42. Si Buntung Pendekar Aneh

3K 54 0
                                    

„Mengapa tidak? Sekarang setiap orang yang lewat di perairan yang berada dalam kekuasaannya tentu akan ditangkapnya. Dan jika orang itu, setelah diperiksa, tidak memiliki sangkut paut dengan orang-orang yang sedang dicarinya maka akan dibebaskan. Tetapi jika ternyata orang itu memiliki sangkutan dengan orang-orang yang tengah dicarinya, tentu akan dikurungnya, ditawannya!"

„Tetapi.....?" tanya Lie Bun Hap dengan ragu-ragu mengawasi Phang Kui In.

„Tetapi kenapa locianpwe," tanya Phang Kui In sambil mengawasi jago she Lie itu.

„Tetapi mengapa engkau juga ditawan, apakah engkau memiliki hubungan dekat dengan musuh-musuh orang she Ciong itu?"

Phang Kui In menghela napas.

„Memang peristiwa yang terjadi begitu adanya!" kata Phang Kui In, „karena Kwee lihiap telah mengakui terus terang bahwa dia adalah puteri dari Kwee Ceng Tayhiap, sedangkan kawan kami yang seorang lagi, Him-jie (anak him) justru mengakui bahwa dia adalah puteranya Sin-tiauw Tayhiap!!"

„Sin..... Sin-tiauw Tayhiap Yo Ko ada puteranya?" tanya Lie Bun Hap seperti juga tidak percaya apa yang didengarnya.

„Ya," mengangguk Phang Kui In dengan cepat, wajahnya segera tergambar perasaan menyesal dan sedih. „Dia telah lenyap waktu kami meloloskan diri dari kapal orang itu. Semula Him-jie aku gendong dan rangkul kedua kakinya kuat-kuat, tetapi waktu tubuh kami terserang user-user air laut yang berputar, kami telah pingsan dan satu dengan yang lainnya sudah tidak bisa mengetahui, sampai akhirnya ketika aku tersadar dari pingsan kami telah tergeletak di pasir tepi pantai. Hanya Kwee liehiap yang kujumpai, sedangkan Him-jie tidak diketahui berada dimana.....!" Setelah berkata begitu, Phang Kui In jadi menghela napas berulang kali.

„Apakah...... apakah puteranya Sin-tiauw Tayhiap Yo Ko itu seorang anak lelaki berusia duabelas atau tigabelas tahun?" tanya Lie Bun Hap sambil mengawasi Phang Kui In dengan sorot mata yang sangat tajam sekali.

„Tepat!" berseru Phang Kui In dengan suara terkejut bercampur girang, disamping itu juga wajahnya berseri-seri, karena ada harapan lagi baginya untuk bertemu dengan Yo Him.

„Aku semalam telah menemukan seorang anak lelaki yang berusia diantara duabelas tahun mengeletak tidak sadarkan diri. Anak lelaki itu memiliki tubuh yang lemas dan tampan sekali mukanya. Aku senang padanya, aku bawa ke rumahku. Apakah mungkin dia itu puteranya Yo Tayhiap?

Phang Kui In telah berjingkrak saking gembiranya.

„Lie locianpwe, bisakah locianpwe mengantar kami untuk menjenguknya?" tanya Phang Kui In.

Kwee Siang juga jadi berobah mukanya, berseri-seri cerah sekali, dia merangkapkan kedua tangannya menjura kepada orang tua berkaki buntung itu setelah menyimpan kembali pedangnya.

„Maafkan atas kecerobohan dan kekurang ajaran boanpwe!" kata Kwee Siang dengan suara yang sabar tidak mengandung permusuhan lagi.

Phang Kui In juga telah menjura sambil katanya, „Kami tentu tidak akan melupakan budi kebaikan locianpwe!!"

Tetapi Lie Bun Hap menggelengkan kepalanya perlahan, dia telah berkata dengan suara yang tawar.

„Aku memberitahukan kepada kalian bahwa aku menemukan anak itu, bukan berarti aku bersedia untuk membiarkan kalian bertemu! Aku telah bertekad untuk mengambil dia menjadi muridku! Selama puluhan tahun aku tidak memiliki murid, maka melihat bakat dan tulang baik dari anak itu, aku ingin mengambilnya sebagai murid tunggal! Hem...... mana mungkin aku membiarkan kalian bertemu muka lagi, yang bisa memberantakan rencanaku.....!"

Setelah berkata begitu, muka Lie Bun Hap jadi berobah bengis lagi, dia telah meneruskan perkataannya:

„Cepat kau katakan, ke arah mana yang diambil Ciong Lam Cie?"

Rajawali Sakti dari Langit Selatan (Sin Tiauw Thian Lam)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang