BAB 3 ㅡ Tentang Dia

5K 792 143
                                    

Atha masih menatap Faika dengan pandangan syok. Dia mungkin agak terkejut karena baru kali ini ada perempuan yang dengan terang-terangan bilang kalau dia suka dengan seseoramg tanpa mengelak sedikit pun.

"Akhirnya di antara ratusan anak cewek Strada, ada juga yang demen sama manusia itu," gumam Atha yang merasa bersyukur karena temannya itu akhirnya punya orang yang menyukainya.

Jun dan Deka sudah menyelesaikan acara berantemnya kemudian mereka duduk lagi di bangku masing-masing. Hanya Deka yang duduk tapi Jun tidak. Dia berdiri di samping Deka sambil berkacak pinggang sambil napasnya yang masih putus-putus.

"Eh minum siapa nih? Gue bagi ya," ujar Jun yang langsung menenggak air mineral yang ada di meja itu.

Faika dan Atha mematung. Faika terbengong saat melihat air minumnya diminum oleh Jun. "J-Jun, i-itu punya gue. Harusnya jangan lo tempelin bibir lo di mulut botolnya. Kan bekas gue," ujar Faika dengan gagap sambil menunjuk botolnya yang berada di tangan Jun.

Jun menyudahi acara minumnya lalu menatap Faika dengan pandangan heran, "Ya terus kenapa kalo bibir gue nempel? Bekas lo ini, nggak apa-apalah. Kan secara nggak langsung kita udah ciuman. Apa lo mau langsung ngerasain dari bibir gue aja?" balas Jun dengan alis yang naik sebelah.

Faika, Atha dan Deka sukses dibuat terkejut oleh Jun. Omongan Jun barusan benar-benar nyeplos begitu saja, tidak ada filternya sama sekali. Wajah Faika mendadak pucat dan nafasnya sedikit tersendat-sendat.

"Fai, lo gapapa?" tanya Atha yang mulai panik. Faika menggeleng pelan sambil memegangi dadanya, "Gu-gue ba-baik-baik a-aja," balas Faika dengan nada tersendat-sendat.

Plak!

"Eh cipuy! Lu apain temen gue?!" semprot Atha galak setelah ia memukul pundak Jun dengan keras. Jun mengaduh lalu mengusap pundaknya yang barusan dipukul Atha, "Nggak gue apa-apa sih," balas Jun mengelak.

"Itu anak sesek nafas, bodoh!" sahut Deka yang menatap Faika khawatir. Jun ikut menatap Faika khawatir, "Eum... lo nggak apa-apa?" tanya Jun cemas.

Faika menggeleng sambil berusaha menetralkan nafasnya. Jun berjongkok di samping kursi Faika lalu memberikan perempuan itu minum yang barusan dia minum. "Minum dulu," titah Jun tetapi segera ditepis oleh Faika.

"Ng-nggak makasih. Gue minum punya Atha aja," balas Faika yang mengambil air mineral milik Atha dan meminumnya.

Jun hanya tersenyum kikuk sambil menatap botol yang ada di tangannya. Maksudnya baik malah ditolak.

"Mampus lu, Jun. Anak jendral nih, macem-macem dikit sama anaknya, peluru langsung bersarang di kepala lu, Jun. Meninggal deh abis itu," ledek Deka dengan wajahnya yang menyebalkan.

Jun mendelik sebal pada Deka yang malah sibuk menertawakannya sejak tadi. Deka tuh kalau urusan meledek anak orang nomor satu tapi kalau sudah berurusan sama mantan, hm ambyar kemana-mana dia.

Iyalah. Mantannya kaya gorila lepas. Sulit ditaklukan.

Faika sudah merasa lebih baik dari sebelumnya. Nafasnya berangsur normal dan dia hanya terduduk lemas di tempatnya.

"Sawan dah nih anak," gumam Deka asal.

Tak!

"Mulut lu bisa diem nggak sih? Berisik banget kaya terompet taun baru!" sewot Jun. Deka meringis sambil mengusap keningnya yang barusan dijitak oleh Jun. Sekarang kenapa Jun jadi galak ya?

"Fai, lo nggak apa-apa?" tanya Atha sambil memegang pundak Faika.

Faika menggeleng, "Gapapa. Sorry barusan reaksi gue agak aneh. Dulu gue emang nggak bisa bergaul sama cowok, ayah gue ngelarang gue buat bergaul sama cowok. Katanya cowok itu bahaya buat gue," balas Faika sambil menunduk.

Jun menatap Faika dengan pandangan takjub, "Jadi selama ini lo nggak pernah bergaul sama cowok?" tanya Jun.

Faika menggeleng, "Nggak. Gue cuma kenal ayah sama kakak gue aja," balas Faika.

"Lo punya temen deket?" tanya Deka yang mulai ingin tau dengan kehidupan Faika.

"Nggak. Semua temen gue sampah, mereka lebih seneng sama harta dan kakak gue doang," balas Faika datar.

"Emang kakak lo ganteng banget ya?" tanga Jun lagi.

"Ya gitu. Tau nggak drama DOTS? Yang jadi Big Boss?" Ujar Faika sambil natap Jun pas banget di mata.

TAMAT HIDUP GUE! MATANYA YA ALLAH, INDAH BANGET TERSEPONA AKU! Jun terbengong seperti kambing ompong di depan Faika. Matanya sampai ikut berbinar-binar segala lagi.

"Oh iya, gue tau. Song Jong Ki kan?" tebak Atha sambil mengangkat tangannya

"Iya. Kata temen-temen gue, abang gue tuh mirip sama dia. Padahal kata gue nggak sama sekali. Di mata gue dia tetep aja abang gue yang selalu jagain gue setelah Bunda meninggal," lirih Faika.

"Ja-jadi lo udah nggak punya ibu?" Jun berucap dengan lirih di sebelah Faika. Cewek itu cuma tersenyum lirih aja lalu mengangguk, "Iya. Udah lama sekitar 4 tahun lalu," balas Faika.

"So-sorry. Kita nggak tau," Deka berujar, ia merasa tak enak dengan Faika.

"Nggak apa-apa, Dek. Santai aja."

***

[6 Januari 2019]

Chapter ini tidak saya edit ulang, jadi kalau ada kesalahan mohon dimaafkan.

Siap Jendral 🍃 Wen Jun Hui ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang