23. Persaudaraan Imam Tua dan Anak Kecil

2.6K 55 0
                                    

Cepat luar biasa pengemis yang nekad itu telah melompat, dia mempergunakan kesempatan di saat si pendeta tengah terhuyung itu untuk menghajar kepalanya.

Tentu saja Yo Him jadi kaget sekali, dia melihat In-lap Siansu seperti sudah tidak bisa berdiri tetap dan dengan sendirinya sulit bagi dia untuk dapat menangkis serangan si pengemis.

Si pengemis girang melihat serangan yang dilancarkannya kali ini akan berhasil mengenai sasarannya, dan dia telah berseru keras sekali sambil mengempos semangatnya menambah tenaga serangan. Mati-matian In-lap Siansu mengangkat tangannya menangkis.

Suara benturan keras terdengar, tetapi tubuh In-lap Siansu terhuyung kemudian terguling di atas tanah. Sedangkan si pengemis hanya terhuyung sedikit, dia sudah bersiap untuk melancarkan serangan lagi.

„Tahan!" tiba-tiba Yo Him yang melihat keadaan si hweshio sudah tidak bisa menahan diri.

Si pengemis jadi merandek, dia menoleh dengan penasaran. Waktu melihat yang menahannya adalah seorang anak kecil yang tadi bersama si hweshio, dia jadi tambah gusar.

„Setan cilik," bentaknya. „Engkau juga ingin turut campur?" sambil membentak begitu dia telah melangkah menghampiri Yo Him.

„Apakah kau tidak malu menganiaya orang yang sudah tidak berdaya seperti Taysu itu?" bentak Yo Him mendongkol sekali.

Pengemis tua itu tertawa dingin. Tanpa mengucapkan sepatah katapun juga, dia telah melangkah mendekati Yo Him, diayunkan tangannya, dan „plaakk!" muka Yo Him telah ditempilingnya dengan keras, sehingga anak itu berputar seperti gangsing, pipinya bengkak dan dia rubuh bergulingan di tanah.

Bukan main gusarnya Yo Him, tetapi diapun jadi takut melihat pengemis tua itu demikian ganas. Namun memikirkan keselamatan In-lap Siansu yang baik hati itu, Yo Him jadi melupakan sakitnya dan telah cepat-cepat merangkak berdiri.

„Walaupun kau membunuh mati diriku, tetap aku tidak ijinkan kau membunuh Taysu itu!" teriak Yo Him.

Si pengemis tertegun, tetapi kemudian dia tertawa. „Hebat! Hebat!" katanya. „Jadi kau ingin mati juga membela pendeta busuk itu? Hemm, bagus! Aku akan menuruti keinginanmu, sebelum menghajar mampus pendeta itu, lebih dulu aku akan mengirimkan kau ke Giam-lo-ong!"

Dan setelah berkata begitu kembali tangan dan kakinya bergerak, maka terdengar suara gedebak-gedebuk dimana tubuh Yo Him dihajar pulang pergi sehingga tubuh si anak she Yo ini seperti sebuah bola yang menggelinding-gelinding di atas tanah.

Semula Yo Him tidak mengeluarkan jeritan, dia berusaha menahan perasaan sakit itu. Tetapi waktu melihat darah yang mulai mengucur dan membasahi salju, tentu saja si anak she Yo ini mulai ketakutan. Namun Yo Him menggeretekkan giginya, dia telah berusaha menahan serangan si pengemis tua itu.

Waktu kepalan tangan si pengemis menghantam lagi, maka di saat itulah Yo Him tidak bisa menahan perasaan sakitnya, dia merasakan matanya jadi berkunang-kunang gelap dan matanya juga gelap disamping itupun kepalanya pusing, tanpa ampun lagi tubuhnya bergulingan di tanah dengan disertai jeritannya yang menyayatkan hati.

Tubuh In-lap Siansu jadi gemetaran keras menahan kemarahan yang sangat. Dia telah melompat berdiri sambil berseru, „Binatang, mengapa kau menyiksa anak kecil? Sungguh tidak tahu malu!"

Si pengemis tua itu telah tertawa bergelak-gelak dengan suara yang keras sekali, dia telah berkata kemudian, „Hem..... engkaupun telah menghina murid Kay-pang yang masih kecil-kecil..... bukankah sama saja?"

Muka In-lap Siansu jadi berobah merah padam. „Baik, mari kita adu jiwa! Anak itu tidak salah apa-apa, urusan ini tidak ada sangkut paut dengannya, kau tidak bisa mengganggunya, karena semua perbuatanku adalah tanggung jawabku!"

Rajawali Sakti dari Langit Selatan (Sin Tiauw Thian Lam)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang