"Ma pa" panggil pelangi yang tengah duduk di sofa sambil menekan-nekan remot tv karna bosan.
"Hm?" Jawab sang ayah yang sedang sibuk dengan laptopnya.
"Aku keluar bentar ya, bosan nih dirumah" pinta pelangi menatap sang ayah manja.
"Nggak boleh! Ini udah sore. Lagian kamu nggak boleh keluar rumah sendirian" jawab ibunya yang tiba-tiba datang dari arah dapur.
"Tapi ma, aku kan cuma mau ke taman sebentar. kata temen aku ada bianglala besar di sana. Boleh ya ma" rajuk pelangi.
"Yaudah nggak apa-apa. Tapi jangan lupa pulang sebelum magrib ya" pesan sang ayah mengizinkan.
"Siap bos" ucapnya sembari berlari segera keluar dari rumah sebelum kedua orang tuanya berubah pikiran.
"Hati-hati ya. Pulang sebelum magrib" teriak ibunya.
Pelangi berjalan sendirian di bawah langit senja yang sudah tidak panas lagi. Ia dengar dari lisa teman kelasnya, bahwa di taman kota akan diadakan pasar malam selama satu minggu. Sepertinya sekarang sedang dalam persiapan. Sesore ini pelangi melangkah santai memakai kaos oblong dan celana jeans selutut.
Angin sepoi meniup lembut rambut hitamnya yang tergerai melewati bahu. Taman adalah tujuan utamanya. Rumah pelangi tidak terlalu jauh dari taman kota, jadi dia bisa berjalan kesana sendirian. Begitulah resiko menjadi anak semata wayang. Tidak ada orang lain yang bisa diajak bersamanya.
Pelangi menoleh kebelakang merasa ada yang memperhatikan. Namun, tidak ada yang aneh hanya seorang laki-laki berhoddie hitam yang sepertinya sedang jogging sore. Lalu gadis itu kembali berjalan.
Gadis itu berbelok. Tapi saat melirik ke belakang laki-laki ber-hoddie itu juga mengikutinya. Ia mulai sedikit panik tapi, masih memikirkan kemungkinan positif. Bisa laki-laki yang tak jelas mukanya itu pergi ke arah yang sama bukan?
Tapi, ia tetap dibelakang pelangi tak tau apa yang ia lakukan. Pelangi mempercepat jalannya dan menoleh ke belakang sedikit laki-laki itu masih mengikutinya.
"Dia ngikutin gue! Benar dia ngikutin gue!!"
Gadis itu sekarang malah memikirkan kemungkinan buruk. Apa orang itu penculik? Mata-mata? Stalker? Atau jangan-jangan cabul??
pelangi mulai panik dan menambah kecepatan jalannya. Sambil sesekali melirik ke belakang. Keringat dingin sudah mengucur di pelipis gadis itu. Saat orang itu semakin dekat tanpa aba-aba pelangi berlari sekencang-sekencangnya. Sambil sesekali melirik ke belakang. Laki-laki itu ternyata mengejarnya.
Sekarang ia benar-benar takut karena jalan yang dilaluinya sepi. Saking takutnya ia sampai tak memerhatikan jalan dan gadis itu tersungkur. Pelangi meringis melihat kakinya yang berdarah. Dengan susah payah ia bangun dan kembali berlari. Pelangi menangis saat orang yang mengejarnya itu semakin dekat. Ia terus berlari dan berlari hingga sampai ke sebuah jalan aspal. Ia terisak tak tahu harus kemana.
"Sekarang apa? Gue harus kemana lagi?!"
Napasnya terengah-engah. Pelangi menjambak rambutnya frustasi. Ia makin terisak sambil memukul pelan dadanya yang sakit. Ia berhenti sejenak menormalkan napasnya. Tak peduli jika pengguna jalan yang berlalu lalang menatapnya aneh. Ia terus menatap kebelakang.
"Gue harus gimana??! Siapapun tolong gue..." Pelangi menatap jalanan dan ia memutuskan segera menyebrang.
"Ya allah... tolong aku" batinnya
Saat hendak menyebrang sebuah motor hitam berhenti didepannya. Pengendara itu membuka helm nya dan menatap gadis yang menangis ketakutan itu bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Untuk Pelangi
Teen Fiction(Revisi ulang) kadang ada sesuatu yang tak bisa kau ungkapkan meskipun kau ingin mengatakannya. memendam adalah hal yang lebih baik dilakukan Pelangi Anastasya Mahendra, seorang gadis yang periang dan memiliki banyak teman, pelangi sangat mudah deka...