Part 5 (End)

154 14 1
                                    

Alex terbaring miring di dengan pelipis yang ditumbuhi sebuah tanaman dengan daun hijau tua dan pola putih yang mengikuti tulang daunnya. Tanaman yang sangat kukenali. Apalagi kalau bukan tanaman tengkorak itu? Astaga! Bagaimana bisa itu terjadi padanya? Aku mendekati Alex. Kulitnya lebih pucat dan tubuhnya jauh lebih kurus dari sebelumnya. Aku memberanikan diri menyentuhnya. Kakinya terasa hangat. Sesaat setelah kusentuh kakinya, ia tiba-tiba bangkit. Aku kaget setengah mati.
Aku mundur beberapa langkah. Ingin rasanya aku lari keluar dari sini, namun melihat pelipisnya yang ditumbuhi tanaman kuurungkan niat itu. Kuabaikan bau menyengat di kamar Alex.
"Alex?" kucoba memanggilnya. Ia tidak bergeming. Matanya terbuka namun pandangannya kosong.
"Alex!" Kucoba memanggilnya sekali lagi. Ia masih tidak bergeming.
Aku maju mendekat meskipun rasanya takut setengah mati. Selangkah maju, ia menoleh dan menyeringai padaku dengan gerakan yang sangat kaku. Aku semakin takut. Saat aku mundur selangkah, ia menarik sesuatu dari belakangnya. Astaga, itu pisau daging!
Alex menyeringai lagi. Merasa terancam, aku lari sekencang-kencangnya lewat pintu belakang. Saat aku melintasi teras depan rumahnya, sebuah benda melintas cepat melewati telingaku lalu jatuh di lantai. Itu pisau yang dibawa oleh Alex! Spontan, aku berbalik. Kulihat ia sudah berdiri di depan pintu. Aku pun kembali berlari sekencang-kencangnya. Di dekat persimpangan jalan, aku berhenti dengan nafas terengah-engah. Orang-orang kompleks terheran-heran melihatku.
Tidak lama kemudian, kulihat Alex turun ke jalan dengan daun yang bergerak-gerak di atas kepalanya. Ia memandangku dengan tatapan mengerikan. Aku bersiap hendak berlari lagi. Namun ternyata Alex berbalik arah lalu menghilang ke arah hutan. Blok kompleks rumah Alex pun seketika ramai oleh kerumunan orang yang bertanya-tanya tentang kejadian ini.
Tiba-tiba saja seorang warga menarikku dan membawaku ke dalam rumahnya. Beliau menutupkan sebuntal kain di telingaku. Saking takutnya, aku baru menyadari bahwa telingaku terkena sabetan pisau daging yang dilemparkan oleh Alex.
Dua tahun berlalu sejak kejadian itu. Kegemparan di kompleks sudah berlalu sejak lama, tetapi aku masih merasa trauma. Ayah dan ibu Alex meninggal akibat dicincang oleh anaknya sendiri. Aku yakin karena tanamannya dibakar, Alex marah kepada orang tuanya lalu membabi buta mencincang mereka. Aku yakin, sebab ia pernah mengancam akan membunuhku jika aku berani memetik bunganya. Sampai hari ini aku bahkan masih mengingat dengan jelas warna dan bentuk tanaman itu. Bagaimana aku bisa lupa?
Rumah Alex saat ini terbengkalai. Tidak ada pihak keluarga yang mau merawatnya dan tidak seorang pun berani masuk ke dalamnya. Di pagarnya masih terpasang garis polisi yang sudah mulai koyak oleh gerusan cuaca. Pekarangannya ditutupi ilalang yang mulai meninggi. Menurut rumor yang beredar, rumah itu sekarang berhantu.
Sisa trauma fisik yang paling jelas adalah telingaku. Aku kehilangan separuh telingaku karena terkena sabetan pisau yang Alex lemparkan padaku. Dokter terpaksa membuang separuh telingaku karena terinfeksi, juga untuk menghindari luka yang lebih besar.
Hingga saat ini pihak kepolisian masih belum dapat menemukan keberadaan Alex. Ia seolah menghilang begitu saja. Pihak kepolisian hampir tidak percaya pada kondisi terakhir Alex,  padahal banyak warga yang memberikan kesaksian. Dalam perkiraanku, Alex mungkin sudah meninggal. Mengingat kondisinya yang mengenaskan itu, tidak mungkin ia bisa bertahan meski hanya beberapa hari.
Suatu hari, saat liburan kuliah, aku yang melanjutkan pendidikan di Bandung pulang ke rumah. Di rumah ada bibi yang menumpang tinggal bersama kami karena diceraikan oleh suaminya. Anaknya yang masih kecil akan melanjutkan sekolahnya di SD dekat rumah kami. Aku pun diminta mengantarkannya ke sekolah. Ketika melewati hutan, aku teringat pada tempat pertama aku menemukan tanaman aneh itu. Kusempatkan diri untuk mampir ke sana selepas mengantar sepupuku.
Aku masih mengingat dengan baik tempat dimana tanaman itu tumbuh. Namun ada yang berbeda. Tempat itu kini ditumbuhi sebuah tanaman lain. Tanaman yang bentuknya tidak asing. Daun itu, bunga itu... Bentuknya sama dengan tanaman yang kutemukan dulu, hanya saja lebih tinggi sekitar 4 meter. Kugali akarnya dengan sembarang kayu. Aku shock, akar itu sangat besar. Di sana terkubur sebentuk tengkorak manusia, yang mungkin saja itu milik Alex.
.
Selesai.

The Sprouting FleshTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang