| malam itu |
"Dia nggak salah," katanya dengan suara memohonnya yang terasa asing di telingaku. Dia jarang meminta, apalagi memohon sampai nyaris bersimpuh seperti ini. Hatiku remuk melihatnya.
Aku tertawa miris sembari bergetar menahan tangis yang menerobos untuk keluar. "Gue balik duluan," kataku seraya mengambil langkah menjauh darinya.
"Salahin gue, salahin perasaan gue." Kudengar dia berucap lirih. "Dia nggak salah," tandasnya sekali lagi. Saat itulah pertahananku runtuh. Kularikan punggung tanganku untuk mengusap mata yang sudah mulai basah.
Ditemani air mata, dingin angin malam, dan hati yang patah, aku meniti jalan pulang. Sejak awal, aku tahu dunia memang sekejam ini. Dunia yang dingin, sepi, mati. Dipenuhi keterpurukan dan bahagia yang semu sehingga tidak ada ruang untuk mengabulkan harap.
Seharusnya aku sadar membisikkan doa pada pukul 11:11 yang selama ini kulakukan tidak akan ada gunanya.
______
KAMU SEDANG MEMBACA
11:11
Short StoryIni cerita tentang seseorang yang berharap. Seseorang yang memejamkan mata dan membuat doa di tengah keheningan malam. Seseorang yang menanti keajaiban harapan dalam diam. Seseorang yang tidak berhenti percaya suatu saat pengharapannya jadi nyata. M...