Chapter 7 - Epilog

521 24 1
                                    

9 tahun kemudian

"Mami, mami" teriak gadis kecil sambil berlari.

"ya ampun sayang, jangan lari-lari dong, nanti kamu jatuh" kata ibunya memperingati

"kok anak mami sendirian? Mana abang kamu?" Tanya ibunya

"Diluar sama papi"

Tak berselang lama, seorang anak laki-laki bersama ayahnya terlihat memasuki rumah.

"Assalamu alaikum" kata anak laki-laki tadi

"waalaikum salam, udah pulang sayang?" Tanya ibunya

Anak laki-laki tadi langsung berjalan kearah ibunya, menjabat tangannya dan segera memluknya.

"Udah pulang ay? Atau mau balik lagi?" sekarang pandangannya beralih ke laki-laki yang berdiri tak jauh darinya.

"iya bi, aku mau tinggal di rumah aja"

Laki-laki tersebut langsung mendatangi istrinya dan mengecup kening dan pipinya. Kemudian wajahnya bergerak turun dan berhenti di depan perut istrinya yang mulai membesar. Tak lupa kecupan hangat mendarat disana.

"Assalamu alaikum anak papi, kamu tidak nakal kan sayang?"

"waalaikum salam papi, enggak kok, aku gak nakal" jawab istrinya menirukan bahasa bayi

"ayo anak-anak, kalian ganti baju trus turun untuk makan siang"

"siap mami" jawabnya serempak

Thiya bahagia melihat suami dan putra putri bercanda sambil menaiki tangga. Oh ya, 5 tahun lalu Thiya berhasil melahirkan anak keduanya yang berjenis kelamin perempuan. Bayi perempuannya sangat cantik dan mirip dengannya. Bayinya diberi nama "AQUEENA RISYA ANGGARA". Dan saat ini juga sedang mengandung anak ketiganya yang baru berumur 4 bulan.

Ia kemudian menyiapkan makanan di meja untuk para penyemangatnya. Tak lama, mereka turun dan langsung duduk di kursi masing-masing. Thiya dengan cekatan langsung mengambilkan nasi untuk suami kemudian anak-anak, dan baru untuk dirinya. Mereka makan dengan lahap meski diselingi dengan candaan dari dua anak kecil.

Setelah makan, Fariz langsung mengambil piring kotor dan membawanya ke wastafel kemudian langsung mencucinya. Sedangkan Thiya langsung duduk di ruang keluarga dan bergabung dengan dua anaknya yang asik menonton kartun. Tak lama, Fariz juga ikut duduk di samping istrinya yang tengah mengelus perutnya. Fariz langsung mengangkat tangan Thiya dan menggantinya dengan tangannya kemudian mulai mengelus perut istrinya.

***

Malam harinya, setelah melaksanakan shalat isya berjamaah anak Thiya dan Fariz akan belajar bersama ayahnya di lantai sedangkan Thiya lebih memilih membaca majalah fashion di atas sofa. Sampai jam menunjukkan pukul Sembilan malam dan risya sudah menguap sejak tadi.

"ayo anak-anak waktunya tidur, besok baru dilanjut ya belajarnya" kata thiya lebih memerintah.

"iya mami" jawab mereka lemah namun serempak.

"dan jangan lupa cuci tangan, cuci kaki, gosok gigi, dan wudhu" kata Thiya lagi mengingatkan.

"Iya mami" jawab mereka lagi.

Farya dan Risya langsung menaiki tangga dan masuk ke kamarnya masing-masing. Thiya juga masuk ke kamarnya dan menunggu Fariz yang sedang membuatkannya susu ibu hamil.

Saat Fariz masuk ke kamarnya, Ia melihat istrinya sedang memijit betis dan nampak kelelahan. Fariz langsung mendatanginya dan memberinya susu tersebut. Thiya menerima susunya dan langsung meminumnya sedangkan Fariz duduk di atas kasur dan mengangkat kaki istrinya kemudian memijatnya lembut.

"Capek ya?" Tanya Fariz

"Enggak kok, sedikit aja" jawab Thiya

"Makanya, jangan kebanyakan gerak sayang"

"iya iya sayangku"

"sekarang kamu tidur ya" ucap Fariz seraya membantu Thiya mencari posisi ternyaman

Setelah itu Fariz naik ke sisi ranjang yang lain dan menyelimuti Thiya kemudian mengecup kening istrinya lama.

" I love You" ucap Fariz dengan senyumnya

"I love You more" ucap Thiya membalas senyum Fariz.

***

Lisanku memang tak bergerak namun hati dan pikiranku akan terus bekerja. Mengingatmu, menyebut namamu, dan mencintaimu walau satu dunia dan bahkan dirimu tak akan tahu. Kau mungkin tak akan melihat dan mendengarnya namun kau dapat merasakannya. Cinta murni yang aku punya ini akan membantumu merasakan bahwa ada satu hati yang sedang menunggumu dalam diamnya. Maka rasakanlah cintaku dank au akan menemukanku.

(Thiya Putri Aditama)

Terima kasih mau menungguku dan mau bersabar untukku yang saat ini sedang buta dan tak dapat melihat cinta yang kau beri untukku. Namun, yakinlah bahwa aku akan menemukanmu bahkan jika kau bersembunyi dan tak menunjukkan tandamu padaku. Hati ini akan merasakan cintamu dan kembali pada pemilik sebenarnya.

(Fariz Anggara)

*** END ***



Bulukumba, 31 desember 2016

Penulis


Pertanda Cinta Dalam DiamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang