Epilogue

73.4K 4.6K 397
                                    

13 tahun kemudian...

Axel memasukkan surat yang ia baca tadi kedalam laci meja kerjanya.

Sebuah surat yang datang bersamaan dengan kado natalnya yang sudah dipersiapkan 13 tahun yang lalu oleh wanita yang mengambil seluruh hatinya hingga sekarang.

Surat yang membuat Axel merindu akan sosok Alexa di dekatnya. Tawanya, omelannya, gerutuannya, candaannya, semuanya.

Axel menatap frame foto yang ada di meja kerjanya, sebuah latar biru dengan wajah seorang gadis cantik yang mengenakan dress kuning floral yang sedikit melongo begitu kamera mengabadikan moment itu, dan lagi-lagi ada foto berlatar biru dengan gadis itu yang tersenyum simpul, wajahnya merona malu, bersampingan dengan seorang laki-laki yang sedang tersenyum lebar.

Foto pertama mereka saat berkencan dulu.

Tok tok tok

"Masuk." Ujar Axel tegas. Ia mengalihkan tatapannya dari frame foto, menatap file yang berada di depannya, berpura-pura terlihat sibuk.

"Dokter Axel, Pasien di ruang Mawar 3 mengalami komplikasi pernafasan. Anda diminta kesana untuk menanganinya." Ujar wanita cantik yang mengenakan pakaian suster di ambang pintu.

Axel mengangguk, "baik, saya segera kesana." Axel berdiri, kembali menatap Frame foto berisikan wajah Cantik Alexa sambil meraih stetoskop di depannya. "Aku akan segera kembali." Ia tersenyum seakan Alexa ada didepannya sekarang.

Menjadi dokter memang bukan pilihan hidup Axel. Tapi kata-kata yang pernah Alexa ucapkan dulu, menyelamatkan nyawa orang yang membutuhkan, dan mengingat seberapa pedih melihat orang yang dicintai meninggalkannya dulu, Axel termotivasi untuk mengikuti jejak ayahnya menjadi dokter di usianya yang sudah menginjak 29 tahun.

Kini Axel mengerti, kalau menjadi seorang dokter ahli yang sangat dibutuhkan di Rumah sakit, membuatnya jadi jarang mempunyai waktu bebas. Bahkan hanya untuk bertemu sapa dengan sahabat-sahabatnya. Ke toilet saja kadang harus ditahan.

Ia jadi mengerti akan kesibukan papanya dulu yang jarang berada dirumah. Mungkin itu juga yang membuatnya sampai sekarang belum bisa berkeluarga.

Selain itu juga karena hatinya hanya bertambat pada satu wanita sejak 13 tahun yang lalu.

*

Ponsel Axel berdering nyaring di mejanya begitu ia kembali ke ruangan setelah menangani pasien yang gawat tadi. Setelah melihat nama pemanggil, Axel menyunggingkan senyum dan menjepit benda pipih itu di antara telinga dan bahunya. Matanya melirik kearah jam yang menunjukan pukul 2, lalu ia mulai membereskan barang-barangnya.

"Halo?"

"Hari ini kesini, kan?"

"Kamu makin gede makin gak sopan ya? Perasaan dulu kamu yang mencak-mencak kalau aku ngomong gue-lo? Sopan santun kamu liburan kemana, Mia?"

Suara tawa gadis itu terdengar nyaring di balik telepon, "Hehehe... Kak Axel sensi aja. Mama Adel sama Papa Marvel tanya, hari ini kesini gak? Atau kakak akan kesana lagi? Setiap tahun kan begitu. Emang kakak ga bosen? Ini malem tahun baru loh, Kak!"

Axel yang sudah siap dengan tas kerjanya, kini meraih kunci mobil, sebelum berjalan, matanya kembali melihat kearah Frame foto, dimana wajah wanita yang sangat ia cintai terlihat disana.

"Kami pasti tahu jawaban kakak, Kan? Udah Kakak titip salam aja sama Mama dan Papa. Besok kalau kakak gak ada Praktek, Kakak mampir kerumah."

Axel teringat bagaimana keluarga Martadipura mengangkat Mia yang memang dikenal dekat dengan Alexa di panti asuhan, menjadi anak mereka, Adik dari Alexa Martadipura.

30 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang