Selalu bersama-Chapter8-

34 6 0
                                    

Alya POV

Tidak ada yang spesial hari ini, hanya ada Chereen dan Robi yang semakin dekat, fans Robi yang semakin banyak, dan kabar bahwa Robi sudah memutuskanku.

Tidak ada konfirmasi dari Robi, memang. Tapi, melihat kami yang tdak sedekat dulu membuat siswa berpikir bahwa sekarang kami tidak memiliki hubungan apapun.

"Lo baik?" seseorang menempelkan minuman kaleng dingin pada pipiku. Aku tahu siapa, dia Deryn.

"Menurut lo?"
"Gak"

"Mengenai gosip itu- gue yakin lo gak baik" dia memang akan selalu begitu. For the first time, aku bisa sedekat ini dengannya. Hanya karena pensi, yang mendekatkan juga-- menjauhkan, dan kurasa kalian tahu apa maksud dari perkataanku.

"Kalian terlalu naif dan egois. Jadi pondasi kalian tidak terlalu kuat untuk itu" aku masih memikirkan perkataan Deryn yang satu ini.

"Gue cuma mau kasih ini. Dingin emang dan gak cocok sama situasi di luar, tapi gue yakin lo bakal suka ini-" ia menjeda. "kalau gitu gue cabut duluan" lanjutnya.
Aku berdiri dari kursiku, ini sudah hampir malam, dan aku harus pulang, sekarang.

SKIP

Aku duduk di samping Robi, akan sangat tidak sopan duduk di belakang, itu sama saja aku menganggap Robi adalah supirku.

Wajahnya datar.

Ia mengendarai mobil dengan kecepatan sedang, cuaca sedang tidak baik, sekarang. Banyak pohon yang tumbang di sisi jalan. Kuharap Dia lebih berhati - hati.

Aku menatap pohon lebat yang batangnya tidak lagi kokoh, mungkin karena angin yang cukup kencang membuat pertahanan pohon itu tidak lagi kuat.

Tunggu- bukankah Kita akan melewatinya?

"ROBIIIII!!!"

BUGGG!

Author POV

Mata terpejam, tubuh yang tak lagi bergerak dan mulut yang tak bisa berkata apa - apa. Sepasang kekasih yang kini terbaring lemah dengan alat bantu dan mata yang masih terpejam, dan sebuah alat penentu berhenti atau tidaknya jantung mereka berdetak, sejauh mana mereka bertahan, dan sekuat apa mereka bertahan.

Tidak ada yang bisa membantu, kecuali tuhan dan diri mereka sendiri. Mereka harus mencari alasan kuat untuk tetap bertahan.

Mereka,Koma.

SKIP
•3 hari masa koma
•1 minggu masa koma
•2 minggu masa koma
Mereka masih menunggu pasangan itu sadar, terus berdoa, dan berharap.

"Cause you're my best friend! tadaaaaa! kita ngejengukin kalian. Sepi tau, gak ada orang ganteng dan rusuhnya kelas. Bangunn! Jangan kebanyakan tidur" Aeri berbicara sesenggukan.

Kadang Alya akan membaik kadang juga memburuk, begitupun dengan Robi. Jadi- belum ada kesimpulan sejauh ini.

Hanya saja- sewaktu Salwa memutarkan video dokumentasi kedekatan Robi dan Alya, ada kabar mengejutkan. Jari telunjuk Robi bergerak, dan air mata Alya menetes. Kabar baik? entalah!

Kata dokter, itu tidak sepenuhnya kabar baik.

SKIP

"Robi sudah sadar"ucap dokter membuat Deryn berdiri. "Akan tetapi, untuk satu bulan dia akan sulit berjalan dan dirawat inap selama seminggu di sini"

Robi POV

Setelah terbangun dari tidur panjangku orang yang pertama kali kulihat adalah Alya, gadisku. Ia masih belum sadar dari komanya. Tak lama seorang dokter masuk dan menanyakan kabarku. Selang beberapa menit ia kembali keluar untuk mengabarkan seseorang tentang keadaanku.

Orang tuaku? tidak mungkin. Mereka lebih memilih bisnis ketimbang anaknya.

"Untuk Alya, kondisinya semakin memburuk" dapat kudengar jelas ucapan dokter itu.

Dengan cepat aku menoleh ke samping kananku, kudapati Alya sedang terbaring lemah dengan tangan yang tidak sekuat biasanya, beberapa selang rs menghiasi wajahnya.

"gue berhasil kembali, lo kapan kembalinya? Lo mau gue jemput?" ucapku pelan. Ia tak menggubrisnya, hanya diam di tempatnya.

"Lo kok gak jawab? Lo masih marah sama gue?" bodoh memang.

Tanpa sadar air mataku menetes. "Al?" panggilku pelan. Sepelan nada bicaraku sebelumnya. Ia masih tidak menjawab-

aku berusaha bangun, berniat menghampiri tubuh kekasihku yang telah kusakiti hatinya.

Hasilnya nihil, aku terjatuh dari tempat tidurku. Pakaian, rambut, dan wajahku berantakan, bak orang gila. akan tetapi- aku tidak peduli. Aku hanya ingin melihatnya lebih dekat.

Untuk pertama kalinya aku menangis tersedak, kepalaku kubenturkan ke sisi pelindung ranjangku. Sakitnya tidak sebanding dengan yang Alya rasakan sebelumnya.

Sekilas terngiang bayangan Alya yang mengatakan bahwa dengan bodohnya dia menyangiku dan itu makin membuatku menyesal.

Aku melihat pintu terbuka, menampakkan dokter dan pria yang 2 minggu yang lalu kucap sebagai musuhku. Pria yang sampai saat ini masih bersedia melindungi kekasihku. Iri? jelas saja. Aku hanya menjadi penyakit bagi Alya dan Deryn menjadi penawar untuk Alya.

Dokter itu membantuku untuk berdiri. Membantuku duduk di sisi ranjang. "Bawa gue ke Alya!"
dokter itu tidak bergerak.

"Lo tuli hah? Gue bilang bawa gue ke Alya! Dia lagi berjuang melawan komanya, dan gue harus ngebantu dia! Selama ini gue cuma jadi beban buat dia!" untuk pertama kalinya pula aku bertingkah sebagai seseorang yang tidak berpendidikan.

Mau tak mau Deryn dan dokter itu membawaku ke sisi ranjang Alya. Dapat kulihat dengan jelas, Alya yang lemah, yang tertidur pulas, yang tidak menampakkan senyum cerianya lagi.

"Lo kapan kembalinya, hah?"
"Lo mau nyakitin gue lagi?"

"Lo mau pergi tanpa ngajak gue?"
"Lo bilang lo sayang sam gue, tapi mana? lo malah mau ninggalin gue!"

"Jangan diam aja! jawab Al!"
suaraku melemah.

Aku mengangkat tangannya, mencium punggung tangannya. "Maafin gue" aku makin terisak.

SKIP

Tengah malam aku terbangun, dokter mengabarkan bahwa kondisi Alya makin melemah, dan itu membuatku panik.

Bagaimana jika dia pergi tanpaku?
Aku ingin mati saja.

SKIP

Aku menunggunya. Menunggunya bangun. Ku genggam tangannya, berharap itu akan membantunya.

Kita hanya berdua di sini, tanpa Deryn dan juga Chereen.

"Bangun Al!"

SKIP
Author POV

"Jadi gimana?" tanya Aeri khawatir.
"Masih sama, malah makin memburuk" jawab Salwa lesu.

"Doa bersamanya jadikan?" ya, mereka akan berdoa untuk kesembuhan Alya.

"Jadi kok Nyann"

SKIP

Seminggu setelah Robi sadar, Alya masih belum sadar juga, dan itu membuat Robi khawatir. Ia tidak akan memaafkan dirinya sendiri jika Alya tidak lagi bersamanya. Setidaknya ia menyisakan kenangan indah bersamanya sebelum Alya pergi- ah! tidak. Mungkin, Robi akan ikut pergi bersama Alya.

SKIP

"Kami sudah berusaha, akan tetapi takdir berkata lain" mendengar itu Robi mempercepat laju kursi rodanya dan menerobos pintu ruangan dimana Alya di baringkan.

"DOKTERR!!" teriak Robi dari dalam.
"Dia- dia. Detak jantungnya kembali" Maha kuasa Allah, Alya kembali.

Jangan lupa Vote dan comment❤️

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 23, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

With or Without A Word Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang