PART XXIV - Isaac

174 10 1
                                    

Hal gila apa yang kamu lakukan ketika kamu jatuh cinta?

Kupikir aku tidak akan pernah jatuh cinta atau tertarik pada perempuan manapun setelah Irenē... dan kupikir kegilaan jatuh cintaku hanya untuk wanita itu seorang. Tapi kali ini beda, jauh berbeda dan bahkan lebih gila lagi dari yang sebelumnya.

Saat aku jatuh cinta pada Irenē aku sering kali tersenyum dan tertawa sendiri memikirkan gadis itu, Merilyn Monroe bahkan tidak menarik dimataku selain Irenē seorang.

Tetapi saat aku jatuh cinta pada Karenina, aku parah.. paraaahhh... benar-benar parah.

Setiap bayi terasa lucu di mataku, aku ingin segera memiliki salah satu diantara mereka yang mirip dengan wajahku dan bermata sama seperti Karenina.

Aku bahkan tidak bisa tidur dengan tenang sebelum aku melihat wajah gadis itu dan mencuri-curi kesempatan menciumnya saat ia terlelap.

Rasanya aku melihat namanya dimana-mana, seolah hariku benar-benar hanya dipenuhi olehnya.... Karenina Nefandra Zain.

Aku pergi keluar untuk bekerja, dan kembali membawa hadiah apapun yang kupikir akan membuatnya senang. Kami pernah bertengkar karena aku membelikannya sebuah baju tidur super sexy, dan itu membuat Karen malu bukan main. Well, yang satu itu sebenarnya aku sih yang akan senang. Tapi kupikir iapun akan senang bila membahagiakan suaminya yang tampan ini. Nyatanya Karen ngambek dan semalaman tidak ingin tidur menghadap kearahku. Hufftt....

Dan ada satu hal gila lagi yang selalu kurasakan – setiap lagu, sekalipun itu lagu patah hati, aku merasa lagu-lagu itu sama indahnya dengan lagu cinta. Bahkan setiap kata yang menyayat hati terdengar sangat merdu di kupingku.

Aku sudah gila.

Ya!

Tergila-gila padanya.

Tak pernah kuberpikir bahwa aku dapat jatuh cinta pada gadis berkarakter dingin ini. Ia benar-benar sebuah kejutan besar untukku.

"Bun... aku boleh nanya sama Bunda?"

"Nanya aja, Sac."

Hari ini aku sedang berkunjung ke Istana, afternoon tea seperti biasa. Ayah dan Hera tidak ada hari ini, keduanya sedang ada kunjungan sosial keluar kota. Aku merasa beruntung, kalau Ayah tau aku blingsatan karena menantu kesayangannya, Beliau pasti akan mengejekku habis-habisan.

Aku sudah terbayang kalimat apa saja yang akan dilontarkannya, dulu aja nolak – sekarang ngemis-ngemis mohon cinta.

Mungkin itu salah satunya.

Tapi aku harus mengucapkan rasa terima kasihku pada Ayah dan Bunda – aku tidak mengatakan bahwa keputusan mereka memaksaku menikah dengan Karenina adalah benar, tetapi setidaknya keputusan mereka memilih Karenina tidak salah.

Karenina memang perempuan yang baik dan istimewa.

Dingin sikapnya hanya tampak dari luar. Karena hatinya benar-benar penuh kebaikan dan kebijaksanaan. Dan aku merasa bahagia memilikinya saat ini.

"Aku nggak tau gimana cara buat Karenina percaya kalau aku mencintai dia, Bun."

Bunda tersenyum. "Apa kamu sudah pernah bilang pada Karenina bahwa kamu mencintainya?"

"Sudah. Dan dia masih ragu."

"Berarti usahamu kurang, nak."

"Itulah, Bun... aku nggak punya ide apa-apa untuk membuat dia percaya padaku. Bunda bisa kasih aku ide?"

"Kamu harus tau apa yang membuat Karenina tidak percaya padamu. Adakah kelakuanmu yang membuat ia meragu?"

"Well... sebelumnya, di malam kami bersama." Aku tidak mengatakannya secara jelas tapi aku tau Bunda mengerti. "Aku menyebut nama Irenē, dan itu membuat dia menolak segala sentuhanku, Bun. Kami sempat tidak berinteraksi secara fisik untuk beberapa lama. Aku memberinya waktu berpikir – dan kurasa hubungan kami lebih baik setelahnya. Tapi dia masih menolak sentuhan fisik dariku, Bun."

Over in Lover [COMPLITE!!]Where stories live. Discover now