Episode 4

342 22 20
                                    

Semoga tidak bosan dengan ff ini ya. Buat tebak-tebakan yang kemarin jawabannya adalah "100 meter conbini/seratus meter minimarket" kalau ada yang belum tahu bisa cek mulmed dan cek setlist jkt48 team J dewi theater. @cencer40 yang bener jawabnya.

      Kami masih setia menunggu hingga mobil berhenti di depan rumah Ghai dan Viny. Rumah yang sudah kuanggap seperti rumah sendiri, begitupun dengan orang-orang penghuninya.

     Bunda Uty sedang menyiram tanaman dihalaman depan saat aku turun dari mobil. Kebiasaan ibu yang satu itu patut diacungi jempol. Dia sangat menyayangi tumbuhan disekelilingnya dan merawatnya bahkan aku yakin jika tumbuhan itu memiliki mulut, mereka akan banyak berucap terimakasih karena bunda Uty mau menyelamatkan hidup mereka.

     "Eh, Frieska tumben main kesini. Udah lama ya nggak kesini? Terakhir itu waktu ulang tahun Ghai. Itupun kamu pulang sebelum acara dimulai." Senyumku luntur seketika. Bunda Uty mengingatkanku kejadian yang memulai masalah cinta segitiga kami. Maksudku aku, Ghai, dan Melody.

     "Udahlah, bun. Frieska kan mau nonton GOT7 sama aku. Jadi bunda jangan ganggu, oke?" Langsung saja Viny membawaku masuk kedalam kamarnya. Aku tahu Viny ingin menjauhkanku dengan masalah macam ini.

     Viny tahu semua tentangku yang bahkan Melody pun tak mengetahuinya. Viny tahu apa yang terjadi padaku sebelum acara ulang tahun Ghai tanpa aku ceritakan. Dia tahu apa yang kufikirkan hanya dengan menatap mataku. Dia tahu apa yang kusuka dan tak aku suka. Dia bahkan bisa seakan merasakan apa yang kurasakan. Dialah Viny, orang yang selalu ada untukku.

"Kamu nggak papa kan, Fries?"

"Kenapa harus apa-apa?"

"Omongan bunda tadi..."

"Udah. Lagian udah lewat juga, sekarang kan kita mau senang-senang."

"Iya ya. Oke kita mulai dengan nonton video clip GOT7 ya." Senyum kemenangan muncul diwajah manis Viny. Kuputar bola mata malas sambil menutup wajah dengan bantal di kamar Viny.

Tok tok tok

      Seseorang menggedor pintu dari luar. Viny masih asik dengan laptop dan headsetnya. Kurasa dia tak mendengan ketukan itu.

       Dengan malas kubuka selimut dan beranjak menuju pintu berniat membukakannya. Saat kubuka, seorang pria tegap tinggi telah berdiri dengan cantiknya didepanku.

"Kenapa, Ghai?"

"Mau ikut aku sebentar?" Aku terdiam sejenak sambil memandang Viny.

"Iya, mau. Mau kemana kita sekarang?" Bukan, bukan aku. Viny yang menjawabnya dengan akhir kalimat menirukan gaya bicara Dora.

"Apa sih, Vin." Kesalku, hanya pura-pura. Karena kenyataannya hatiku telah jumpalitan ingin meletup.

"Yaudah sih ya. Seneng juga kan kamu." Balasnya sengit.

      "Tapi..." Belum sempat aku menyanggah lagi, Ghai telah menarik tanganku keluar rumah. Mau dibawa kemana aku ini? Mau tak mau aku harus mengikutinya.

       Kami melewati kemacetan kota metropolitan ini dengan sabar. Tak ada pun yang angkat bicara hingga sampai di tempat tujuan.

      "Festival kembang api?" Tanyaku kepada Ghai sambil membaca spanduk besar di jalan masuk.

"Iya. Kamu suka kembang api kan?"

"Kok tahu? Pasti kerjaan Viny deh. Melody juga suka kembang api. Kamu harus bawa dia kesini juga, Ghai." Ghai diam tapi menggenggam erat tanganku sambil menuntunku pula.

        Entah kenapa aku merasa kembali jadi anak kecil saat berada di festival ini. Banyak muda-mudi sedang mengambil gambar untuk dijadikan bahan upload-an instagram, ada bapak-bapak dan ibu-ibu yang hanya sekedar mengantar anak mereka, tak lupa juga anak kecil yang berlarian kesana-kemari.

      Aku senang hari ini. "Fries! Senyum. 1..2...3..." Jprett... Ghai mengambil gambarku dengan latar belakang tembok bergambar bunga matahari. Aku tersenyum difoto itu, terlihat begitu manis menurutku. Bagaimana bisa aku memuji diriku sendiri sih!

"Mau?" Ghai menyodorkan sebuah lollipop berukuran besar. Tanpa pikir panjang, kuambil lollipop tersebut dan membukanya bringas.

"Makasih ya Ghai buat hari ini."

"Kamu seneng?"

      "Iya. Apalagi lollipop ini." Kuarahkan lollipopku kedepan dengan harapan Ghai akan memusatkan perhatiannya kepada benda tersebut. "Ini manis banget, tapi aku suka." Lanjutku.

      "Manis kaya kamu." Ghai mengatakannya dengan sangat lirih tapi aku masih dapat mendengarnya. Aku menoleh dan mendapati wajah Ghai yang sedang menatapku intens.

"Gombal banget sih!" Kupukul berkali-kali tubuh Ghaida gemas. Sebenarnya hanya alasan untuk menyembunyikan wajah memerahku ini. Malulah jika Ghai sampai tahu.

      Aku meneruskan acara makan lollipop dengan khidmat. Mataku menerawang kedepan mengingat kembali apa yang telah aku lewati bersama pencuri cinta pertamaku ini. Dia yang telah memperkenalkan arti cinta dan ketulusan padaku. Dia yang telah mengajarkanku arti keihklasan dan kesabaran hati. Tak ada orang lain yang kuinginkan selain lelaki didepanku ini, Ghaida Farish.

       Pemandangan didepanku membuatku harus menarik Ghai ketempat aman. Di depan penjual permen kapas telah ada Melody, Lidya, dan juga Viyo. Apa yang Viyo lakukan disini? Bagaimana jika dia melihatku bersama Ghaida? Kurasa mereka tidak menyadari keberadaan kami.

"Kamu kenapa?"

"Ada Viyo."

"Viyo?"

      "Oh, bukan. Maksudku Melody disana!" Jawabku sambil menunjuk arah keberadaan Melody. Ghai juga mengikuti arah tunjukku.

       "Dia lagi sama Lids. Biarin ajalah, mungkin bakal ada perasaan yang tumbuh dihati mereka. Itu bagus kan?"

        "Gak. Sekarang kamu samperin Melody. Cepet!" Paksaku setelah mendorongnya dengan sangat kuat. Saat kulihat kembali keberadaan mereka, Viyo telah hilang. Maksudku, Viyo sudah tidak bersama Lids dan Melody lagi.

"Otak lo dimana heh?"

Aku berbalik dan menemukan Viyo dibelakangku memasang muka garang. "Kenapa?"

"Kenapa? Kenapa lo suruh Ghaida datengin mereka berdua? Kan gue udah bilang kalo gue minta bantuan lo deketin mereka berdua bukan malah ngilangin waktu berduaan mereka."

"Kamu nggak berhak ngelarang aku!"

"Tapi nyatanya gue pegang kartu AS lo. Sewaktu-waktu gue bisa aja matiin lo ditengah permainan lo sendiri."

"Ini yang terakhir."

"Apa maksud lo?"

"Aku mau Ghai hari ini bahagiain Melody sebelum akhirnya aku yang berjuang buat hilangin rasa cinta Melody sendiri. Ghaida cuma ditakdirkan dengan Frieska. Ya kan?" Jeda. Viyo tak membalas apa-apa. Tapi dia langsung pergi seperti biasanya.

"Mungkin." Telingaku menangkap suara itu sekilas. Lalu kembali memikirkan bagaimana langkah selanjutnya. Jika aku ingin Melody melupakan Ghai maka aku harus membuat Melody jatuh cinta dengan Lidya. Benar kata Viyo,

0o0

Maafkeun saya yang bikin part ini pendek abis. Tapi mohon dukungannya terus ya buat STAND UP! Viewersnya pun baru ratusan, semoga nambah terus ya. Di part ini mau tebak-tebakan lagi nggak? Cuz cari 3 judul lagu dalam part ini. Semoga @cencer40 bisa nemuin lagi, atau teman-teman lain ada yang bisa. Heehehe
Keep voment ya!

Kisnaini  

STAND UP!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang