perang (1)

1.6K 80 1
                                    

'Tolong lah aku. Ku mohon. Tolong aku,' kata sebuah suara. Aku yakin dia adalah laki laki.

"Siapa kau?! Tunjuk kan wajah mu!" Seru ku.

'Ini aku. Ketua Keluarga Ni. Kumohon tolong aku,' ucapnya lirih.

"Sialan kau!"

'Aku tau kau marah padaku. Tapi tolong. Aku telah termakan kegelapan. Aku di kuasai kegelapan. Tolong lepas kan kegelapan dari diriku ini. Hanya kau yang bisa,'

"Aku akan berusaha,"

'Aku akan memberimu ingatan ku,'

~

Di sebuah desa yang ku kenal sekali. Disini aku berada. Ada seorang lelaki kekar yang sesang berhadapan dengan bayangan hitam. Ku yakini lelaki itu adalah ketua keluarga Ni.

Dia terus menyerang bayangan itu.

"Tak akan aku berikan tubuhku padamu!" Teriak Ketua Keluarga Ni.

"Kau harus mau. Mau tidak mau, tubuhmu akan aku kuasai," ucap sang bayangan hitam licik.

"Aku akan membantah perjanjian sialan itu! Aku tau ayah ku yang melakukan perjanjian itu! Tapi! Aku tak ingin kegelapan menguasai dunia! Jika kegelapan menguasai dunia, semua orang akan sengsara! Dan mereka akan benci pada mu!" Seru Ketua Keluarga Ni.

"Bijak juga kau nak. Tapi, aku tak peduli dengan yang kau ucapkan. Menyerahlah! Kau hanya memakan waktu!" Seru sang bayangan hitam.

'Jadi, selama ini. Ketua Keluarga Ni ingin dunia tak dikendalikan oleh kegelapan. Namun, ia kalah saat melawan bayangan hitam sialan itu. Aku mengerti sekarang,' batin ku.

Semua kembali hitam.

~

"Mau kah kau menolongku?"

"Ya. Ini demi kebaikan dunia. Aku akan memberitahu yang lain,"

"Jangan!"

"Kenapa?"

"Aku ingin kau saja yang tau. Aku ingin mereka sadar sendiri,"

Aku mengangguk dan berjanji.

Aku terbangun.

"Susah sekali kau dibangunkan!" Seru Nara. Nara tinggal di rumahku sementara. Yang lain juga begitu.

Hari ini adalah perang. Aku segera bersiap siap.

Semua keluarga pengendali telah hadir. Rencana sudah di buat tadi malam.

Aku masuk ke barisan paling depan. Kami berada di padang rumput terluas. Disini sejuk sekali. Tapi, aku merasakan hawa yang gelap. Itu dari para kegelapan.

Kazaki dan tiga kawannya tidak diperbolehkan untuk bertarung. Mereka menyatu dalam diriku.

Setelah nenek mengangkat tangannya. Perang langsung di mulai.

Aku langsung berhadapan dengan Ketua Keluarga Ni.

"Hahaha! Anak kecil sepertimu berani melawanku? Lucu sekali!"

"Diam kau bayangan hitam sialan!"

"Jadi kau sudah tau ya," ucapnya pelan sambil menyeringai seram. Dia mulai menyerangku.

Trang! Cring!

Semua serangannya dengan mudah ditangkis oleh ku. Aku menggunakan air dulu untuk menyerang.

Aku membentuk air menjadi seekor naga. Di dalam alam bawah sadarku, aku sedang menerima kekuatan Mizo.

Naga itu terus menyerang. Jarak ku dengan Ketua Keluarga Ni hanya lima meter. Mudah untuk menyerang.

"Lumayan juga kau,"

Dan tanpa ia sadari ada badai panah air di belakangnya. Aku sengaja membuat air itu tak dengan mudah dideteksi dengan semua orang.

Crush!

Darah mengalir dari punggung Ketua Keluarga Ni.

"Ini baru permulaan kawan. Kau sudah kena? Hu,hu,hu," ledek ku.

Aku tau ada serangan dari belakang yang juga di buat agar tak mudah dideteksi. Saat jaraknya tinggal beberapa centi lagi, aku langsung melindungi diriku menggunakan air dikarenakan serangan itu dari api.

Cush..

Suara api yang padam terdengar sekali.

"A-apa?! Bagaimana bisa?!"

"Kau lupa siapa aku?" Tanyaku.

"Tak akan aku biarkan kau!" Seru nya sambil melempar bola besar, sebesar badan Ketua Keluarga Ni. Aku memasang muka datar seperti tidak akan terjadi apa apa.

Bola api itu pecah saat mau mendekatiku. Aku menghancurkannya dengan cara menggunakan angin yang ada di dalam bola itu. Angin yang berada di bola itu aku keluarkan, karena bola api itu terlalu padat, jadi mudah untuk membuat bola itu pecah.

"Kau tak sadar kalau di dalam bola itu masih ada ruang udara," jawab ku yang melihat muka bingung campur marah itu.

Aku berjalan mendekat. Kulihat yang lain sedang berjuang untuk melawan musuh mereka. Disini berantakan sekali.

"Apa kau punya rasa benci? Benci yang mendalam? Apa karena kegelapan harus musnah? Jika kau benci, maka kegelapan memang harus musnah karena banyak korban. Jika kau tak benci, semua akan berjalan seperti biasa. Bahkan mereka akan menjadikanmu sahabat. Keluarlah dari tubuh tak bersalah itu. Keluarlah!" Seruku.

"Omong kosong! Semua membenciku! Aku tak suka mereka!"

"Karena kau yang berperingai buruk," jawabku.

***
Bersambung...
Segini aja deh ceritanya. Maaf ya kalo ada typo.

Empat Kekuatan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang