Nine

1K 90 28
                                    

Selena POV

Gue menghela nafas dengan perlahan, dokter beberapa menit yang lalu keluar dari ruangan sialan itu. Dan dia berkata kolo kondisi justin kritis, mereka para dokter dan suster gak bisa berbuat apa apa lagi selain berdoa. Justin terlalu sekarat, mereka jadi gak bisa berbuat apa apa lagi.

Gue diluar. Tanpa dibolehin masuk sama kimberly. Itu kejam. Tapi gue tau, semua ini karma gue karna gue nyakitin justin terlalu dalam. Tapi gue gak bermaksud kaya gitu. Gue kaya gini karna gue terlalu percaya sama papa dan fredo, dan disitu gue lagi mikirin gimana gue bisa jauh jauh dari jutin supaya justin gak tersakiti lagi karna gue. Tapi pilihan buat percaya sama papa dan fredo adalah pulihan yang salah, itu semua ngebuat gue nyakitin justin tanpa niatan gue.

Gue menutup muka gue dan air mata gue keluar dengan deras. Seharus gue gak kaya gini ke justin. Mama bener, gue bakal nyesel di kemudian hari. Dan hari ini gue nyesel apa yang gue perbuat ke justin.

"Sel." Gue merasakan hangat tubuh gue. Gue mendongak melihat siapa yang meluk gue.

"Nathan." Bisik gue lalu terisak dipelukannya.

"Sstt, udah. Everythings gonna be alright, sel." Bisik nathan. Tangisan gue nambah kejer, gue memeluk nathan dengan erat.

"Gue gak bermaksud semuanya ke justin, nat, lo tau kan? Gue kenapa berbuat kaya gini? Gu-gue gak berma-maksud ke justin kay-kaya gini." Isak gue.

"Iya iya, udah jangan nangis, okey? Justin gak bakal suka kolo lo nangisin justin kaya gini, kolo lo udah ngejelasin semua yang lo lakuin selama ini ke justin, gue yakin, justin bakal ngerti apa yang semua lo lakuin buat dirinya." Ucap nathan lalu mengecup pucuk kepala gue dan melepas pelukannya perlahan. Gue ngangguk lalu menghapus air mata gue dengan kasar.

"Jadi?" Gue tersentak lalu mendongak. Lion memandang gue dengan lembut. Gak ada sorot kebencian di matanya.

"Li-lion." Gue menunduk. Gue takut.

"Eh kenapa?" Lion jongkok dihadapan gue. Gue menatap lion lalu menggeleng.

"Engga, lo kenapa disini? Nanti kim marah gara gara lo kaya gini posisinya." Bisik gue.

"Maaf." Lion tersenyum dan dia langsung meluk gue dengan erat. "Maaf udah salah paham. Gue kebawa emosi tadi dan kim juga pasti kebawah emosi." Bisik lion dan dia mengelus punggung gue dengan lembut.

"Tapi ini emang kesalahan gue, li. Lo gak usah minta maaf kaya gin-"

"Lion." Gue dan lion tersentak. Gue langsung medorong lion dengan kencang. Reflek.

Gue menatap kimberly yang menatap gue tajam.

"Tunggu, jangan salah paham dulu. Kamu pms ya? Jangan kebawa emosi dulu, okey." Ucap lion. Lion ketawa kecil dan dia menghampiri kimberly.

"Jangan salah paham juga sama selena. Dan sekarang belum waktunya kamu tau semuanya terus izinin selena masuk buat liat justin. Selena istri justinkan?" Ucap lion.

"Tap-"

"Sel, masuk. Biar pacar kesayang gue ini gue yang tanganin." Gue ketawa kecil lalu mengangguk.

"Maaf kim." Bisik gue dan masuk kedalam ruang justin.

Gue menghela nafas. Berjalan dengan perlahan keatah bangkat yang justin tiduri, gue memejamkan mata lalu membukanya kembali.

"Hey." Gue menatap justin yang alat pembantu pernafasan terpasang menutupi hidung dan mulut justin. Dan ada alat juga entah itu apa yang terpasang dadanya. Ada 3 tapi kabel entah apa namanya ada 9. Bahkan justin pake baju hanya dua kancing yang dipasang diperutnya dan dibagian dada terbuka. Gue melihat infus yang berada ditangannya dan dijari telunjuknya di jepit gak tau pake apa itu.

"Maafin aku." Bisik gue. Gue mengambil tangan justin lalu mengecup punggung tangannya.

"maaf sayang, maaf." Air mata gue keluar lagi.

Gue maju mendekat kearah muka justin, dan melepas tangan justin lalu memegang pipi kanan justin yang dingin. Gue memajukan muka gue dan mengecup kening justin. Gue melepasnya dan menatap muka justin yang pucat.

"Bertahan ya? Kamu kuat, aku yakin. Kamu bakal ngelawatin kritis kamu. Tunjukin ke aku, ke jay, ke julie kolo kamu kuat. Kolo kamu bisa bertahan demi aku, demi keluarga kecil kita. Kamu gak perlu percaya apa yang aku omongin waktu itu. Aku sayang kamu, justin. Gak akan ada yang bisa ganti kamu dihati aku. Aku bakal disini, nunggu kamu bangun." Lirih gue. Gue mengusap pipi justin dengan lembut.

"Aku kangen kamu." Gue memeluk justin. Meremas bahu justin dengan kencang.

"Bangun, sayang." Bisik gue. Gue mengecup telinga justin lalu gue menempatkan pipi gue dibahunya.

"Maafin aku yang selalu nyakitin kamu terus. Maaf sayang. Aku gak bermaksud kaya gitu. Maaf ngeboong tentang kematian aku, aku cuman pengen kamu bahagia, hidup tenang tanpa ada rasa sakit. Tapi aku bodoh. Aku terlalu bodoh. Aku gak mikir gimana perasaan kamu ke aku yang terlalu dalam. Terlalu cinta sama aku, terlalu sayang sama aku. Aku malah nyakitin kamukan ya? Aku janji, sekarang, atau nanti, gak akan ada lagi kaya gini. Kamu juga harus bangun. Aku kangen kamu. Sekarang aku udah ada disini, disebelah aku. Kamu bisa meluk aku sepuasnya. Kamu bangun. Kamu harus lewatin sekarat sialan yang kamu alami ini. Kamu kuat? Masa kamu kalah sama satu peluru yang masuk ketubuh kamu? Ah aku bodoh, peluru itu sakit banget ya kolo masuk kedalam? Aku pernah ngerasain. Tapi aku bangun justin. Aku masih bisa bertahan, dan bayi aku juga masih ada ditubuh aku. Astaga. Masa kamu kalah? Ck, udahlah. Aku sayang kamu." Ucap gue. Gue mengakat kepala gue lalu mengecup pipi justin dan menurukan kembali kepala gue ke bahunya.

Gue melepas pelukannya dan melepas penjaga yang terpasang kedua sisi kasur dan gue naik perlahan, gue mengambil tangan justin lalu mengecupnya. Gue menyimpan kepala gue dibahunya kembali dan menutup mata gue.

"I love you, you said always, and i said forever, okey?"

--

Masi inget sama pemerannya? Diatas ya❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Masi inget sama pemerannya? Diatas ya❤️

Mark my words [jelena]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang