1

11.4K 384 1
                                    

Aku terbangun saat matahari menyembulkan cahayanya dan mengedarkan pandanganku untuk melihat suamiku. Aku tersenyum saat melihat dirinya tertidur seperti bayi, wajah polosnya dan ada sedikit rambut tumbuh disekitar rahangnya. Aku mengecup ujung hidungnya dan segera menuruni ranjangku. Aku mendekatkan diri pada Cindy dan mengelus pipi bulatnya. Ia sudah memasuki 2 bulan semenjak ia lahir, ia semakin mirip dengan Dave dan tubuhnya semakin berisi.

"Selamat pagi" aku menolehkan wajahku keasal suara yang sangat khas bangun tidur dan tersenyum padanya. "Pukul berapa ini, hm?" Ia berjalan kearahku dengan menggosokan sebelah matanya.

Aku membalikan tubuhku dan mengusap pipinya. "Kau masih mengantuk?" Ia hanya mengangguk, "lebih baik lanjutkan tidurmu kembali"

"Tidak, aku tidak ingin" ia memeluk pinggangku dan menaruh kepalanya dibahuku. "Aku ingin dipeluk, jadi peluklah aku" gumamnya.

Aku tersenyum atas perlakuannya pagi hari ini. "Dave, aku ingin berkunjung dan menemui ayah. Apa boleh?" Tanyaku setelah berdiam diri.

"Tentu, sayangku" ia semakin mengeratkan pelukannya dan aku merasakan kecupan ringan yang ia berikan pada bahuku berkali-kali. "Anak kita lucu" ujarnya kembali.

"Tentu, ia seperti boneka hidup" ucapnya diakhiri dengan senyuman.

"Kau ingin memberinya adik?" Ia bertanya seraya menatapku.

"Adik? Bukankah kau mengatakan tak ingin melihatku hamil kembali dan melihatku jatuh koma dalam beberap hari?" Aku mengerutkan keningku bingung padanya.

"Memang aku tak ingin melihatmu hamil dan kembali keruangan terketuk itu, tapi setelah aku melihat Cindy yang sedang tertidur pulas seperti ini membuatku ingin memiliki bayi kembali" penuturannya yang membuatku tersenyum.

"Tidak untuk sekarang" aku melepaskan pelukannya dan kembali memandang Cindy. "Ia masih terlalu kecil untuk memiliki adik dan aku akan kesusahaan menjaga dua bayi sekaligus"

Ia memeluk pinggangku. "Aku mengerti sayang, aku hanya menjelaskan padamu tentang keinginanku" ia mengecup puncak kepalaku.

"Kita masih memiliki banyak waktu" aku mengadahkan mataku padanya, ia menarik daguku agar mendekat kearahnya dan dapat ia cium.

Saat bibirku dan bibirny sudah hampir mendekat suara tangisan Cindy mengejutkan kami dan itu membuat Dave mendesah.

"Sepertinya kita tidak boleh berciuman dihadapannya" ucapku setelah melihat Cindy membuka matanya.

Ia mengusap keningnya, "anakku begitu pecemburu" ia mulai melepaskan pelukannya. "Aku akan menyiapkan sarapan untukmu" ia mengecup puncak kepalaku.

"Tak ingin ciuman selamat pagi?" Tanyaku setelah ia sudah berada diambang pintu.

"I want" ia melirik sekilas kearah Cindy yang berada dipelukanku sekarang. "Ia pasti akan mengganggu kita dan ia akan menguasaimu" aku tertawa kecilnya saat mendengar penuturannya dan kembali melangkah keluar untuk menyiapkan sarapan untuk kami.

"Kau haus lil?" Ia masih menangis didalam pelukanku walaupun tak terlalu besar seperti tadi. Aku membuka kancing kemejaku dan segera mendekatkan dirinya untuk ia minum susu ku. "Jadilah bayi yang tumbuh sehat" aku berbicara padanya seraya mencium telapak tangan mungilnya.

"Sayang" suara Dave sudah memanggilku dari arah luar pintu, "sarapan sudah siap" ia memunculkan kepalanya dipintu.

"Aku masih menyusui Cindy, kau sarapanlah terlebih dahulu" perintahku.

"Tidak, aku ingin denganmu" ia menutup pintunya dan mulai berjalan mendekatiku. "Ia sungguh haus?" Ia melihat Cindy bagaiman caranya ia menyusu.

"Sepertinya" aku mengelus rambutnya yang mulai memanjang. "Rapikan rambutmu"

MINE [NEVER LET YOU GO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang