8

1.2K 145 5
                                        

ini langsung skip ke hari wawancara nya ya. Ok lanjut.

•••

Pagi ini, ruang serbaguna ramai. Murid kelas 11 duduk berjejer di pelataran teras atau bahkan ada yang ngadem dibawah pohon persis di depan ruang serbaguna.
Langit cerah sekali pagi ini, seolah memberikan dukungan dan semangat.

Secarik kertas gue pegang di tangan dari tadi, tangan gue mengadah ke langit, panas matahari menusuk wajah. Gue menarik nafas panjang dan mengarahkan mata ke arah pintu kayu besar yang berlapis cat abu-
abu.

Sebentar lagi.

Dengan tangan dimasukkan ke dalam kantung jaket jeans kesukaan gue, perlahan lahan gue berlahan ke arah ruang serbaguna.

Ada beberapa murid yang duduk di lantai, berjejeran seperti ikan pindang.

Gue mengangkap adanya Xiumin, Luhan, Dahyun dan Irene beberapa meter dari pintu. Dan dengan ekor mata, gue bisa menangkap Dahyun melambaikan tangannya semangat ke arah gue disambut dengan senyuman Luhan.

"Gimana persiapan lo?" tanya Dahyun begitu gue mendudukkan pantat persis di sebelahnya.

Gue menarik nafas panjang. Sebenernya gue degdegan juga sih. Siapa sih yang engga coba? Cuma orang gak waras yang mau wawancara beasiswa malah ketawa-ketiwi.

"Hmm, lumayan," jawab gue setelah beberapa saat terdiam.

Mata gue menangkap Irene yang sedari tadi masih diam, padahal biasanya dia cerewet abis.

Gue menyenggol Irene. "Rene, kenapa?"

Irene mengalihkan pandangannya dari kertas yang dia pegang dan melemparkan senyum kecil.

"Gak papa."

Bohong.

Gue cuma ngangguk, gak mau merusak mood, apalagi sebentar lagi giliran Dahyun. Nanti dia malah kepikiran.

Kita berlima diam, fokus dengan kertas masing-masing. Namun gue bisa merasakan tatapan dari seseorang yang rasanya bisa menembus leher gue.

Secepat kilat gue memutar badan dan menangkap sepasang mata memperhatikan gue dalam diam dari tadi.

Jongin.

Astaga, dia bisa gak sih gak ganggu hidup gue sehari aja?, umpat gue dalam hati.

Dia yang tersadar gue tau kalo dia dari tadi ngeliatin pun langsung menengok ke arah Sehun yang terduduk di sebelahnya, kacamata berbingkai hitam diletakkan di pucuk hidungnya. Tumbenan.

Xiumin yang menyadari pergerakan gue yang secara tiba tiba tadi menyipitkan matanya dan mengikuti arah pandang gue.

"Kenapa dah?"

Gue nengok ke arah dia, dan secara cepat menjawab. "Gak, gapapa."

Xiumin masih memandang gue aneh dan mengangkat bahunya, kembali fokus dalam kertasnya.

Beberapa menit kemudian pintu ruang serbaguna terbuka, dan salah satu anggota OSIS memanggil nama Dahyun.

Kita semua nengok ke arahnya dan melemparkan senyum. "Semangat ya," ucap gue sambil meremas lengannya, berusaha memberikan semangat.

Dahyun mengangguk dan meluruskan roknya, sebelum mengambil nafas panjang dan berjalan masuk.

15 menit kemudian Dahyun keluar, dan kini giliran Irene. Gue melemparkan senyum lagi, namun dia cuma membalas dengan anggukan tanpa membalas tatapan mata gue.

Dia kenapa sih.. Aneh..

Lalu Luhan, lalu Xiumin. Karena setelah keluar dari ruangan gak boleh duduk di pelataran ruang serbaguna dan harus kembali ke kelas, kini tinggal gue dan beberapa anak kurang beruntung lainnya yang nama depannya berawalan huruf akhir.

Student Exchange | Do Kyungsoo [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang