lepas kendali

1.5K 81 0
                                    

"Kana! Kemana saja kau?!" Teriak Kazaki.

"Aku bahkan hanya sebentar saja," jawabku saat aku sudah mendarat.

"Ayo lanjut,"

"Tentang apa sekarang?"

"Kamu akan belajar mengendalikan diri saat Mizo di keluarkan dari segel," serunya.

"Artinya Sino, Chikuma, Fuchida juga akan melatihku?" Tanya ku.

"Itu benar," jawab Chikuma.

"Mari kita mulai," seru kazaki.

Aku duduk di sebuah cahaya berbentuk segi empat. Disetiap sudut ada satu orang pengendali pertama. Sebuah cahaya keluar dari tubuhku saat semua tangan pengendali pertama menghadap ke arahku.

Sakit. Itulah yang aku rasakan sekarang.

"Argghh!!" Teriakku.

Semua menghitam.

"Segelku terlepas," kata sebuah suara yang familiar sekali. Lalu ada sedikit cahaya yang menyinari dan aku bisa melihat Mizo.

"Mizo?"

"Segelku terlepas. Artinya aku akan mengambil alih ragamu. Apa kau tak apa apa? Bila aku tak terkendali, aku akan membunuh banyak orang,"

"Akan aku usahakan untuk mengendalikan kekuatanmu. Tapi bagaimana caranya?"

"Kumpulkan semua kekuatanmu di dada lalu keluarkan kekuatan itu maka kau bisa mengambil alih ragamu kembali. Tapi, efek sampingnya adalah kau akan lemas dan perlu istirahat selama beberapa menit atau yang paling parah, kau pingsan tiga hari,"

"Dimengerti," jawabku. Aku langsung memusatkan kekuatanku di dada setelah itu aku langsung melepaskannya. Cahaya putih keluar dari tubuhku. Aku memejamkan mata. Setelah cahaya itu habis aku membuka mataku.

Aku melihat Kazaki yang sedang mencoba menenangkan ku.

Badanku terasa panas semua. Aku bisa melihat cahaya biru pekat yang keluar dari tubuhku berkurang dan akhirnya tidak ada.

Bruk! Aku terjatuh.

"Kana! Apa kau baik baik saja?"

"Ya, a-aku baik baik saja," jawabku lemas. Aku duduk sambil bersandar ke pohon.

"Aku butuh istirahat sejenak," lanjutku. Aku memejamkan mata.

"Kau berhasil!" Seru Mizo.

"Ya," jawabku dalam hati.

"Aku kira kau akan gagal,"

"Aku tak seburuk itu. Mizo, aku ingin istirahat dulu,"

"Baiklah,"

Aku membuka mataku. Kulihat Nara sedang melihatku khawatir. Aku tersenyum. Setelah itu, aku melihat kakak ku yang murung. Mungkin kejadian tadi masih ada di pikirannya.

"Minumlah," ucap Chikuma sambil menyodorkan minuman. Aku mengangguk dan meraih gelas itu.

Aku meminumnya. Wajahku memucat. Air ini pahit sekali.

"Hihi, maaf Kana, air itu memang agak pahit. Tapi, itu cukup untuk membuat energimu kembali," ucap Chikuma.

"Bukan agak pahit. Tapi memang pahit!" Seruku. Yang lain tertawa kecuali kakak. Aku tak peduli.

Latihan diberhentikan dulu. Nara, Kanbu, dan Kaeba menghampiriku.

"Kana, apa kau baik baik saja?"

"Kau terlihat pucat sedari tadi," lanjut Kanbu.

"Aku baik baik saja. Hanya saja aku lelah,"

Nara duduk di sampingku, Kanbu dan Kae duduk di depan aku dan Nara.

"Peperangan bisa dihitung dengan jari. Kita harus bersiap," seru Nara. Aku mengangguk.

"Setidaknya kau harus bisa mengendalikan Mizo, Kana," lanjut Kanbu.

"Akan aku usahakan," jawabku.

"Tapi, kalian juga harus kuat," lanjutku.

"Tentu saja! Mana mungkin aku membiarkanmu kuat sendiri. Nanti kami malah iri denganmu," tebak siapa yang jawab. Jika kau menebak Kae, maka kau benar.

"Mari kita buktikan nanti," seru ku.

"Sudah selesai berbincangnya?" Tanya nenek yang menghampiri kami.

"Ya," jawabku.

"Ayo makan siang bersama," aku, Nara, Kanbu, dan Kae mengangguk.

Kami makan dengan lahap. Aku sudah lapar sejak tadi. Setelah kenyang, aku mengajak yang lain untuk latihan di tempat indah temuanku itu. Mereka semua setuju kecuali kakak.

"Aku akan latihan sendiri," seru kakak. Aku mengangguk.

Kami pergi ke sana dengan terbang. Nara, Kanbu, dan Kae dibuatkan sayap oleh Chikuma.

Setelah sampai, mereka langsung takjub. Bagus. Itulah yang ada di pikiran mereka.

Setelah latihan selesai, kami berdiam dulu di sana agak lama. Setelah puas, kami pulang.

***

Bersambung..
Maaf kalo lama update-nya...
Maaf kl ada typo..

Empat Kekuatan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang