Masih belum ada kemajuan?" Tebak Sion tepat sasaran saat Axel tidak menjawab pertanyaannya. "Lo harus percaya sama Alexa. Lo sendiri yang bilang kalau dia cewek kuat, kan?"

"Lo juga harus makan, Sel. Lo mau dapat energi dari mana untuk nunggu Alexa bangun kalau lo gak makan sama tidur?" Bujuk Milo.

Drrt... drrt...

Axel mengalihkan perhatian sepenuh ya ke Ponsel yang berdering. Nama Papanya tercatat disana. Baru saja Axel hendak mengangkat panggilan tersebut, panggilan itu sudah terputus.

Axel mengernyit, hendak menelepon kembali, tapi Aditya sudah muncul di depan Axel dan kedua sahabatnya.

"Alexa sudah bangun, Max." Seru Aditya yang sepertinya dari tadi berusaha mencari Axel untuk mengabarkan hal ini. Bisa dilihat dari rambutnya yang cukup berantakan tertiup angin.

"Beneran, Pa?!" Tanya Axel tidak percaya. Senyum diwajahnya merekah.

"Ajaib, Max. Dia memang gadis terkuat yang Papa pernah temuin. Sekarang dia sudah dipindah ke ruang perawatan." Ujar Aditya lega begitu melihat senyum di wajah putranya.

"Aku mau jenguk Alexa." Seru Axel bersemangat. Ia tidak sabar melihat senyum gadis itu lagi. Mendengar suaranya lagi.

"Kita ikut." Ucap Sion menatap harap Axel mau membawa mereka ikut serta.

Aditya mengangguk, "Tapi jangan buat Alexa tertekan lagi, ya? Dia baru sadar dari komanya." Aditya mengingatkan, "Alexa di kamar VVIP 1 lantai 2."

Axel tidak bisa menghilangkan senyumnya. Ia mengangguk kecil dan segera berjalan menuju ke ruangan Alexa.

Langkah besarnya, berubah menjadi langkah kecil dan kemudian berhenti begitu berada tepat di depan pintu kamar rawat Alexa.

Sion dan Milo yang mengejar langkahnya juga ikut berhenti. Melihat kegugupan yang sedang menyerang Axel sekarang.

"Gimana kalau Alexa malah jadi drop lagi begitu liat gue?" Tanya Axel lebih kepada dirinya sendiri.

Sion menepuk bahu Axel, menyemangatinya. Milo juga melakukan hal yang sama. Mereka tersenyum, berharap dapat membangkitkan semangat Axel untuk menemui Alexa di dalam.

Axel mengisi paru-parunya dengan cukup oksigen sebelum menghembuskannya melalui mulut dan mengangguk.

Perlahan, Axel membuka pintu kamar rawat Alexa. Awalnya ia belum bisa melihat Alexa karena tubuh-tubuh besar yang berdiri menghalangi kasur rawatnya, tapi Axel bisa mendengar suara gadis itu.

30 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang