Part 4

128 12 0
                                    

Kejadian itu sangat menggangguku. Bagaimana tidak, kawan yang kau kenal jenaka dan berisik, tiba-tiba berubah mengerikan seperti itu. Sejak SD aku berkawan dengannya. Namun kemarin pertama kalinya aku melihatnya bertingkah aneh begitu. Bagaimana bisa?
Keesokan harinya saat aku pergi ke sekolah kusempatkan diri untuk mampir lewat depan rumah Alex. Aku kembali mengintip tanaman itu, tetapi tanaman itu sudah tidak ada di sana. Hanya ada sisa jelaga yang menghiasi tembok di sekitar bekas tanaman itu. Kurasa seseorang telah membakarnya.
Saat di sekolah, wali kelas membagikan surat kelulusan. Aku dinyatakan lulus, begitupun 400 lebih anak tingkat 3 lainnya. Tidak ada yang tidak lulus. Wajah bahagia menyelimuti seluruh calon alumni, kecuali Alex. Aku melihatnya duduk di bawah pohon depan kelasnya. Ia terlihat berbeda. Wajahnya bengkak dengan benjolan di pelipis sebelah kanan. Benjolannya cukup besar. Aku khawatir padanya. Kudengar teman-teman meledeknya.
Kuhampiri ia lalu kutanyakan soal benjolannya. Ia mengaku bahwa kemarin disengat lebah dan hari ini bengkaknya semakin besar.
"Hahaha... rasakan akibatnya. Itu kan milikku. Kamu merebutnya dariku sekarang kamu disengat tawon." Ia masih diam saja dan masih murung.
Aku jadi merasa tidak enak padanya. Lalu kuajak ia pulang bersama, tetapi ia menolak dan bilang akan pulang sendiri. Sebenarnya aku heran, mana ada lebah yang menyengat hingga sebesar itu. Aku kemudian menanyakan soal tanaman itu. Kata Alex ayahnya membakarnya karena Alex tidak berhenti melihatnya sepanjang hari. Aku tergelak. Tetapi kemudian aku diam melihatnya terus murung. Sepertinya Alex benar-benar sedih kehilangan tanaman itu. Ditambah lagi, ia harus menahan sakit akibat disengat lebah.
Beberapa hari setelah pengumuman kelulusan, aku tidak pernah berjumpa dengan Alex, baik di lingkungan kompleks atau di sekolah. Teman sekelasnya juga tidak tahu keberadaan Alex. Hari ini saat pulang sekolah kuputuskan untuk mengunjungi rumahnya. Mungkin ia sedang sakit, mengingat benjolan di kepalanya kemarin cukup serius.
Saat aku tiba di rumahnya, suasananya sangat sepi. Aku bahkan sempat mengetuk pintu rumahnya beberapa kali, namun tidak ada jawaban. Kucoba untuk mengintip jendela kamarnya. Siapa tahu Alex sedang beristirahat di kamar.  Saat mataku berusaha mencari sudut yang pas untuk melihat lewat kaca gelap di kamarnya, aku melihat kamar Alex yang berantakan. Kutajamkan pandanganku. Aku bisa melihat kaki di atas ranjang. Itu mungkin kaki Alex. Kuketuk jendela itu perlahan. Tidak ada jawaban.
Kucoba mengetuk dan memanggilnya lebih keras lagi. Terdengar suara dari kamarnya, samar namun pasti aku yakin itu suara Alex. Aku pun mengetuk  dan memanggilnya lagi.
"Pergilah! Pergi sana!" Ia berteriak. Aku kemudian pergi karena kurasa Alex sedang marah.
Sorenya aku kembali ke rumahnya. Saat aku mengetuk pintu, lagi-lagi tidak ada jawaban. Apa orang tua Alex tidak ada di rumah? Kucoba untuk kembali mengintip dari jendela kamar Alex. Ia masih ada di sana dengan posisi yang sama. Aku sesungguhnya khawatir dengan kondisinya. Aku akan mencoba masuk ke dalam rumahnya. Siapa tahu pintu depannya tidak terkunci.
Kutekan gagang pintunya namun sayangnya sedang terkunci. Seingatku di belakang rumah juga ada pintu. Benar saja, aku menemukan sebuah pintu. Menurut bentuknya, pintu itu hanya memiliki gagang dan kunci dari dalam saja. Pintunya terbagi menjadi dua bagian tipikal pintu dapur di Indonesia. Kucoba untuk mendorong bagian atas pintu itu. Terbuka!
Kucoba meraih grendel pintu bagian bawah dan membukanya.
Saat aku masuk ke rumah, lantainya sangat berdebu. Sepertinya sudah berhari-hari tidak disapu. Kemana Ibu Alex? Di dapur juga tidak ada. Tercium bau tidak sedap dari dalam rumah. Aku teringat pada bau bunga tanaman tengkorak itu, tetapi lebih tajam. Aku curiga ada hal yang tidak beres di rumah itu. Aku lalu masuk ke kamar Alex yang berada di dekat dapur. Pintunya terbuka lebar. Aku tercekat. Alex terbaring lemah di atas kasur, dengan kondisi mengenaskan.

The Sprouting FleshTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang