PART XXI - Karenina

138 10 0
                                    


Ssstt.. buat part yang ini ada konten 21++ nya juga :D

Harap bijak yang belum cukup umuuurrrr~


* * *


Di dunia ini tidak ada hal yang lebih sexy ketimbang cowok tampan memasak untukmu. Dan kuakui Isaac terlihat seratus kali lipat lebih tampan saat ia memasak seperti ini.

"Kamu yakin bisa masak kan, Sac?" Aku tetap menggodanya. Aku yakin ia bisa masak. Itu terlihat dari caranya membersihkan ayam, memotongnya, bahkan mencampurkan bumbu-bumbu yang aku sendiri tidak tau apa namanya ke dalam masakan tersebut.

"Bawel deh," Jawabnya berpura-pura ngambek. "Aku itu jago masak dari dulu."

"Emang iya?"

"Iyaa dong!! Lagipula Irenē sering ngajarin aku masak." Ia terdiam sesaat saat mengucapkan kalimat tersebut. 

Hatiku tertohok mendengar nama gadis yang sangat dicintainya itu.

"Sorry....," Katanya kemudian.

Aku tak menjawab. Seolah ia tidak pernah menyebut nama gadis itu, pun aku tidak pernah merasakan sakit mendengarnya.

"Sore nanti kita kemana?" Aku mengalihkan pembicaraan.

"Di dekat sini ada air terjun yang sangat indah, kamu mau kesana?"

"Boleh."

"Tapi jalannya cukup jauh, Ren... kamu yakin?"

"Aku kuat."

"Masuk hutan loh..."

"Tapi kamu tau kan jalannya?"

"Tau...," Ia menuangkan sop ayam buatannya kedalam mangkok. Menyodorkannya kepadaku. "Cobain."

Aku menyendok sop ayam tersebut dan menyeruputnya, "Auch.. panas." Isaac meraih sendok di tanganku segera.

"Makanya di tiup dulu dong," Ia menyendok ulang dan meniupinya untukku beberapa saat. Lalu menyuapiku dengan lembut. "Enak kan?"

"Hmm.... Asin."

"Ah yang benar?" Ia ikut mencicipi masakannya sendiri. Aku cengengesan. "Apaan. . orang rasanya pas kok."

"Hahaha... kan aku cuma becanda Sac!"

"Yeee... emang kaya kamu ga bisa masak???"

"Tau dehh yang pintar masak."

Ia mengacak-aca rambutku. "Yaudah makan dulu yuk, abis itu Sholat terus kita siap-siap. Kalau pergi kesorean aku takut pulangnya kemalaman."

"Siap boss!!"



Ia mengulurkan tangannya padaku, aku merengkuh jari-jarinya dalam genggamanku. "Lihat jalan, Karen... jangan sampai jatuh." Tegurnya padaku.

Tidak ada momment yang lebih sempurna dari apapun sepanjang hidupku lebih dari sore ini. Bahkan upacara pernikahan kami tidak ada artinya dibanding semua yang aku rasakan sekarang.

Tangannya menggenggam tanganku!!

Kicauan burung yang kembali ke sarang di sore hari, suara air yang mengalir di sekeliling kami. Dan seberkas cahaya yang masuk dari celah-celah pepohonan.

Sempurna.

Aku bahkan tidak mengharapkan sesuatu yang lebih daripada sentuhannya pada jari-jariku. Tapi jika Tuhan mengijinkan, tentu aku menginginkan hatinya untukku. Untukku seorang.

Over in Lover [COMPLITE!!]Where stories live. Discover now