21. Persaudaraan Pengemis Tua dan Anak Kecil

2.8K 48 0
                                    

Ketiga pengemis kecil itu jadi girang bukan main, mereka telah berlutut sambil menganggukkan kepalanya berulang kali.

„Terima kasih atas kemurahan hati Wie Tocu......!" kata mereka dan segera ketiganya telah pergi meninggalkan tempat itu. Sedangkan buntalan Yo Him tampak menggeletak tanpa ada perobahan apa-apa.

Tentu saja Yo Him gembira sekali waktu melihat barang-barangnya utuh, dan Wie Tocu telah mengambil buntalan itu serta menyodorkan kepada Yo Him.

„Periksalah olehmu, apakah ada barang dan uangmu yang hilang?" katanya.

Yo Him memeriksanya, ternyata tidak satu chi pun uangnya terganggu.

„Tidak ada Lo-jin-kee..... dan Lo-jin-kee jangan marah, ini untuk terima kasihku atas bantuan Lo-jin-kee......" sambil berkata begitu, Yo Him telah mengangsurkan dua tail perak kepada penolongnya.

Muka We Tocu jadi berubah, tampaknya dia jadi tidak senang. „Aku mencari-cari ketiga anak itu bukan hanya sekedar menolongi dirimu, tetapi juga menolongi nama baik Kay-pang, perkumpulan kami!" kata Wie Tocu dengan suara yang keras. „Walaupun kami kaum pengemis, tetapi kami tidak kemaruk uang!"

Yo Him saat itu jadi kaget melihat si pengemis mendongkol begitu, cepat-cepat dia meminta maaf dan menyimpan uangnya kembali.

Wie Tocu telah menghela napas. „Aku tahu kau memberikan uangmu itu bukan sekali-kali dengan maksud menghina," katanya. „Kau memang memberikan setulusnya karena tidak mengetahui peraturan Kay-pang."

Yo Him heran sekali.

„Kay-pang itu sesungguhnya perkumpulan apa, Lo-jin-kee?" tanya Yo Him.

„Itulah sebuah perkumpulan pengemis, yang sudah berusia berabad-abad. Kami memiliki peraturan yang keras sekali, yaitu tidak boleh mencuri, tidak boleh memaksa, tidak boleh melakukan kejahatan, tidak boleh menipu, tidak boleh bersikap rendah."

Mendengar perkataan si pengemis yang biasa dipanggil kawan-kawannya itu dengan sebutan Wie Tocu ini, hati Yo Him jadi kagum. Setidak-tidaknya Wie Tocu telah memperlihatkan bahwa pengemis itu belum tentu rendah atau hina, karena merekapun memiliki hati yang agung.

„Tetapi mengapa ketiga anak ini bisa datang mengembalikan barang-barangku?" tanya Yo Him dengan perasaan heran.

„Seperti telah kukatakan, di dalam Kay-pang kami terdapat pantangan mencuri, merampas atau juga menghina orang yang lemah, maka di saat mereka mendengar dari pengemis-pengemis yang lainnya bahwa aku tengah mencarinya, mereka jadi ketakutan dan mereka datang menemuiku untuk mengembalikan barang-barangmu."

Yo Him jadi kagum sekali.

„Mereka mendengar bahwa Lo-jin-kee tengah mencari mereka justru mereka ketakutan. Tetapi mereka tidak menyembunyikan diri bahkan mereka telah mencari Wie Tocu untuk mengakui kesalahan mereka. Bukan main! Itulah lambang jiwa kesatria!"

Wie Tocu tersenyum mendengar perkataan Yo Him. „Kau terlalu memuji!" katanya kemudian. „Memang sudah menjadi peraturan rumah tangga kami karena itu semua yang terjadi bukan suatu persoalan yang luar biasa!"

Setelah Yo Him mengetahui, Wie Tocu memiliki kekuasaan dan kedudukan yang tinggi sekali dalam Kay-pang, maka dari itu tidak mengherankan, waktu ketiga pengemis kecil itu mendengar bahwa Wie Tocu tengah mencari mereka, mereka telah menggigil ketakutan setengah mati, karena mereka telah melakukan perbuatan berdosa yang menjadi pantangan dari perkumpulan mereka.

„Nah anak manis, kini pergilah kau melanjutkan perjalananmu! Aku wakili ketiga anak nakal itu menyatakan maaf!" kata Wie Tocu sambil menjura.

Tentu saja Yo Him jadi terkejut cepat-cepat dia menyingkir. „Tidak berani aku menerima penghormatan begitu berat dari Lo-jin-kee," katanya. Dan Yo Him juga telah mengatakan terima kasih kepada Wie Tocu.

Rajawali Sakti dari Langit Selatan (Sin Tiauw Thian Lam)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang