Part 2

56 4 0
                                    

Flashback on

Kailee kecil membuka mata nya perlahan , berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk dan menusuk ke dalam matanya.
Bau obat-obatan tercium oleh hidung kecilnya,

"Kau sudah sadar sayang?" Wati menatap cemas badan mungil yang sedang terkapar tak berdaya di ranjang rumah sakit itu,
"Sudah tante" cicit Kailee setelah berusaha mengingat siapa wanita paruh baya disampingnya ini.
"Tante panggilkan dokter sebentar" Wati melangkah keluar mencari sesosok tanpa tanda jasa dengan jas putih kebanggaannya itu.

Dokter Devan dengan seorang suster berjalan dibelakangnya, menghampiri Kailee yang terbaring di ranjang , memeriksa, lalu kembali menghampiri Wati
"Kailee sudah baik-baik saja, dan sudah diperbolehkan untuk pulang" dokter itu tersenyum sopan pada Wati.
"Terimakasih dokter" ujar Wati
"Sama-sama"

Kailee kecil menatap asing tempat yang sedang dipijaki nya kini
"Kailee kau akan tinggal disini bersama tante mulai sekarang" Wati tersenyum pada anak kecil dihadapan nya ,
dari dulu dia dan suaminya selalu menginginkan seorang anak dari pernikahan mereka, tapi Tuhan berkehendak lain , pernikahan yang sudah lama mereka rajut itu tidak dikaruniai seorang anak, oleh karena itu Wati sangat menyayangi Kailee seperti anaknya sendiri.
"Ayah?" Tanya Kailee , setaunya terakhir kali ia bersama ayahnya di rumah , dan lehernya yang nengeluarkan cairan merah pekat.
"Ayah kamu sudah dieksekusi polisi , tante sudah melaporkannya kepada pihak yang berwajib" Malam itu Wati sedang berada di halaman rumah menunggu suaminya pulang kerja, selang tak berapa lama terdengar teriakan Kailee dari samping rumah, tepat saat Wati ingin menghampiri rumah tetangga nya itu , suaminya menatap Wati yang terlihat panik,
"Mas! Kailee tadi teriak dari samping rumah! Ayo kita lihat dia!" Pekik Wati , menarik tangan suaminya.

Herman -suami Wati- hanya mengikuti langkah Wati masuk ke dalam rumah tetangga nya itu dan Wati terpekik kaget melihat Kailee sudah tersungkur di atas lantai marmer dengan darah mengalir deras dari lehernya,

Herman tergerak untuk menghajar pria bejat yang masih terpaku dan memegang pisau dapur itu ,
"Telepon ambulance dan polisi Ti!" Perintah sang suami kepada istrinya , disela-sela perkelahian nya dengan Eric
, dengan segenap sisa kekuatan nya , Herman melayangkan pukulan telaknya tepat mengenai wajah Eric , membuat si empunya tersungkur tak berdaya diatas lantai .

Selang tak berapa lama , ambulance datang dan membopong Kailee menuju mobil diikuti Wati,
Setelah kepergian Wati dan Kailee , Polisi pun sampai dan segera memborgol Eric atas perintah Herman dengan pisau yang masih berada di genggaman Eric , dengan cekatan polisi yang satunya lagi memakai sarung tangan dan memasukkan barang bukti itu kedalam plastik ,
"Kami permisi pak Herman" ujar salah satu polisi dengan sopan, Herman adalah kepala kepolisian , tak ayal para polisi itu menunduk hormat sebelum bergegas pergi menuntaskan tugas mereka.

Herman masih berusaha menetralkan emosinya, bahkan Eric sama sekali tidak pantas disebut sebagai seorang Ayah!

Mata bulat Kailee kecil mengerjap , tidak mengerti dengan apa yang dikatakan wanita yang selama ini sudah memberikan nya makan itu.

Wati tersenyum maklum , kemudian mensejajarkan tingginya dengan Kailee
"Ayahmu sudah ditahan polisi dengan hukuman 6 tahun penjara dan semoga ayahmu jera  dan menyadari kesalahan nya ya sayang , kau akan mengerti suatu saat nanti nak!" Ujar Wati yang masih ditatap bingung oleh Kailee kecil,

Menginjak unur 19 tahun , Kailee memutuskan untuk meninggalkan Wati dan Herman , mencoba peruntungan di negeri "Big Apple" , New york .

Flashback end

Marry YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang