Hari ini Faika ditatar habis-habisan oleh Atha. Iyalah, Atha tidak terima kalau Faika langsung luluh begitu saja hanya karena melihat Jun berceermin di kaca depan kamar mandi. Padahal sama sekali tidak ada ganteng-gantengnya, mukanya lebih mirip kaya air kobokan warteg. Terlalu nyepam.
"Faika, lo nggak boleh langsung luluh sama Jun. Manusia itu bakalan makin sombong kalau lo dengan gampangnya luluh sama dia," Atha memulai penjelasannya dengan gaya sok berwibawanya.
Faika hanya menatap Atha dengan pandangan bingung. Mau secantik apapunFaika, kalau sudah menyangkut dengan Jun pasti dia akn berubah. Yang tadinya malu-malu kucing, jadi malu-maluin. Tidak berbeda jauh dengan Jun.
"Terus gue harus gimana?" tanya Faika bingung.
"Lu cantik kok. Jun juga pasti suka sama lu. Tenang aja Jun itu bukan tipe cowok yang mudah menclok ke rumput tetangga kok, dia selalu setia sama satu produk," balas Atha.
"Ya terus gue harus gimana, Tha?" tanya Faika yang semakin bingung.
"Imej lu harus sama kaya pas awal masuk sekolah. Tetep ramah, polos dan lo nggak boleh langsung kejerat sama pesona manusia kobokan warteg itu. Dia itu narsisnya amit-amit," balas Atha sambil bergidik ngeri membayangkan wajah Jun yang sok ganteng.
"Kayanya dia hina banget ya," celetuk Faika.
"NAH! ITU LO TAU! DIA EMANG HINA, HINA BANGET!" Atha berseru heboh malahan dia sampai bangun dari duduknya hanya untuk menghina Jun di depan Faika.
Faika hanya mengangguk-angguk saja, "Tapi gue baru pertama kali ngerasain jatuh cinta loh, Tha. Langsung pada pandangan pertama lagi," ujar Faika lagi.
"Justru itu, kita pake gerakan bawah tanah aja. Diam-diam menghanyutkan. Jangan kaya serangan subuh, yang langsung hajar aja sampe mampus," saran Atha. "Lu tuh harus profesional ngedeketin cowok. Eh tapi menurut gue kali ini biarin Jun aja yang ngejar lo. Jangan lo ngejar dia, makin sombong dia pasti," lanjut Atha.
Faika mengerutlan keningnya "Ayah gue juga pasti nggak akan setuju sama cowok kaya Jun. Ayah gue overprotective sama gue," celetuk Faika santai.
Atha menatap Faika dengan heran, "Kok lo santai banget sih, Fai?" tanya Atha.
Faika hanya angkat bahu, "Dari kecil gue udah dididik keras sama ayah gue. Gue ngga boleh inilah, gue nggak boleh itulah tapi gue ngerti kalau ayah gue itu sayang sama gue dan dia mau yang terbaik buat gue. Makanya gue bisa sampe kaya sekarang ini berkat ayah sama bunda gue. Setelah bunda gue nggak ada, sandaran gue cuma ayah dan abang. Nggak ada lagi yang bisa gue lakuin selain nurutin semua perintah, larangan dan permintaan ayah gue. Gue... gue terlalu sayang sama bokap gue. Tapi baru kemarin malam gue akhirnya nyoba buat berontak. Gue bilang gue jatuh cinta sama cowok," jelas Faika sambil menatap lurus.
Atha merasa hidup sebagai seorang Faika tidak enak. Terlalu banyak larangan dan tidak bisa bebas berekspresi. Atha merasa beruntung bisa hidup bebas tanpa kekangan dari kedua orangtuanya.
"Mungkin lo menganggap hidup gue menyedihkan banget ya? Hampir semua orang bilang gitu sama gue. Kadang gue suka mikir gitu sih, kenapa gue nggak dibebasin kaya anak-anak remaja pada umumnya? Tapi gue tau, pergaulan zaman sekarang nggak baik buat gue. Sepintar apapun gue ngejaga diri kalau emang takdirnya gue bakalan dirusak sama orang yang nggak bertanggung jawab, ya gue bisa apa? Mending gue nurutin apa perintah ayah gue," lanjut Faika lagi sambil tersenyum kecil.
Perempuan itu bangkit dari duduknya lalu berbalik menatap Atha, "Makasih, Tha, udah mau bantuin gue ngedeketin Jun tapi setelah gue pikir-pikir lagi, gue nggak akan ngelanggar apa yang dilarang sama ayah gue. Gue mundur dan matuhin semua perintah ayah gue."
Faika tersenyum pada Atha lalu berbalik pergi meninggalkan Atha di kelas. Pada saat hendak keluar kelas, Faika berpapasan dengan Jun. Laki-laki itu sudah siap untuk melancarkan aksi tebar pesonanya tapi nyatanya Faika hanya melewatinya begitu saja. Bahkan ia tidak menoleh sama sekali. Sakit diabaikan sama gebetan.
"Anjir! Gue dicuekin kaya tai ayam kering," gumam Jun sambil menyisir rambutnya ke belakang.
Jun berjalan ke meja Atha, "Eh si Faika kenapa? Tumbenan doi nggak senyum ke gue, biasanya kan tiap kita papasan gue selalu dapet senyum indahnya," tanya Jun yang membuat Atha bergidik jijik.
"Jijik banget lu ah! Pergi sono! Faika ilfeel sama lo, Cipuy. Makanya jangan sok kegantengan, kaburkan gebetan lo!" semprot Atha pada Jun.
"Lah? Gue kan emang ganteng, Tha," balas Jun polos.
"Bacot! Gue obras juga nih mulut lo!"
***
Saat jam istirahat pun Faiksa tidak bergabung dengan Deka, Atha, dan Jun. jun sibuk mencari Faika, karena setelah bel istirahat berbunyi perempuan itu langsung pergi keluar dari kelas. Jun sudah mencarinya ke seluruh penjuru sekolah, termasuk mushola dan toilet wanita tapi Faika tetap tidak ditemukan.
Iya, Jun nekat masuk ke toilet wanita dan alhasil saat ia masuk ke dalam toilet langsung dapat lemparan gayung serta tempat tisu. Cewek kalau udah panik tuh emang ganas. Gayung aja sampe melayang gitu.
Jun emang china puyeng beneran.
"Faika kemana ya?" gumam Jun yang masih mencari Faika.
Ia berjalan ke jembatan cinta dan tak sengaja matanya menangkap sosok Faika yang sedang duduk di dekat lapangan basket sambil membaca buku. Buru-buru Jun turun dari jembatan cinta dan langsung menghampiri Faika yang berada di pinggir lapangan.
"Hai Fai," sapa Jun ramah.
Perempuan itu mendongak lalu tersenyum tipis, "Hai juga," balas Faika seadanya dan kembali fokus pada bukunya.
Jun cemberut. Yhaaa... gue dicuekin.
"Baca buku apaan sih?" tanya Jun basa-basi.
"Novel," jawab Faika singkat tanpa mengalihkan pandangannya.
Jujur saja Jun jadi sebal karena didiamkan seperti ini.
"Novel apa?" tanya Jun lagi.
"Novel bahasa inggris," balas Faika lagi-lagi tidak menoleh ke arah Jun.
Jun cemberut. Dia kesal karena sejak tadi dicuekin oleh Faika, padahal mereka sudah duduk berdua di pinggir lapangan basket sambil ditemani oleh semilir angin sepoi-sepoi yang bikin ngantuk. Mana di bawah pohon mangga lagi, enaknya kan tidur.
Jun menghela nafas pelan karena dia bosan menunggu Faika yang sibuk membaca novelnya, akhirnya dia lebih memilih bersandar pada batang pohon mangga lalu tidur. Tidak perlu waktu 5 menit, Jun sudah tertidur pulas sambil menyandarkan punggungnya ke batang pohon mangga.
25 menit kemudian...
Jun kembali membuka matanya lalu mengerjap sebentar untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retina matanya. Laki-laki itu menoleh ke samping kanannya tetapi Faika sudah tidak ada.
"Anjir gue ditinggal," gerutu Jun kesal.
Tak sengaja matanya melihat sebuah post-it yang tertempel di sebuah botol air mineral. Segera Jun mengambil dan membaca post-it itu.
Jun, maaf ya gue ninggalin lo. Abisnya lo nyenyak banget tidurnya, gue jadi nggak tega banguninnya. Nanti kalau udah bangun, jangan lupa diminum air putihnya ya. Air putih tuh bagus kalau diminum abis bangun tidur, bisa ngebersihin pencernaan lo.
Di minum ya ^^
-Icha-
Jun yang mulanya cemberut karena ditinggal Faika, sekarang jadi tersenyum-senyum sendiri. Mendadak hatinya berbunga-bunga dan rasanya seperti ia ingin menari balet di tengah lapangan, tapi itu tentu tidak mungkin. Soalnya dia malu.
Dengan segera Jun meminum air putih yang diberikan Icha atau Faika itu dan buru-buru lari ke kelas karena sebentar lagi masuk.
Ah baru kali ini gue baper sama cewek. Anjir dahsyat banget!
***
[19 Januari 2019]
Chapter ini tidak saya edit ulang. Mohon maaf juga ada typo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Siap Jendral 🍃 Wen Jun Hui ✔️
Fanfic[END] Namanya juga anak jendral. Gampang gampang susah ngedeketinnya. ➖ WEN JUN HUI'S BOOK ➖ #stradaseries #17series Note: Dapat dibaca tanpa harus membaca series lainnya. © copyright 2017 by junwookshi