Tak terduga -chapter1-

98 4 2
                                    

With or Without A Word
Chapter1

"Sebenarnya-gue udah lama suka sama lo" akhirnya, kalimat yang sudah  tertahan sejak lama kini terungkap. Dan perlu keberanian besar bagi Alya untuk mengatakannya.

Pria bertubuh tegap atletis itu kini berbalik menghadap Alya. Alisnya terangkat naik seiring dengan perubahan ekspresi diwajah Alya .Bola mata hitam gadis itu terekspos sepenuhnya, menunjukkan betapa terkejutnya dia mengetahui orang yang berada di depannya sekarang adalah

"Maaf" Alya menunduk, memutar balik badannya dan berniat pergi meninggalkan pria yang bahkan belum menjawabnya.

"Gue belum jawab"deg! Lupakan masalah itu, itu hanya sebuah kecelakaan.

"Suka berarti lo pengen kita pacaran kan? Yaudah, kita resmi jadian hari ini" ddxhdmmjx bukan itu yang diharapkannya. Jujur, dia lebih baik di permalukan karena ditolak ketimbang jadian dengan pria yang terkenal cuek di sekolahnya.

SKIP

"Lo bukannya suka sama Deryn? Kok lo jadiannya sama Robi" tanya Anyan dengan wajah bingung.

"Gue salah orang" jawabku.
"Kok bisa?" Aeri bertanya dengan mata sinis

"Ya karena gue salah orang. Lo jangan nanya mulu. Bantu gue mikir, gimana caranya putusin Robi"

"Lo yakin mau putusin Robi yang otomatis bisa naikin pamor lo?! Gak jarang lo ada cewe yang bisa dapetin dia. Gak ada malah" saran Salwa

"Ck, Gue gak peduli."

"Gue saranin, mending jangan dulu deh. Kalian baru aja jadian, masa secepat itu putusnya" Salwa kembali memberi saran , namun tak ada tanggapan dari Alya. Ia hanya diam ditempatnya

SKIP

Alya menendang setiap krikil yang berada di depannya. Senin, membuat semua agendanya berantakan. "Senin akan selalu menyebalkan"

Alya POV

Langkahku terhenti ketika sebuah mobil berhenti tepat di sampingku. Sekelebat muncul di benak Alya. Apa yang membuat mobil berhenti? Banyak pertanyaan didalam diri Alya memikirkan kenapa mobil itu berhenti.

Pintu terbuka, dan memunculkan pria yang resmi menjadi pacarku sejak 5 jam yang lalu. "Masuk!" Ucapnya dengan wajah datarnya.

"Gak usah, gue bisa pulang sendiri"
"Lo lupa siapa lo sekarang?"

Aku sangat ingat! Pacar dari putra sulung keluarga Ristiawan.

Mau tak mau aku menuruti keinginan pria itu. Tak lama, ia masuk kembali dan menutup kembali pintu mobilnya.

Hening. Bukan suasana seperti ini yang aku inginkan. "Apa benar dia pacar gue?" ucapku sepelan mungkin

"Mana hp lo?" aku mengernyitkan alisku. "Ngapain?"

Satu fakta yang harus kalian ketahui, aku sekelas dengan pria es ini dan setahun sekelas dengannya, kami tidak pernah berinteraksi. Catat itu baik - baik, kami tidak pernah berinteraksi sekalipun.

Aku memberikan hp ku, takut membuatnya marah.

Tak butuh waktu lama "nih, kalau perlu sesuatu tinggal hubungin gue" hubungin? Mungkin, aku akan menjadi orang ke seratus sepuluh ribu orang yang chatnya cuma di read olehnya.

Aku menyadari sesuatu "Eh, inikan bukan jalan ke rumah gue"

"Emang bukan" jawabnya singkat, kembali memainkan ponselnya.

Skip

"Di rumah sebesar dan semegah ini lo cuman tinggal sendiri?" tanyaku memperhatikan seisi rumah Robi. Ia mengangguk.

"Kenapa emang? Lo mau temenin gue" aku menggeleng cepat. Ia terkekeh, dan kuakui dia sangat tampan ketika giginya kelihatan. "Nyokap bokap gue lebih suka tinggal di negara orang ketimbang sama gue. Bukannya nasib kita sama?" Bagaimana dia tahu

"Lo tau darimana"

"Gue tau semua tentang kerabat bokap gue"aku sampai lupa, orang tua Robi adalah kerabat dekat papaku.

"Gue lupa. Bi, mending lo ganti baju dulu. Lo bau" ucapku tanpa rem

"Sementara gue mandi, lo pilihin gue baju" bahkan itu belum menjadi tugasku.

"Gue gak tau selera lo"

"Pilih aja yang lo suka" ia tersenyum sangat tulus, untuk PERTAMA KALINYA. Kalau terus seperti ini, bisa - bisa aku jatuh-tidak! Itu tidak akan terjadi.

Selang kepergiannya, Aku memilih kemeja yang tergantung rapih di lemari bagian kanannya . Jika kalian ingin tahu kenapa aku memilihnya, itu karena kemeja itu bewarna biru dan aku suka warna kuning- eh biru.

SKIP

Tak lama Robi muncul dengan kemeja yang kupilihkan tadi. "Selera lo buruk"

"Terus, kenapa lo pake?"

"Ya karena elo yang pilihin" ia duduk di sebelahku, kembali mengambil ponselnya dan memainkannya. Dia kembali mengacuhkanku.

"Udah keberapa cewe yang ngechat lo?" Tanyaku. Yap! Sedari tadi ponselnya tidak berhenti berbunyi.

"Kenapa? Lo cemburu?"

"Nggak, nggak mungkinlah gue cemburu" ucapku berpura - pura memainkan ponselku.

"Lo boleh balas mereka" ia menyodorkan ponselnya. Aku menggeleng. "Itu privasi"

"Lo pacar gue sekarang" sebenarnya itu merupakan sebuah tawaran yang menarik. Kenapa? Karena setiap cewe yang di balas chatnya oleh Robi akan berteriak senang. Dan aku mempunyai kesempatan untuk mengerjai mereka semua.

"Yaudah" kami bertukaran ponsel. Mataku membulat melihat notif di ponsel Robi yang bahkan menurutku mengalahkan notif di ponsel seleb

Muncul ide jail diotakku, untuk mengerjai perempuan yang terkenal centil di sekolahku. "Mampus lu"

"Lo kenapa terima mereka semua?"

"Ponsel itu gak begitu penting, dan isinya cuma buat kesenangan gue aja. Yang penting itu ada di kamar gue" mataku membulat. Kesenangan? Jadi-

Dengan cepat aku mengetikkan namaku, dan aku tidak menemukan namaku yang tertera disana, apa dia merubahnya? "Nama lo emang gak ada disitu, kontak dengan nama lo ada di ponsel gue yang satunya" melambung jauh terbang tinggi bersama mimpi ououoo🎵 *abaikan

"Oh" jawabku  dengan tersipu malu

.
Jangan lupa Vote dan comment yaa. Maaf kalau banyak Typo karena ini karya pertamaku

With or Without A Word Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang