Episode 3

436 26 12
                                    

     kudiamkan saja orang itu. Biarlah dia bertindak sesukanya. Dia sudah ada disana sejak tadi? Kenapa aku tak menyadarinya? Bodoh! Harusnya aku lihat-lihat kondisi tadi. Dia pasti mendengar perdebatanku dengan Ghai tadi. Dasar Viyo!

     Aku beranjak dari kursiku menuju belakang kelas, tempat Viyo tiduran dengan amat tak sopan. Kepala dan badannya dia biarkan tergeletak mengenaskan di atas lantai, lalu kakinya itu di sandarkan diatas kursi pojok belakang. Sungguh-sungguh orang ini.

"Viyo!" Kutendang kursi yang menjadi sandaran kaki Viyo tadi. Tapi tak berefek apa-apa padanya. Mungkin aku kurang kuat menendangnya?

"Apa?" Tanyanya masih dengan pandangan fokus ke komik yang ia baca.

"Apa kamu tadi dengar?"

"Dengar apa maksud lo?"

"Itu... Aku dan Ghai." Dia menutup komiknya dan menatapku.

"Oh, lo sama Ghaida? Ya, gue tau. Perlu gue ulangin lagi percakapan kalian?" Viyo menaik turunkan alisnya membuatku jijik. Senyumnya membuatku takut, sepertinya niat licik terbesit di otak pintarnya.

     Viyo menendang kursinya agar jalan ia keluar semakin lebar lalu mulai meninggalkanku sendiri. Sebelum dia benar-benar keluar aku memanggilnya lagi untuk menahannya. Dan hap! Berhasil, akhirnya dia berhenti.

"Kenapa?"

"Kamu nggak bakal bilang ke orang-orang kan?"

"Kenapa nggak?" Menyebalkan! Dia bisa menyebarluaskan hal ini. Jika Melody tahu...

"Kamu mau apa?"

"Gue nggak perlu apapun. Kalaupun gue nyebarin berita ini nggak ada untungnya juga buat gue."

"Jadi kamu nggak bakal bilang?"

"Mungkin?" Dia tak meyakinkan. Aku butuh jawaban ya. Bukan kata mungkin, ditambah dengan nada tanya.

     Aku duduk dikursiku, pasrah dengan orang ini. Susah juga bicara dengan si ansos kelas.

"Gue ada penawaran." Kurasakan bangku sebelahku ditempati seseorang. Viyo!

"Apa?" Tanyaku antusias.

"Lo kenal Lids?" Lidya Djuhandar maksudnya? Anak kelas sebelah, teman sekelas Viny? Kurasa benar dia. Aku mengangguk.

"Ya, aku tahu."

"Bantu gue deketin dia sama Melody." Mulutku menganga lebar. Apa maksudnya ini?

"Dia suka sama Melody. Kalau ini berhasil, lo bakal bisa bareng Ghaida lagi. Saling menguntungkan kan?" Bisa juga idenya. Tapi kalau begitu, apa untungnya buat dia?

"Lalu apa untung kamu?" Dia tersenyum licik untuk kedua kalinya.

"Lebih dari sekedar untung, kalo gue bisa manfaatin keadaan. Deal?" Lalu dia pergi meninggalkanku dengan sejuta tanda tanya.

     Apa maksud kata-kata Viyo tadi? Untung apa yang dia maksud? Tapi untuk saat ini mau tak mau aku harus mengikutinya. Lagian nggak ada ruginya dicoba.

     Jam pelajaran pun usai, siswa-siswi satu persatu meninggalkan ruang kelas.

"Deal." Kataku sambil mencekal tangan Viyo yang melewati bangkuku.

"Bagus." Setelah menyingkirkan tanganku, dia langsung pergi. Orang itu benar-benar tidak bisa ditebak.

     Aku kembali memasukkan perlengkapanku kedalam tas. Saat sebuah suara mengalihkan perhatianku, aku segera melesat pergi.

"Sorry, Vin. Lama ya?"

"Santai aja. Yuk kita kerumahku."

"Siap!"

STAND UP!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang