Part 1

240 18 3
                                    

Ujian nasional dan ujian sekolah sudah selesai. Namun masih ada beberapa kegiatan yang harus kami lakukan sebagai calon lulusan, salah satunya memberi andil untuk merawat sekolah. Beberapa hari terakhir kami anak tingkat tiga menghabiskan waktu bersama untuk membersihkan areal sekolah dan memunguti sampah yang berserakan dimana-mana.
Hari ini guru penjaskes memberikan instruksi untuk membawa tanaman. Boleh tanaman pohon atau bunga untuk ditanam di areal sekolah. Tidak heran jika sekolah kami hampir selalu menang lomba sekolah hijau karena calon alumninya diberi tugas menanam tanaman setiap tahunnya.
Siang ini aku berencana untuk mengajak Alex untuk mencari tanaman bersama. Dia adalah tetanggaku yang juga bersekolah di SMA yang sama.
Di dekat rumah kami terdapat hutan kecil karena kami tinggal di pinggiran kota. Tentu saja tidak akan sulit menemukan tanaman yang bagus untuk dibawa ke sekolah. Beberapa kali sebelumnya kami sering mencari tanaman bersama di hutan itu. Kurasa Alex akan setuju untuk mencarinya bersamaku. Sebelum pulang aku menyempatkan untuk mendatangi kelasnya untuk membuat janji siang nanti. Ia sudah mempunyai tanaman untuk dibawa ke sekolah besok, tetapi untungnya ia mau menemaniku ke hutan mencari tanaman. Kebetulan ia berencana untuk mencari cempedak, sekaligus bermain di hutan karena katanya ia sudah lama tidak masuk hutan. Aku sih senang- senang saja.
Aku dan Alex berjalan kaki menuju ke hutan. Jarak rumah Alex ke hutan tidak jauh, hanya sekitar 200 meter. Kami memilih hutan di belakang SD kami dulu. Di sana adalah tempat terbaik untuk mencari cempedak. Hanya di daerah situ saja pohon cempedak tumbuh banyak. Saat kami sampai di hutan, kami mulai mencari cempedak. Kami mendapat beberapa yang matang dan baik kondisinya. Alex membelah dengan pisau kecilnya sedangkan aku membantu memakannya.
Saat waktu hampir sore, aku baru teringat akan tanamanku. Akhirnya aku berpikir untuk mencari di pinggiran hutan sebab di bagian tengah begini tumbuhan masih terlalu kecil atau sudah agak besar. Saat berada di pinggiran hutan, aku menemukan sebuah tanaman. Aku tidak tahu jenis apa itu, tetapi bentuknya sangat indah. Alex pun memuji keindahan tanaman itu. Daunya berwarna hijau tua dengan pola putih yang mengikuti tulang daunnya. Aku memutuskan untuk mengambil tanaman itu.
Aku mencoba untuk mencabutnya. Aku menariknya hati-hati, tetapi tanaman itu tidak bergerak sama sekali. Kucoba untuk menariknya lebih kuat tetapi masih tidak bergerak. Aku tidak ingin mencabutnya dengan kekuatan penuh sebab aku tidakk ingin tanaman itu rusak begitu saja. Kucoba untuk menggali di sekitar tanaman agar mudah diambil akarnya. Dengan pisau milik Alex, pelan-pelan kucongkel tanah di sekitar batangnya.
Beberapa saat kemudian setelah lubang itu cukup besar, akarnya mulai terlihat. Jujur saja aku heran dengan akarnya ini. Sangat keras. Bahkan pisau Alex hanya mampu menggores sedikit dari kulitnya. Ku pikir ini pasti sejenis tanaman kayu besi. Kucoba kembali untuk mencabutnya. Bergerak sedikit. Dengan usaha lebih keras, akhirnya aku terpental ke belakang dengan tanaman itu berada di tanganku. Tetapi, apa ini?
Sebuah batang tanaman lengkap dengan daun, akar yang ukuran dan bentuknya tidak kusangka- sangka. Awalnya kupikir itu tumbuhan umbi. Tetapi tidak, ini bukan umbi. Umbi tidak sekeras ini. Alex yang berada di hadapanku lebih tertegun lagi. Telunjuknya terangkat di udara mengarah pada benda yang masih bergantung di tanganku.
"Rob, itu tengkorak."
Mataku kembali tertuju pada benda itu, lalu kuputar batangnya. Alex tidak berbohong! Kujatuhkan benda itu. Aku mundur menjauh sedangkan Alex malah mendekat dan menyentuhnya. Alex tampak kagum. Ia seolah tidak percaya, namun aku lebih tidak percaya lagi. Bagaimana bisa, mencabut tanaman tetapi memperoleh tengkorak?

The Sprouting FleshTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang