"Bagaimana kau bisa disini? Lalu apa kau dan Kana sudah pernah bertemu? Dan apa kalian mengalahkan pemuda itu?" Tanya Nenek
"Ok, akan aku jawab satu satu. Pertama, aku bisa disini karna aku harus bertemu Kana. Kedua, aku sudah sering bertemu anak menyebalkan ini. Ketiga, aku ingin bertanya. Apa keluarga Ni sudah datang dan melawan?" Jawab dan tanya Kazaki. Sepertinya ada yang harus aku lakukan.
"SIAPA YANG KAU BILANG MENYEBALKAN HAH?!" Bentakku sambil memukul kepala Kazaki. Yah, itu sebagai balasannya karna pernah memukul kepalaku.
"Aduh, sakit tau!" Dia hanya memegang kepalanya yang kesakitan.
"Salahmu," aku menjawab singkat.
"Apa kalian selalu begini? Kana adakah rasa hormat pada Tuan Kazaki?" Lerai nenek.
"Nenek kami sudah sering bertengkar karna ulah menyebalkan Kazaki. Lalu, aku tak mau hormat padanya. Jangan harap. Dan, sejak kapan nenek panggil laki-laki menyebalkan ini Tuan?" Sindirku pada Kazaki.
"Kau yang menyebalkan tau! Huh, sudah kubilang aku harus dihormati! Dan kau harus memanggilku Tuan!" Seru Kazaki.
"Aku tak mau memanggilmu Tuan. Jangan harap. Lalu, bagaimana bisa aku menghormatimu, bahkan kau saja tak terlihat harus dihormati. Aku bisa lihat dari mataku ini," seruku menentang Kazaki.
"Huh, terserah deh. Eh, tapi kau bilang bisa melihat lewat mata?" Tanya Kazaki heran. Aku mengangguk.
'Ya ampun. Mereka berdua bertangkar sampai lupa situasi.' Gumam nenek.
"Eh, iya sampe lupa situasi. Makasih nek dah ngingetin. Oh iya. Ibuku dan ayahku kapan akan dikiburkan?" Tanyaku pada nenek. Nenek tak percaya dengan ucapanku tadi. Emang ada yang salah ya?
"Hm, sepertinya aku harus bilang padamu ya putri ke-6. Cucumu ini punya kemampuan untuk membaca pikiran orang. Dia adalah putri dalam ramalan," jelas Kazaki.
"A..Apa?! Dia adalah putri dalam ramalan?!" Seru nenek. Kazaki hanya mengangguk.
"Hey, nenek belum menjawab pertanyaanku," seruku.
"Eh iya. Nanti kita akan menguburkannya bersama saudaramu Kashi dan keluarganya," jawab nenek.
"Apa?! Kashi?! Ya ampun, kenapa harus dengan anak keras kepala itu. Apakah saat perang dia juga ada?" Seruku kesal. Nenek dan Kazaki tertawa karna tingkah lakuku. Nenek kemudian mengangguk. Aku hanya bisa pasrah. Kau tau keadaan yang awalnya menyedihkan jadi aneh sekarang.
Nenek berdiri dan menuju para mayat untuk diangkut ke ruang keluarga. Kazaki ikut membantu. Aku juga. Karna beban yang aku bawa berat, jadi aku pake air untuk membawa mereka. Dan saat itu pula aku menangis lagi melihat mayat keluargaku.
"Ini sesuai ramalan," seru Kazaki. Aku tak mau membalasnya atau pun berkomentar. Aku akan balas dendam. Lihat saja nanti.
"Aku panggil keluarga Kashi dulu ya," seru nenek. Aku mengangguk. Huh, kenapa pula harus bersama anak keras kepala itu. Menyebalkan.
Aku tiba tiba teringat Nara. Dia pasti sedih kehilangan sahabat. Aku juga sedih pasti. Huh, tapi aku harus...
***
Bersambung...
Maaf kalo ceritanya pendek...
Don't forget to vote + comment...
Ditunggu ya...
KAMU SEDANG MEMBACA
Empat Kekuatan [END]
FantasyInilah cerita pertamaku. Menceritakan seorang anak perempuan yang sangat tertarik dengan sesuatu. Anak yang sangat membenci suatu keluarga. Penasaran? Baca aja... Semoga bermanfaat...