Epilog

798 123 38
                                    

HARI ini satu lagi ada anak panti akan diadopsi. Anak itu adalah Ilham. Akhirnya, orang tuanya yang dulu membuangnya gara-gara salah paham datang ke panti. Dan di antara hiruk-pikuk kebahagiaan bahwa tiga porsi jatah makanan terselamatkan tiap harinya, Umar berlatih mengucapkan selamat tinggal buat Ilham.

"Ehem, lo tau kan kalau kita udah kenal lama," kata Umar kepada angin yang diandaikan adalah Ilham, "kita udah susah-senang bareng, lo tau gue dan gue tau lo. Gue cuma mau bilang-"

"Lo mau ngucapin selamat tinggal atau nembak ilham sih!?" potong Prima, matanya sembap gara-gara sedih Ilham mau pergi. "Kalau mau ngucapin selamat tinggal, buruan sekarang! Sebelum Ilham keburu pergi!"

Umar mengangguk bimbang. Sebenarnya berat buat pisah sama Ilham. Mungkin setelah kepergian Ilham enggak ada lagi yang memanggilnya UPIL. Tanpa Ilham, UPIL enggak bakal jadi UPIL. Enggak lengkap ....

Namun, sebelum sempat Umar mengucapkan selamat tinggal, dia dipotong sama ayah Ilham, "Ilham, mulai dari sini kamu akan bahagia, Nak. Kami bakal wujudkan semua keinginan kamu. Apa yang paling kamu inginkan dalam hidup ini? Ayo kasih tau. Kita kaya, Nak. Paling kaya di kecamatan ini ...."

"Tapi kenapa baru sekarang jemputnya?" tanya Ilham.

"Oh ..., itu karena Papa lupa buang kamu di mana ..., tapi Mama lebih parah-dia lupa pernah ngelarihin kamu!"

Ilham menatap ibunya yang tersenyum canggung.

"Jadi, Nak, apa yang paling kamu inginkan dalam hidup ini?" ayah Ilham kembali bertanya.

Umar tersenyum. Dia tahu Ilham bakal jawab apa. Dia tahu hasrat terdalam Ilham adalah operasi plastik.

Namun anehnya, Ilham justru enggak meminta operasi plastik sama orang tuanya. Dia justru menjawab, "Keluarga. Keluarga yang di dalamnya ada Umar sama Prima."

Umar kaget. Dan dia tambah kaget pas ayah Ilham, yang sekaligus jadi ayahnya juga, mengenalkan seseorang.

"Oh, hampir lupa. Jadi kalian punya adik sekarang," katanya. "Beberapa tahun yang lalu diadopsi. Kenapa mengadopsi anak? Karena kami gak mau menciptakan Ilham kedua di muka bumi ...."

Dan seseorang yang Umar kenal masuk: Ratu.

*****

Kehidupan berjalan lancar sejak Umar berada dalam lingkungan keluarga. Berjalan lancar bukan berarti mudah. Masalah masih tetap ada. Tapi yang paling penting, UPIL masih tetap bersama. Ratu sekarang sudah berhenti mengancam tiap orang, dan Umar tahu alasannya kenapa ....

Dalam beberapa hari setelah resmi jadi saudara Ratu, Umar langsung tahu-melalui curhatan-ternyata Ratu mengancam setiap orang bukan karena dia jahat, justru sebaliknya; dia mengancam karena merasa terancam. Bertahun-tahun usaha mencari keberadaan Ilham ternyata bikin Ratu sering pindah rumah dan sekolah. Akibatnya dia jadi enggak punya teman, enggak punya siapa-siapa, dan terancam kesepian. Mengirim surat ancaman cuma salah satu cara untuk mengusik kesendirian.

Tapi sekarang Ratu sudah berhenti mengancam tiap orang. Dia sudah enggak kesepian karena UPIL. Dia juga, akhirnya, akan menetap di satu tempat untuk waktu yang lama. Dia punya keluarga yang saling isi-mengisi sekarang.

Dan bagi Umar, semua yang terjadi tak sepenuhnya buruk. Minimal sekarang dia punya keluarga. Keluarga yang di dalamnya ada Prima dan Ilham. Serta dia punya rahasia ..., sebuah rahasia yang menunggu untuk dibongkar. Shhh!

SHHH! (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang